Chapter 1 (Cerita SMA)

13 2 0
                                    

Siang itu satu kelas heboh. Karena mereka sudah kelas 12, anak anak kelas XII MIPA 3 mulai berpikir dan bertanya satu sama lain soal rencana apa yang akan di lakukan setelah lulus SMA nanti.

       “lo mau kuliah dimana? UI?UNPAD? UGM?”
       “kayanya UNJ gw gaboleh keluar kota” jawab Seorang gadis yang muram sambil menunduk.
       “lo Gya mau kemana?” Tanya Rena setelah melahap ciloknya.
       “pengennya ke Bandung sih—“ belum selesai melanjutkan.
       “wuidiiiiih lu mau ITB ya?” jawab Aldo yang tiba tiba nimbrung. “gue juga pengennya ITB sih, tapi gua yakin pasti suuuusah banget” sambung Aldo.
      “apaan sih lo nyamber mulu kaya listrik” celetuk Farah yang kesal tiba tiba Aldo dating dan langsung nyerobot.
      “lanjut Gya, lo mau kemana”
      “ada deh” jawab Gyana singkat.
      “ahh ngeseliiin!!!” Laras yang sudah menunggu jawaban langsung kecewa mendengar Gyana yang tidak jadi memberitahu.

         Gyana Jevitha Pramestya, gadis cantik yang sangat riang gembira, suka sekali bertingkah aneh aneh yang membuat sekelilingnya tertawa, termasuk sahabat-sahabatnya. Sampai sampai ia di beri julukan seperti Chanyeol EXO “happy virus”. Ia sangat bisa mencairkan suasana, Namun, kalau ia berlebihan tak jarang satu atau dua anak kelasnya yang mengomeli ia kerna terlalu berisik.

         Hari ini cukup santai karena  sudah dua mata pelajaran gurunya tidak bisa masuk karena alasan satu hal dengan yang lainnya. Seperti biasanya kalau jam kosong ada beberapa siswa yang pergi kekantin untuk sekedar cari udara segar, jajan, dan mengobrol seperti biasanya. Di kelas biasanya ada anak anak cowo yang ‘mabar’ atau main bareng game online di pojokan kelas, belum lagi anak anak yang tidur di kelas.

       Gyana dan kawan-kawannya lebih memilih ke perpustakaan, bukan semata-mata mereka anak yang pintar serta rajin memilih ke perpustakaan untuk membaca buku. Bukan mereka hanya ‘ngadem’. Karena lingkungan sekitar perpustakaan sangat sejuk dan belum lagi di dalam memakai AC. Sayang saja tidak boleh membawa makanan. Sesampainya di dalam, Gyana dan teman temannya  langsung memilih tempat yang paing pojok, tidak lupa mereka mendata diri sebagai pengunjung perpustakaan.

      “akhirnya, bisa merebah dengan tenang” Gyana membuka kuncir rambutnya sambil merebahkan dirinya di atas karpet.
      “iya nih, gw heran justru sama anak-anak yang tidurnya bisa tibra di kelas” jawab Laras yang juga ikut merebahkan dirinya di sebelah Gyana.
      “iya yah, padahal kan kelas panas banget hadeh gw ga kuat” balas Teresa. Oh ia letak keberadaan kelasnya Gyana pas sekali menghadap ke lapangan Volly yang begitu gersang dan juga panas, maka tak jarang anak anak kelas lebih memilih nongkrong di luar kelas.
      “oh ia, kalian mau lanjut kuliah dimana?” Olive membuka percakapan, mendengar itu Laras dan Gyana ikut bangkit.
       “gue kayanya ke Surabaya” jawab Laras dengan tenang.
       “jauhh bangeeeet” Kina yang terkejut mendengara jawaban dari Laras.
       “itupun kalau keterima, gw mau di sana tinggal sama nene”
       “semoga bisa  keterima. Oh ia Maria, lo jadi ambil ke German?” Tanya Gyana.
       “jujur gw takut sih tapi doain aja ya semoga bisa keterima” jawab Maria dengan penuh harap. Selama ini ia yang paing subuk. Sibuk les Bahasa German, belajar untuk persiapan test dan lain-lainnya.
      “iyaa kita saling mendoakan satu sama lain. Doa baik kan nanti balik juga ke diri masing-masing” Olive menenangkan.
       “aamiin” jawab mereka bersamaan.

Benar saja, Tuhan menjawab doa ketua kelas Gyana, Gerry yang memohon satu hari full untuk jam kosong. Ini sudah sore dan memasuki jam terakhir, benar saja tidak ada guru yag masuk.

      “alhamdulilah enak banget hari ini” celetuk salah satu anak lelaki.
       “berarti kita gajadi ulangan harian matematika minat ” jawab salah satu murid yang sangat lega.
       “tapi semakin di tunda bukannya semakin bikin ga tenang ya?” Maria ikut berbicara.
       “yaa kan kita bisa persiapan lebih” jawab Rafi so soan.
      “halaaah lo belajar aja kagak!” celetuk Gyana sambil merapihkan buku bukunya dan memasukannya ke dalam ranselnya.
      “hahahaha” seluruh murid tertawa.

Titik Paham, Untuk SembuhWo Geschichten leben. Entdecke jetzt