33. Let's Fight Together

872 53 1
                                    

Hallo!

/

/

/

/

/

***

Acara arisan keluarga dari nenek Anya menjadi pertemuan terakhir setelah mereka berdua memutuskan untuk masuk goa. Tidak sepenuhnya hanya diam seharian di kamar, Anya tetap harus bekerja memenuhi kewajiban sebagia pegawai begitupun Ghian yang harus tetap mengajar memenuhi kewajiban sebagai dosen.

Hanya saja intensitas mereka berkomunikasi jadi berkurang, hanya saling bertukar kabar di malam hari setelah mereka selesai dengan kegiatannya masing-masing. Hal ini sudah biasa bagi mereka, namun untuk kali ini lebih lama dari biasanya.

Biasanya mereka hanya butuh waktu 3 hari untuk masuk goa, namun kali ini sudah masuk ke hari ke tujuh dimana mereka mengurangi intensitas bertukar kabar. Maka Anya memutuskan untuk pulang ke rumah di waktu libur kerja untuk benar-benar menjernihkan pikiran.

"Kok lesu gitu mukanya, teh?" tanya Kania.

Anya hanya menggeleng, dia mencomot brownies di meja makan lalu menyantapnya sebagai sarapan.

"Masalah kerjaan?" tanya Kania sekali lagi.

Anya menggeleng, dia hanya mengunyah brownies dengan tatapan kosong.

"Berantem sama Ghian ya?" tanya Kania.

Kali ini Anya menghela nafas lesu, memakan brownies dengan ogah-ogahan.

"Kenapa sih? Kayaknya masalah kali ini bukan masalah sepele ya? Sampai pulang."

Setelah memakan habis satu potong brownies, Anya mengambil gelas di dapur lalu kembali ke meja makan dan meminum air putih yang ada di meja. "Bunda pengen aku nikah cepet-cepet sama Mas Ghian engga?" tanya Anya.

Kening Kania mengernyit heran namun tetap menjawab pertanyaan sang anak, "lebih cepat lebih baik sih. Ghian udah lamar kamu ya?" tanya Kania.

Anya menggeleng, "kalau ternyata masih lama gimana?"

"Ya kalau kamu tanya pendapat Bunda, sebagai orang tua Bunda pengen yang terbaik buat kamu. Salah satunya dengan engga menunda pernikahan, lagian kayaknya kalian udah sama-sama siap. Emang nyari apalagi?" tanya Kania.

"Mas Ghian sih kayaknya udah siap."

"Terus? Kamu yang belum siap?" tanya Kania.

Anya mengangguk lemah.

"Ya gapapa juga. Asal jelas aja gitu alasan kamu kenapa belum siap nikah sama dia."

"Aku masih pengen kejar mimpi aku, aku tuh pengennya setelah kita berdua memutuskan untuk menikah, aku beneran fokus aja sama dia. Bikin tujuan bareng dan meraihnya sama-sama."

"Emang mimpi kamu apa?" tanya Kania.

"Pengen nyari kerja, stabil secara finansial biar engga bergantung banget sama pasangan."

"Oh kamu pengen jadi wanita karir?" tanya Kania.

"Not sure. Sejujurnya setelah menikah aku pengen punya bisnis yang bisa aku kelola sendiri dari rumah. Jadi aku engga begitu banyak kehilangan waktu sama anak-anak aku ntar. Cuman kan sebelum aku buka bisnis sendiri aku harus cari pengalaman dan kerja di orang." Anya mengangkat kedua bahunya, "mungkin setelah aku percaya diri buka bisnis sendiri, kalau Mas Ghian ngajak aku nikah, aku mau."

Kania mengangguk, "yaudah kalau udah jelas, silahkan mulai kejar mimpi kamu. Bunda sih engga masalah kamu mau nikah umur berapa, asal itu tadi alasannya jelas dan kamu tau apa yang sedang kamu lakukan."

Grow Up: BersenyawaWhere stories live. Discover now