Season 2 | Bab 3

494 71 2
                                    

Tentang Eva.
.
.
.
Enjoy

"Mengenai Peter, tidakkah kalian merasa aneh?"

Dua orang beda surai itu saling bertatapan dan mengerutkan dahi. "Benar, aku juga merasa Peter agak aneh akhir-akhir ini." Susan menjawab diikuti anggukan Lucy.

"Dia agak lebih... Pendiam." Sang pirang menopang dagunya. "Dia juga sering menatap kearah laut." Lanjutnya menatap kearah jendela yang menampilkan lautan yang luas. Yang lain mengikutinya.

"Apa menurutmu orang yang dia sukai itu orang yang ada di ujung pulau sana?" Tanya Susan. Eva mengangguk. "Itu mungkin saja."

Namun nampaknya Lucy tidak setuju. "Dia tidak menatap kearah langit, melainkan laut. Tidakkah kalian berfikir hal lain?" Mencoba memancing dua gadis yang lain.

"Peter bilang rambut gadis itu bergelombang." Kata Susan mengingat-ingat jawaban Peter tentang orang yang dia sukai. "Namun dia tidak bilang warna surainya. Tidak jelas apakah itu hitam, pirang, biru semacamnya." Lanjutnya bingung

Dua gadis yang lain ikut mengangguk. "Dia juga bilang mata gadis itu bercahaya dan agak sayu. Namun tidak bilang warnanya seperti apa" Lanjut Eva.

Ketiganya terdiam. Peter berhasil membuat mereka bingung. Pasalnya pria itu tidak memberitahukan warnanya.

"Kalian tahu, laut itu dihuni oleh makhluk yang mirip manusia. Namun mereka memiliki setengah badan ikan." Atensi mereka menatap Lucy. Sebenarnya apa yang ingin Lucy sampaikan pada mereka?

"Rambut bergelombang, bermata sayu. Para merman rata-rata memilikinya." Mereka kembali diam memikirkannya.

"Lalu, ingat pertemuan lalu? Yang saat para merman datang membawakan hadiah beberapa ikan yang sukarela untuk kita makan dari laut? Ada beberapa gadis merman yang cantik disana, kan?"

"Peter menatap mereka dengan senyum bahagia." Balas Susan. Lucy menggeleng. "Bukan mereka. Tapi hanya salah satunya. Entah yang mana."

"Apa mungkin..." Eva mulai menduga. "Peter menyukai merman?"

***

Peter berjalan gontai menuju kamarnya. Dia mengingat percakapan tiga gadis dengan umur yang berbeda-beda di ruang istirahat.

"Jadi maksudmu Peter tengah galau merindukan gadis merman?" Suara Susan terdengar. "Mungkin. Tapi bisa jadi dia galau karena mereka tidak bisa bersatu. Coba lihat, merman kan tidak punya kaki." Lucy menimpali.

"Kasihan sekali Peter. Harusnya kita mengunjungi Archenland terlebih dahulu ketimbang menerima hadiah itu" Eva kini bersuara. Yang lain menatapnya bingung.

"Kenapa Archenland?" Tanya Susan. "Di Archenland banyak gadis cantik. Setidaknya mungkin saja dia bisa jatuh hati pada manusia disana."

Lucy mengangguk. "Sayangnya kita tidak bisa memutar waktu." Yang lain ikut mengangguk. "Cinta pertama memang tak pernah indah."

Hati Peter kembali sakit mengingatnya. "Cinta pertama tidak pernah indah katanya?" Gumamnya kesal. "Apa cinta pertamaku juga tidak akan berakhir indah?" Kini dia mempertanyakannya.

Membanting badannya ke kasur dan mengambil bantal menutup wajahnya. "Kenapa kalian bisa berfikir aku menyukai gadis merman? Aku tidak suka merman. Aku menyukaimu, Eva!" Lirihnya. Tanpa tahu ada yang mendengarkannya.

Surai hitam itu melangkahkan kakinya menjauh dari kamar sang kakak. Rupanya itu Edmund. Dia mendengar semua gumaman milik sang kakak.

"Apa aku harus membantunya?" Dirinya mengangguk berjalan menuju kamar Eva. Mengetuk beberapa kali lalu masuk seenaknya.

High Witch of Narnia [END]Where stories live. Discover now