Satu Berlian

0 0 0
                                    

Pasukan yang dipimpin oleh Sertu Bambang sudah mulai mendekati markas satu. Sang Singa melihat situasi sekeliling. Menggunakan teropong, Sertu Bambang dapat melihat pergerakan musuh. Ada tiga orang yang menjaga markas dengan peralatan senjata lengkap.

"Lapor! Markas satu dikuasai tiga orang musuh. Mohon petunjuk selanjutnya!" Sertu Bambang melapor pada Lettu Bayu menggunakan earpiece yang terpasang di telinga masing-masing prajurit.

"Lumpuhkan markas satu!" seru Lettu Bayu yang sedang memantau pergerakan musuh di markas dua.

"Siap!"

Sertu Bambang membagi beberapa orang untuk ikut bersamanya dan yang lain mengawasi kawasan markas satu. "Bungsu dan Gempa ikut saya. Kita lumpuhkan musuh sekarang! Untuk yang lain, kalian mengawasi tempat ini!"

"Siap!" seru mereka serentak.

Sertu Bambang bersama Sertu Rinal dan Sertu Fariz bergerak cepat ke arah markas satu. Kondisi subuh yang masih gelap serta penyamaran para prajurit membuat para musuh sulit membedakan antara pohon dan pasukan elit.

Gerakan pelan tapi pasti. Berusaha untuk tidak menciptakan bunyi di setiap pergerakan mereka. Sertu Bambang memberi kode pada kedua rekannya untuk melumpuhkan target masing-masing. Gempa atau Sertu Fariz melumpuhkan satu musuh yang sedang berada di luar markas. Bungsu atau Sertu Rinal melumpuhkan satu musuh yang berada di dalam markas.

Sertu Bambang melumpuhkan satu musuh yang sedang memasak air lima meter dari markas. Musuh yang sedang memasak air bersenandung bahagia. Dia tidak tahu, bahwa nyawanya dalam bahaya. Begitu juga manusia, mereka terlalu bahagia dengan duniawinya sampai lupa jika, maut sedang mengintai.

Menggunakan senjata berjenis SS2 V7 sangat memudahkan para prajurit dalam menjalankan misi. Suaranya yang senyap tidak akan mengundang musuh lainnya mendekat. Para musuh pasti tidak akan sadar bahwa peluru sudah bersarang di tubuh.

Saat sudah pada posisi masing-masing, ketiga prajurit langsung melumpuhkan musuh. Sertu Fariz melesatkan satu peluru tepat di kepala musuh. Sertu Rinal melesatkan satu peluru tepat di leher musuh. Jika, kedua prajurit tersebut menggunakna SS2 V7 berbeda dengan Sertu Bambang. Dia menggunakan pisau sangkur.

Sertu Bambang memegang kepala musuh setelah mengunci pergerakan musuh dari belakang. Dia langsung menggorok leher musuh menggunakan pisau sangkur. Darah muncrat saat pisau sangkur mengenai kulit terdalam musuh. Ketiga musuh sudah dilumpuhkan dengan lancar.

"Lapor! Markas satu sudah dilumpuhkan!" Sertu Bambang kembali memberi laporan pada komandannya, Lettu Bayu Saputra.

"Seluruh Tim Tiger yang berada di markas satu, segera merapat ke markas dua!" Seluruh pasukan di markas satu langsung menuju markas dua.

Di markas dua Lettu Bayu bersama prajurit lainnya masih mengintai para musuh. Markas yang terletak di tepi sungai dengan lima orang penjaga di sana. Posisi markas berada di bawah tebing dengan arus sungai tenang.

Lettu Bayu mengelurkan tali karmantel dari tas. Dia mengikat salah satu ujung tali dengan pohon kokoh yang tumbuh di sana. Sedangkan yang satunya diikat pada tubuh. Hal itu juga dilakukan oleh para prajurit lainnya. Mereka turun dengan hati-hati sebisa mungkin tidak mengeluarkan suara.

Sertu Rozi atau Macan serta Sertu Agustinus atau Tutul, turun lebih dulu. Mereka turun di tengah sungai yang mengalir. Sedangkan Lettu Bayu masih memantau pergerakan musuh dari atas.

"Tahan ... tahan!" seru Lettu Bayu.

"Dua musuh berada di tepi sungai!" Peringatan dari Lettu Bayu membuat kedua prajurit yang sudah berada di bawah langsung menceburkan diri ke dalam sungai.

Mereka bergerak dengan tenang. Tidak menimbulkan suara dan riak air yang akan memancing perhatian musuh. Saat jarak dengan musuh sekitar 200 meter, Gempa dan Macam mengangkat kepala ke permukaan air. SS2 V7 membidik sasaran, menarik pelatuk dan peluru melesat mengenai target.

Kedua musuh yang sudah tak bergerak langsung mereka bawa menuju tepi sungai. Air di sekitar musuh berubah menjadi merah.

"Target sudah dilumpuhkan!" seru Sertu Rozi melalui earpiece di telinganya.

"Good job!" seru Lettu Bayu dengan SS2 V7 berada di sisi pipi kirinya. Membidik sasaran berikutnya.

Tiga peluru melesat berurutan mengenai ketiga musuh yang masih berada di markas dua. Tembakan yang bagus dengan jarak 500 meter.

"Aaaa!" teriak seseorang saat melihat tiga orang di hadapannya tertembak.

Sertu Rozi dan Sertu Agustinus langsung bergerak cepat ke sumber suara. Seorang gadis yang berusia sekitar 15 tahun berada dalam markas dengan kaki dan tangan diikat. Sertu Rozi langsung menghampiri gadis remaja tersebut. Namun, gadis itu terus berteriak ketakutan.

"Pergi! Pergi!" teriak gadis remaja histeris.

"Husttt! Tenang," ujar Sertu Rozi menenangkan gadis yang disandera musuh, sedangkan Sertu Agustinus berjaga di luar markas.

"Tenang, ya. Saya bukan orang jahat. Saya berasal dari Indonesia. Tenang ... tenang."

Gadis remaja yang tadinya berteriak ketakutan menjadi tenang. Rasa lega menyelimuti hatinya setekah tahu ada bala bantuan dari negaranya.

"Good," ujar Sertu Rozi saat gadis tersebut tenang. Dia langsung cekatan membuka tali yang mengikat kaki dan tangan gadis remaja berambut pendek.

"Satu berlian telah dievakuasi. Kondisi dalam keadaan baik, tapi beberapa bagian baju seperti dirobek paksa. Selanjutnya, mohon petunjuk!"

"Baiklah. Tetap berada di markas dua. Saya beserta pasukan lainnya menuju ke sana."

"Di mana orang tua saya? Di mana kakak-kakak saya yang lain? Apakah kalian sudah menemukannya?" Pertanyaan beruntun diberikan pada Sertu Rozi.

Gadis itu terus bertanya hal yang sama. Dia sangat ketakutan dan khawatir. Itu tampak jelas dari raut wajahnya dan cara dia berbicara. Menginginkan jawaban yang pasti tentang keberadaan keluarganya.

"Tenang, semua sandera masih dalam proses pencarian. Kami akan berusaha untuk menemukan sandera secepat mungkin. Jadi, kamu harap tenang dan teruslah berdoa untuk keselamatan mereka."

"Tapi, kalian janji untuk membawa saya pada keluarga saya 'kan?" Kembali pertanyaan yang sama, Sertu Rozi hanya memandang gadis remaja itu dan menganggukkan kepalanya.

Lettu Bayu beserta pasukan elit lainnya, sudah berada di markas dua. "Bagaimana keadaannya?" tanya Lettu Bayu menunjuk gadis remaja dengan dagunya.

"Dia sedikit syok dengan kejadian ini. Mungkin, jiwanya sedikit terguncang sebab banyak robekan di pakaiannya. Bisa jadi mereka telah 'melakukan' hal itu pada dia," terang Sertu Rozi yang dibalas anggukan kepala oleh Lettu Bayu.

Lettu Bayu mendekati gadis remaja yang duduk di sudut markas. "Nama kamu siapa?" tanya Lettu Bayu.

"Kamu siapa? Pergi!" ujar gadis itu dengan nada tinggi. Dia menekuk lututnya dengan tangan yang melingkar di luturnya. Tatapannya tajam serta sedikit rasa takut di sana.

"Tenang! Saya pasukan yang ditugaskan untuk menolongmu. Jadi saya butuh informasi dari kamu tentang keberadaan sandera lainnya."

"Ndan, kita harus pergi dari sini sekarang. Beberapa musuh telah bergerak ke sini!" Praka Rizky memberi informasi pada Lettu Bayu.

Satu granat jatuh di antara pasukan elit yang berjaga di tepi sungai. Baru beberapa langkah mereka beranjak dari tepi sungai ledakan sudah terjadi. Tiga prajurit di tepi sungai tiarap setelah terkena ledakan. Untung saja ledakan tersebut tidak sepenuhnya mengenai mereka. Hanya getaran yang dihasilkan membuat tubuh mereka terpental jauh beberapa meter.

Prajurit lainnya langsung membantu tiga prajurit yang terpental untuk segera pergi dari markas dua. "Go go go!" teriak Lettu Bayu. "Lindungi berlian," ujarnya pada Sertu Rozi dan Sertu Agustinus.

Bersambung ....

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 30, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Baret MerahWhere stories live. Discover now