15. Fever

48 5 42
                                    

"Makasih ya Nis," ucap Saira dengan suara parau, kemudian meneguk habis jamu yang diracik khusus oleh Niskala, teman satu kos-nya yang pandai membuat jamu.

"Badan lo panas banget, Sei. Beneran gak mau minum obat?" Tanya Niskala yang dibalas gelengan oleh Saira.

"Tadi lo diapain Sunghoon sih? Kayaknya lo kesel banget?" Tanya Niskala, teramat penasaran bagaimana interaksi Saira dengan sepupunya.

Saira sangat tertutup jika menyangkut sepupu-sepupunya, membuat Niskala yang memiliki rasa penasaran tinggi selalu bertanya.

"Ah, Aska nyebelin," decak Saira, gadis itu kembali berbaring dan memeluk gulingnya erat.

Sehabis pulang dari Bali, mendadak Saira terserang deman, membuat gadis itu tidak bisa apa-apa selain berbaring. Ditambah kondisi kakinya yang mendukung dirinya untuk tetap berada di kasur. Padahal hari ini kegiatan perkuliahan sudah mulai.

"Lo mau tidur lagi? Kalo gitu gue keluar ya," pamit Niskala, mengambil gelas bekas jamu olahannya kemudian keluar dari kamar Saira.

Saira memilih untuk memejamkan kembali matanya. Pikirannya melayang kemana-mana, memikirkan bagaimana respon yang akan diberikan oleh sepupu tertuanya jika tahu gadis itu tertimpa musibah berturut-turut sejak ke Bali hingga pulang dari pulau Dewata itu.

Gadis itu meremang, "mikirin bang Seonghwa marah aja merinding astaga, apalagi kalo Om Haje sampe tau," ucapnya entah pada siapa.

Gadis itu kembali melirik ponselnya yang sengaja ia matikan dari kemarin. Rasa takut dan tidak enak kembali muncul, gadis itu tidak ingin membuat sepupu-sepupunya itu khawatir lagi, tapi ini pertama kalinya ia sakit seorang diri tanpa sepupunya.

Saat Sunghoon datang tadi, pemuda itu sudah hampir membawanya pergi ke rumah sakit tapi gadis itu menolak. Tentu saja, gadis itu takut sekali dengan rumah sakit. Itulah yang membuatnya kesal setengah mampus, ia dipaksa Sunghoon ke rumah sakit.

Saira juga memohon pada sepupunya itu agar tidak memberitahu siapapun tentang ia yang sedang sakit. Tetapi, Sunghoon tetaplah Sunghoon, sepupunya itu akan menyebarkan kabar cepat atau lambat.

Suara pintu diketuk membuat gadis itu menatap pintu dengan mata bulatnya, sudah bersiap melemparkan bantal jika yang datang adalah Sunghoon lagi.

"Baru aja gue pikirin, masa udah ada yang dateng sih!?" Guman gadis itu, masih melototi pintu kamarnya yang perlahan terbuka.

"Sayang?"

Mendadak mata gadis itu terasa panas saat netranya bertatapan dengan orang yang baru saja masuk ke dalam kamarnya.

"Kak Woo..." lirihnya.

Wooyoung menaruh tas ransel serta bungkus plastik berisikan bubur dan obat di samping kasur Saira, kemudian duduk di pinggir kasur gadis itu. Wajah lelah pemuda itu menunjukkan bahwa ia baru saja selesai berurusan dengan kuliahnya dan bergegas ke sini.

Tangan Wooyoung bergerak menyentuh jidat Saira, "panas banget, kamu udah makan?" Tanyanya.

Gadis itu tak menjawab, dari tadi ia hanya menatap Wooyoung tanpa berkedip.

Wooyoung terkekeh kemudian meniup wajah Saira yang membuat gadis itu akhirnya menutup matanya.

"Kamu gak kangen sama aku ya?" Tanya Wooyoung.

"Kangen..." jawabnya tanpa suara.

"Mau peluk?" Tawar Wooyoung.

Mau... "nanti kakak ikut sakit," jawab Saira. Gadis itu membuang wajahnya, tidak bisa terpungkiri bahwa ia teramat merindukan kekasihnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 29, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Blueprint | Jake, Wooyoung.Where stories live. Discover now