1. The Beginning

281 13 0
                                    

Nasha POV

Pagi ini dimulai dengan berbagai masalah yang dibuat kembaranku, Nesha. Entah kenapa dia suka sekali membuatku stress. Mungkin dia senang jika aku gila. Ya, kupikir begitu. Kini, Nesha sedang menonton tv tanpa memetingkan tugas kampus yang menumpuk.

"ngapain sih mentingin tugas,"kata Nesha.

"biar cepet lulus terus kelar."kataku malas.

"kalo gitu sekalian kerjain tugas gue dong."kata Nesha.

Aku melemparkan sebuah bantal yang ada di dekatku kearah Nesha.

"hey, just kidding, girl."kata Nesha.

"basi."kataku malas.

Aku memilih kembali megerjakan tugasku. Hidupku cukup stress karea sikap Nesha yang kekanak-kanakan. Entah sampai kapan aku akan seperti ini. Mungkin sampai aku gila. Ya mungkin begitu.

"Nash, gue mau pergi ya."kata Nesha sebelum masuk ke kamarnya.

"mau kemana lo?"tanyaku.

"biasa lah, nongkrong. Sama Eric kok. Lo tau kan."kata Nesha santai.

"udah berapa kali gue bilang, jangan deketin Eric!"kataku geram.

"he's okay. Jangan-jangan lo naksir ya sama Eric?"ucap Nesha.

Tubuhku lemas. "cowok brengsek gitu lo bilang okay? Woah, otak lo gesrek?"

"STOP BILANG DIA BRENGSEK, NASH! LO GATAU APA-APA TENTANG DIA!"bentak Nesha.

"okay then. Kalo terjadi apa-apa sama lo, gue gabakal nolongin atau apalah itu."kataku santai.

Nesha meninggalkan apartemen dengan linangan air mata. Terlalu lelah untuk mementingkan urusannya yang tidak penting. Selalu masalah laki-laki yang akhirnya membuat kami bertengkar. Salah satunya Eric. Laki-laki yang sekarang menjalin hubungan dengan kembaranku adalah seorang badboy di kampusku yang terkenal. Tentu saja Nesha terkenal.

Sedangkan aku? Sering dibeda-bedakan dengannya. Nesha dengan tampilan cuek dan tomboynya, sedangkan aku lebih senang menjadi feminin. Jujur, aku juga cuek dan yah, dingin.

"heyyo!"

"apaan?"

"jutek amat mbak, kenapa ei? Jalan yuk,"

"jalan kemana Tessa? Kemaren lo baru jalan kan sama gue. Gak capek?"

"boseeen bro! Ada banyak diskon nih. Yuk. Lo mau apa deh gue beliin."

"yaudah jemput gue tapi ya."

"okaay, gue disana 30 menit lagi. Bye."

Aku memilih pakaian yang pas untuk musim kemarau ini. Hotpant? Pink blouse? That's a good idea! Cukup pantas untuk tubuhku yang langsing, em, lebih tepatnya kurus. Riasan tipis menyempurnakan tampilanku hari ini.

Setelah membereskan tugas kuliah, aku memilih mencari acara yang bagus di siang hari ini. Tak banyak acara yang menarik untuk ditonton. Membosankan lebih cocok untuk mendeskripsikan acara tv hari ini.

TING TONG!

Tessa datang daan, yo let's get a breaktime girl!

Sudah beberapa jam ini aku dan Tessa mengelilingi pusat perbelanjaan. Tentu saja kami membawa macam-macam tas belanja dengan berbagai ukuran. Diskon besar-besaran ini membuatku buta. Untunglah Nesha tidak ikut.

BRUKK

Seseorang menabrakku. Sungguh terkejut saat melihat orang yang ku tabrak. Danny Erlan Cashilo! Pengusaha muda di negara ini!

Danny POV
Seorang perempuan menabrakku. Betapa kagetnya diriku. Perempuan ini yang kemarin menghancurkan rapatku. Berani sekali dia menemuiku lagi. Tapi ada sesuatu yang aneh dengan tampilannya. Lebih perempuan mungkin?

"Maaf, saya tidak sengaja."kata perempuan itu.
Aku tersenyum sinis. "Masih berani menampakkan wajah anda?"
"Maksud anda? Maaf, tapi saya tidak mengerti."kata perempuan itu bingung.
"Setelah menghancurkan rapat saya, anda berlagak tak mengenal saya? Sungguh akting yang bagus."sindirku.
"Akting? Saya baru bertemu anda hari ini,"kata perempuan di depanku.
"Anda harus tau, saya kehilangan investor. Anda harus bertanggung jawab."kataku.
Raut wajah perempuan ini berubah. "Bertanggung jawab apa?"
Ku tarik tangannya. "Ikut saya."

Aku menariknya. Membawaku ke mobil mewahku dan langsung meninggalkan pusat perbelanjaan itu. Sesekali melirik perempuan itu. Sepertinya dia pasrah.

Setelah menempuh perjalan selama 30 menit di dalam kesunyian, aku sampai di kantorku. Gedung bertingkat 15 itu sudah ada di depan mataku. Bukan hal yang mudah memimpin perusahaan besar di umur 20 tahun ini.

"Silahkan masuk,"ucapku memecah keheningan.

Perempuan itu mengekori di belakangku. Dia masih memilih bungkam tanpa mengatakan sesuatu dari mulutnya.

"Duduklah."perintahku.
"Jadi, anda mau saya bagaimana?"tanya perempuan itu cepat.
Aku tersenyum. "Seperti yang saya katakan sebelumnya. Saya mau anda bertanggung jawab."
"Bertanggung jawab apa? Saya tidak melakukan kesalahan."kata perempuan itu.
"Nama anda siapa?"tanyaku.
"Nasha Xella Feanna."jawabnya malas.
"Nona Nasha, jika anda tidak mau bertanggung jawab, maka,"
"Maka apa?"potong perempuan bernama Nasha itu.
Senyum licik tampak di sudut bibirku. "Anda harus menerima apapun keinginan saya,"
"Hal konyol apa yang anda ucapkan, Tuan Danny?"kata Nasha.
"Rupanya anda tau siapa saya."kataku.
Nasha menghela napas. "Terserah anda, yang jelas, cepat katakan apa yang anda mau. Saya harus pergi,"
"Penuhi segala keinginan saya. Hanya itu. Dan satu hal lagi. Tidak ada bantahan."ucapku tegas.
Raut wajah Nasha berubah. Let's play a game, Nasha.

××××××××××××××××××××××××××××××××××××××××××××××××××
Hi! Gimana gimana? Part ini gimana? Belum ada ide untuk cover. Jadi biarkan dia poloz yha. Wkwk
Okaay see u at next part!

The Tragedy (ON HOLD)Where stories live. Discover now