Fine

862 80 19
                                    

"Kenapa tidak cuti saja?"

Sendok dalam genggaman ia remat sedikit lebih kuat. Tanya yang di ucapkan dengan mudah oleh awam, sekalipun yang berucap adalah sang ayah sendiri. Kyuhyun meletakkan sendok dalam genggamannya, menjauhkan mangkuk berisi sup ayam yang ia santap sebelumnya, lalu menegakkan punggung. Berusaha tampak tegas didepan sang pria yang berusia lebih dari setengah abad. Sekilas pandangannya ia lemparkan pada layar ponsel yang berkedip, salah satu dari rekannya menghubungi, tanda bagi dirinya untuk menyudahi pertemuan kali ini.

"Tidak mungkin. Aku sudah cuti sakit beberapa kali. Masa klinik ku akan semakin panjang kalau aku harus mengambil cuti lagi", melirik sekilas kearah mangkuk yang masih berisi setengah, Kyuhyun pun menarik paksa senyuman. "Aku harus pergi sekarang"

"Appa sudah bilang, lebih baik kau tinggal bersama appa"

"Dan harus bertemu dengan wanita jalang itu?", mendecih pelan, ia mengepalkan tangannya kuat. "Tidak, terimakasih"

"Appa tahu kau lelah, nak. Kesibukan di rumah sakit, lalu setelah pulang kau harus mengurus rumah", pria itu menatap datar dirinya. Sungguh memuakkan. "Ditambah dengan eomma mu-"

Tangannya yang terkepal, berakhir memukul meja dengan kuat, menyebabkan bunyi yang cukup untuk mengundang beberapa pasang mata melihat kearah mereka. Tak peduli, Kyuhyun sungguh tidak peduli jikalau orang - orang yang berbisik mulai menghakimi dirinya. Ayah nya sudah melewati batas kesabarannya, dengan mengungkit perihal wanita yang melahirkannya.

"Keluarga kita tidak akan hancur berantakan seperti ini kalau saja appa tidak menikahi jalang sial itu", geliginya bergemeletuk, menahan murka dan segala caci maki yang bisa dirinya muntahkan kapan saja. Namun Kyuhyun masih bisa mengendalikan ledakan emosi yang bergemuruh didada. Bagaimana pun juga, pria didepannya ini adalah ayah kandungnya. Sebrengsek apapun pria tersebut, mereka tetap terikat dengan hubungan darah. "Aku pergi. Jaga kesehatan appa, dan datanglah ke rumah saat senggang"

Kakinya melangkah pergi dari tempat tersebut, ponsel dalam genggaman ia remat kuat, tidak begitu peduli jika salah satu tombol pada sisi benda persegi tersebut rusak. Telapak kaki memijak pedal gas dengan kekuatan sedang, menahan diri untuk tidak mengebut dijalanan karena batin masih menahan gejolak amarah. Selalu seperti ini setelah bertemu dengan sang ayah, sejak kedua orangtua nya berpisah tiga tahun yang lalu, pria itu selalu memintanya untuk menerima jalang sial yang sudah merusak keharmonisan keluarga mereka. Kyuhyun mungkin tidak akan semurka ini jika pria tersebut menceraikan sang ibu, atau jika wanita yang telah mengandungnya itu memilih untuk menyerah dengan segala kegilaan ini. Namun tidak, keduanya justru memilih langkah tak masuk akal. Mereka tidak bercerai, tetapi tinggal terpisah. Ibunya masih sangat mencintai sang ayah, wanita malang itu tak rela jikalau harus berpisah setelah menikah selama lebih dari seperempat abad, dan ayahnya yang rakus, mengambil kesempatan tersebut.

Bagaimana dengan kakaknya? Wanita itu memilih tidak peduli, meninggalkan ia sendirian didalam rumah mereka bersama sang ibu yang jatuh perlahan dalam depresi. Sang kakak menyibukkan diri dengan pekerjaan, yang dalam waktu singkat mengantarkan wanita tersebut mendaki karirnya dengan cepat, seorang kepala apoteker di salah satu rumah sakit ternama di ibukota Jepang. Namun ia tahu, Cho Ahra yang merupakan wanita independen, sangatlah membenci pria, dan semua itu karena ayah mereka. Bukannya Ahra tidak pernah pulang, dia selalu datang setiap tiga bulan sekali, namun satu minggu liburan sang kakak di rumah, hanya di isi dengan perdebatan, jeritan, dan tangis frustasi yang ditujukan pada ibu mereka. Kyuhyun sangat tahu, sang kakak ingin ibu mereka segera memutus ikatan pernikahan dengan ayah mereka, tetapi wanita tua itu selalu tersenyum dan memalingkan atensi dari muntahan kalimat yang dirinya dan sang kakak lontarkan. Keras kepala, sifat yang menurun pada mereka berdua.

"Kyuhyun"

Langkahnya terhenti saat mendengar suara familiar yang memanggil namanya, berhasil menyentak dirinya keluar dari lamunan yang bercampur kekesalan. Mengerjap pelan, Kyuhyun pun menatap si pemanggil yang saat ini berdiri dibelakangnya. "Ah? Siwon? Kau memanggil ku?"

WonKyu Oneshoot CollectionWhere stories live. Discover now