17 | Akhirnya, Kita Bertengkar Lagi

239 9 2
                                    

"Gue tanya siapa yang udah nyakitin Adel?! Nggak punya telinga lo semua? Jawab!" Egi meninggikan dagu murka, tak membuat gestur apa-apa. Dia cuma berdiri di depan kelas, berdempetan dengan meja paling depan, tapi aura mengerikannya meluas sampai semua kepala di sana berdenyut getir.

Melihat situasi mulai tidak kondusif, Rama menelan saliva lalu melangkah maju. "Bukan gitu, Gi. Adel cuma nggak sengaja jatuh, terus tangannya keinjek sama Resa---"

"Oh, jadi elo?" Secepat kilat Egi menghampiri Resa. Derap sepatunya terdengar jelas, karena semua orang sama sekali tak berniat membuat suara lain.

Resa berkedip cemas. Jari-jarinya bergetar begitu Egi berhenti tepat di depannya, dengan jarak yang amat dekat sampai deru napasnya bisa Resa rasakan.

Egi menatap Resa tepat di mata, bikin Resa berkali-kali meneguk ludah saking lemasnya kakinya. Tatapan mata cowok itu ... sungguh dingin. Amat jauh bila dibandingkan sama sikap keren yang pura-pura Resa lakukan selama ini. Bola mata hitam gemerlap itu tak melebar, malah cenderung menyipit, tapi Resa merasa seperti dipelototi ratusan orang. Tremor sekali.

Egi diam, menunggu jawaban Resa selama beberapa detik. Siswa kelas XII IPA 2 menahan napas, tak ada bedanya dengan Adel yang masih terengah dengan lekukan menonjol di dada dan Ashar yang berusaha meredam amarah.

Senyum sinis Egi terkembang. Ada decih malas yang terdengar juga tarikan kecil di salah satu sudut bibir. Resa mengangkat matanya, berusaha memandang Egi karena dari tadi dia menunduk. Tak berani melirik sebab posisi Egi benar-benar sedang mengungkungnya.

"Gue---" Resa menelan ludah, "---nggak sengaja---"

"Ini yang lo bilang nggak sengaja?"

"Aaaakh!"

"Egi!"

Bibir Egi persis seperti satu garis datar. Tak ada senyum, ataupun seringai mengerikan. Alis cowok itu juga tak terangkat atau mengernyit. Tak ada ekspresi berarti, termasuk emosi marah maupun geram yang tampak, tapi gerakan kilatnya mencengkeram pergelangan tangan Resa dan meremasnya kuat berhasil membuat semua orang terbelalak.

"Aaakh, sakit!" Resa merengek, ingin menarik tangannya, tapi rematan Egi benar-benar kencang sampai pergelangan Resa langsung jadi kebas. Tak bisa mendapat aliran darah, bahkan mulai memerah karena bengkak.

"Gi, please, Gi, udah!" Dengan panik Adel memegang lengan cokelat Egi. Keringat cewek itu jatuh ke lantai kelas saat dia menggeleng panik. "Tangannya nanti berdarah!" kalutnya sambil melihat Resa.

"Emang itu mauku, Del." Egi memutar pandang ke mantannya, menjawab dengan nada tenang. "Kalo perlu tangannya aku kunyah biar jari-jarinya kepotong sekalian."

"Gi!" Adel makin panik. Dia melirik Ashar yang berdiri dua meter di belakangnya, meminta pertolongan, tapi tak ada tanda-tanda cowok itu mau menghentikan aksi anarkis Egi.

"Hiks hiks---please lepasin. Sakit banget...." Luntur deh semua image jutek dan cool yang selama ini Resa tunjukkan. Cewek itu sesenggukan, air matanya bahkan rintik ke punggung tangan Egi, mengalir menuju siku, bikin Egi bisa merasakan ketakutan tak tertahankan yang Resa rasa. Namun Egi tak peduli.

Adel membuang napas gusar. Dia melepas sentuhannya dari tangan Egi, menoleh ke teman-temannya dan memohon serak, "Kalian---kalian lakuin apa kek! Bantuin Resa! Dia ... dia kesakitan...."

Egi tak tahan buat tak mendecih. "Kamu ngapain, Del? Ngomong ke orang-orang nggak punya mata sama telinga itu? Otak aja mereka nggak punya, apalagi rasa kasihan buat temen sendiri."

"Gi, aku mohon...." Bundaran netra cokelat Adel mulai disaputi air mata.

Egi berbalik tiba-tiba, tanpa melepas cengkeraman di tangan Resa, berhasil bikin Resa tertarik paksa dan berdiri di hadapan Adel. Adel menatapnya kasihan.

[END] Balikan BangsatWhere stories live. Discover now