Part 1

56K 1.2K 22
                                    

Aisha POV

" semuanya udah siap, dek?" Tanya Abangku Anggara yang sedari tadi memperhatikanku di depan pintu kamarku.

" Iya bang, aku kan udah mimpiin ini dari lama. Beasiswa ini susah didapetinnya bang." Jawabku tanpa mengalihkan perhatian dari koper yang sedang aku susun diujung tempat tidurku.

" Abang sih dukung kamu, tapi kan kamu tahu Ayah sama ibu gimana kalo tahu kamu keluar negeri dek. Inggris itu jauh loh dek. Abang takut kamu kenapa - kenapa disana." Lagi lagi abangku berusaha membujukku untuk tidak pergi.

Aku menghentikan kegiatanku lalu menghampiri abangku didepan pintu kamarku. Aku tersenyum menatap wajahnya. Kembaran laki- laki ku ini selalu mengkhawatirkan segala sesuatu yang akan aku lakukan. Ya dia sangat perhatian. Dia adalah kakak yang luar biasa. Aku pun awalnya ragu meninggalkannya dirumah. Rumah mewah yang amat sangat sepi ini. Kadang aku ingin dia tinggal di Solo saja bersama istri dan anak - anaknya. 

" Abang percaya kan sama aku? Aku akan jaga diri baik - baik bang. Aku udah berubah bang, aku bukan Aisha yang dulu lagi. Aku kali ini serius nempuh pendidikan. Abang kalau kangen aku abang tinggal dateng kesana. Soal ayah sama ibu, aku akan ngomong nanti sama mereka. Aku pastiin mereka ngiizinin aku." Kataku sambil menggenggam tangan Bang Angga.

Bang Angga tersenyum pasrah lalu mengangguk kemudian memelukku.

" Abang anter kamu kesana, kalau abang liat tempat tinggal kamu aman dan nyaman baru abang pulang lagi ke sini."

Aku hanya mengangguk dalam pelukan abangku. Aku sudah tahu kalau akhirnya dia akan mengalah denganku. Kepergianku ke Inggris pasti membuatnya lebih kesepian disini bersama keluarga kecilnya . Aku pastikan setelah aku pergi abangku ini akan menyewa apartement didekat kantor barunya atau dia pindah ke Solo lagi. Abangku tidak akan pernah pulang kerumah kalau bukan karna ada aku dirumah. Aku dan abangku sangat tidak menyukai rumah mewah ini. Semua karena Ayah dan ibu kami yang sangat jarang ada dirumah. Dari kami remaja memang hubungan kami dengan Ayah dan ibu sangat buruk. Aku yang selalu perang dingin dengan Ayah, abangku yang selalu bertengkar dengan ibu. Itu sudah seperti kebiasaan kami sehari - hari. Ayah selalu sibuk dikantor, begitupun dengan ibu. Aku dan abangku bahkan lebih memilih untuk tidak dirumah dibanding harus bertemu orangtua kami hanya untuk bertengkar. Bahkan setelah abangku menikah suasana tetap tidak berubah.

" Abang kalau kesepian ngga usah tinggal disini, abang sewa apartement aja. Aku tau abang pasti bosen tinggal disini sama Ka Rima karena rumah ini terlalu besar. Atau abang ikut aku ke inggris?" candaku pada abangku dan seketika ia langsung melepaskan pelukan kami. Aku langsung tertawa melihat ekspresinya yang mendelik kesal. "aku cuma bercanda bang, abang gausah anterin aku ke inggris, mubazirin uang aja. Aku udah gede bang masa mesti dianterin terus kemana mana." Ucapku duduk ditepi tempat tidur llau diikuti abangku.

Abangku menghela nafas berat. " Yaudah tapi abang anter kamu ke bandara. Ngga pake bantahan." Katanya sambil melototiku dengan mata coklat terangnya yang sama dengan warna mataku.

Aku tertawa pelan lalu mengangguk kemudian medekatkan diri untuk memeluknya. Menghirup aroma dark coklat dari parfumnya yang akan kurindukan ini. Abangku berulangkali mengecup puncak kepalaku sambil menggumamkan lagu kesukaanku dengannya. Tanpa sadar air mataku menetes. Lama kelamaan aku terisak. Isakan ku membuat abangku menghentikan lagunya kemudian melepaskan pelukan kami. Ia menatapku sendu kemudia menghapus air mataku dengan ibu jarinya.

" Aku pasti bakalan kangen abang.." ucapku sambil terisak pelan.

Abangku mengangguk dan berusaha tersenyum. " Abang juga pasti bakalan kangen kamu dek, akhirnya anak kecil pergi ninggalin abangnya sendiri disini. Abang bakal sering - sering kesana nengokin kamu."

Said Bismillah if you love meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang