Kilasan Rubah dan Ular

251 30 3
                                    

Xie Yun menatap sendu ke arah Kota Yin dari puncak bukit Bai.  Malam itu, di mana warga kota sedang berkumpul mengenakan pakaian serba putih.

Tepat di tengah-tengah pusat kerumunan. Deretan ranting kayu kering diikat, disusun rapih hingga mampu berdiri membentuk sebuah pembaringan bagi jasad yang sudah pucat, dan bibir membiru.

Beberapa biksu tengah merapalkan doa, bersamaan pula salah satunya berjalan ke arah tumpukan ranting kayu tersebut dengan obor yang menyala. Sejenak biksu itu membungkuk, memberi penghormatan terakhir pada jasad yang hampa. Sebelum akhirnya, mengeliling sembari menyulut api.

Hingga ranting-ranting kayu yang menopang raga tersebut mulai dilahap api menjalar, membentuk kobaran besar.

Tangisan dari warga kota Yin mengantar kepergian pahlawan yang telah wafat mengorbankan nyawa demi kedamaian mereka. Pahlawan itu dikenal bernama, Jenderal Xie Yun.

Jenderal yang membasmi keganasan siluman rubah berekor sembilan. Sekiranya, itulah kisah yang terdengar sampai ke seluruh daratan China pada masanya.




Banyak yang bertanya-tanya, mengapa seorang jenderal hebat dan tidak terkalahkan bisa kalah hanya dengan seekor siluman? Kehebatannya diragukan, tetapi ada juga yang memaklumi. Bagaimana pun siluman bukanlah manusia, mereka setingkat dewa(?) Hanya alirannya saja yang sesat.

Benarkah demikian?

Mari kuantar kamu untuk berjalan mundur pada kisah ini. Benang merah yang akan menyambungkan semua akhir dari cerita ini ....

Hutan bambu yang sunyi, menjadi saksi bisu terdengar dentingan besi pipih panjang nan tajam, saling beradu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hutan bambu yang sunyi, menjadi saksi bisu terdengar dentingan besi pipih panjang nan tajam, saling beradu.

Dua pria tampan tengah mengadu kemampuan mereka, tetapi dalam pertarungan itu keduanya tampak tidak benar-benar serius.

Pria hanfu putih mengeluarkan ilmu meringankan tubuh dan mulai melancarkan serangan bertubi-tubi. Sementara pria hanfu hitam hanya bertahan, menangkis setiap serangan lawannya.

Sampai pada serangan terakhir, pria hanfu putih menunjukkan raut wajah kesal, lalu tanpa sepengetahuan dari lawan, telapak tangan kanannya terangkat maju ke arah, dada kiri si pria hanfu hitam.

Namun, lawan ternyata memiliki refleks yang cepat. Ketika serangan itu datang, dia mundur selangkah mengangkat tangan kirinya, benturan dua arah berbeda dari sepasang telapak tangan, menimbulkan gelombang angin  sesaat, daun-daun kering dan debu berterbangan di sekitar mereka.

"Eiya, kau curang ... katanya hanya menggunakan pedang. Kenapa diam-diam menggunakan tenaga dalammu?" celetuk kesal si pria hanfu hitam.

Eternal Love [Yizhan]Where stories live. Discover now