"Tania, Lo Gapapa? Ada yang sakit ga ? Sudah makan ? Mau gue ambilin minum?"
"Jaeshen.. calm down.. gue gapapa. Duduk, duduk lagi"
"Tania, sorry ya.."
"Huh? Kenapa Lo minta maaf?"
"Lo ngalamin ini semua karena gue"
Aku benar-benar minta maaf secara tulus padanya. Aku amat sangat mengkhawatirkannya. Aku ingin mengungkapkan semuanya, tetapi semua tertahan tidak sanggup untuk aku ceritakan.
"Kenapa jadi salah Lo sih?"
"Mereka pasti kesal sama Lo, karena Lo Deket sama gue, Jeno dan Mark. Gue tau kok Tan apa aja yang mereka omongin ke Lo. Gue bener-bener minta maaf sama Lo. Gara-gara gue Lo sampe di fitnah kaya gini"
"Jaeshen, ini semua bukan cuma salah Lo kok. Kan gue juga yang mutusin buat berteman sama kalian"
Memang tidak salah pilihan kedua orang tuaku. Dia amat sangat baik. Membuatku semakin dilema untuk melepasnya atau memperjuangkan cintaku.
Aku berusaha terlihat untuk biasa saja di hadapannya, berusaha berekspresi seperti biasa dan menjadi teman yang bisa menaikkan mood nya.
"Berisik banget Lo. Mending beliin gue ketoprak. Gue laper"
"Kayaknya Lo udah beneran mendingan deh. Udah bisa ngelunjak soalnya. Haha"
"Lo gamau yaudah, gue bisa beli sendiri !"
"Eitt.. Lo ga boleh kemana-mana. Kata siapa sih gue ga mau beliin ? Iya nih.. gue berangkat"
"Gitu dong.. hehe"
Setelah nya, aku segera keluar dan mencari ketoprak yang kebetulan tidak jauh dari kost-an tersebut terdapat mamang jual ketoprak keliling.
Tak butuh waktu lama, aku sudah kembali ke kost-an Mira, saat aku ingin membuka pintu, terdengar suara Tania tengah berbicara dengan seseorang lewat telepon, yang aku yakini, itu adalah Mark. Aku mendengar semua pembicaraan mereka. Mark akan datang, sedangkan Tania beralasan akan menelepon Mira untuk mengabari yang aku pahami itu pasti dia akan memintaku untuk pulang. Benar saja, ponselku berbunyi dan tertulis nama Tania di layar.
"Jaeshen.."
"Ya.. ini aku.. "
Aku tersenyum terpaksa. Meratapi nasibku yang memang tidak pernah sekalipun menjadi prioritas utama Tania.
"Jaeshen, dari tadi kamu disitu?"
"Iyaa.. kenapa?"
"Berarti kamu tadi denger percakapan aku dengan kak Mark?"
"Denger.."
"Ahh.. "
"Lo telpon gue buat minta gue pergi dari sini karena Mark mau datang jenguk Lo kan ?"
"Em.. sorry..but, yes that's true"
"Yaudah. Nih pesenan Lo. Gue balik ya.."
"Jaeshen, tunggu.."
Tania meraih tanganku. Terasa sakit. Seperti sudah tidak punya harga diri karena masih mencintainya walupun sudah diperlakukan seperti ini.
"Why Tania? Jangan buat gue berubah fikiran dan ga ikhlas lepasin Lo"
"Maksud Lo ?"
"Ngga. Kenapa Lo nahan gue?"
"Thanks ya udah mau jagain gue . Sorry juga karena minta Lo balik tiba-tiba kaya gini"
"It's okeyy"
Tania, aku tau Mark lebih baik dari pada aku. Tapi, apa kamu tidak pernah peduli bagaimana perasaanku? Bagaimana tulusnya aku ? Aku memang pengecut untuk mengungkapkan perasaan saja masih tidak sanggup. Tapi, kenapa aku masih saja mencintaimu padahal jelas prioritas kamu bukan aku.
YOU ARE READING
Kating Idaman (END)
Teen FictionTania Wirawan. Mahasiswa semester 4 yang tidak tertarik dengan pacaran suatu ketika tidak sengaja menabrak senior tampan pujaan cewek di kampus. Mark Jerome Wiguna. Laki-laki semester 6 yang rela mengorbankan masalah percintaannya demi sang ibu terc...
Part 38 (POV Jaeshen)
Start from the beginning
