O3 : dare

278 26 3
                                    

4 oktober 2021



itu semua karena dare. "gue sayang lo lebih dari sahabat, boleh gak?" fano dapat dare dan gua korbannya. sering sekali, bikin gua jadi terbiasa, anehnya gua ga marah.

"gue sayang lo lebih dari sahabat, boleh gak?" kata fano sembari melirik ke arah gua dri tempat duduknya

"sianjir" jawab gua ketus

"boleh kaga?" pandangannya masih ke arah gua

"boleh syg" entahlah gua hanya menjawab berdasarkan kata hati gua

"yes official kita baby" lanjut fano dengan tingkah sok kerennya

pernah gua kena darenya, gua sempat penasaran juga jadi hari itu gua ikut maen, seperti biasa gua ada di rumah fano. gua dapet tantangan buat bilang "gue sayang lo lebih dari sahabat, boleh gak?" buat lawan maen.

dengan polosnya gua ngomong lalu dibalas tatapan wajah sok kagetnya fano sambil bilang "a-apa maksudnya?" yang sukses bikin gua mendaratkan satu tamparan ke pipinya.

"lebay lo" kata gua

fano mengelus pipinya sendiri yang pastinya terasa panas "hikss jahad" dia menatap wajah gua berharap gua akan luluh.

setelah beberapa putaran tiba saatnya gua nerima tantangan, malangnya nasib gua "daddy kamu masih belum puas karena semalem?" ucap gua pelan - pelan

"mau main lagi hm?" fano menatap nakal ke arah gua lalu mulai mengelus paha gua

gua pejamin mata kuat - kuat, tanpa sadar meloloskan desahan kecil

"sttt" perlahan gua mulai memberanikan diri buat buka mata saat tangan fano menyapa kulit pipi gua "daddy belum apa - apa kamu udah desah aja"

denger omongannya buat hawa disitu jadi memanas, gua tuntunlah tangan fano ke arah perut gua sambil sedikit gua usap - usapin di situ.

fano menyingkap sedikit baju yang gua pakai. "buncit" kata dia, itu menyadarkan gua saat rasanya gua dibuat melayang karena sentuhan sama omongannya.

gua sadar dan langsung meraih putingnya buat gua cubit. "aww" dia mengaduh sambil terkekeh lalu melanjutkan bicaranya "iya - iya rotinya sepuluh"

langsung gua cek dan hitunglah benjolan di perut gua. "udah kaga usah diitung" ucapnya lalu dengan tiba - tiba dia mendorong badan gua sampai gua jatuh terlentang di atas kasurnya.

dengan reflek tangan gua langsung nutup area dada "mau ngapain lu" kata gua karena dengan tiba - tiba dia menindih badan gua, kasur sedikit bergetar karena pergerakan fano yang tiba - tiba, jantung gua berpacu cepat, gua deg-degan.

"enaknya ngapain" lanjutnya, tatapannya masih belum berpaling dari mata gua.

dengan tiba - tiba juga gua mengulurkan tangan gua dan menarik leher fano agar gua bisa meniup area sensitif di telinganya, jiwa dan raga gua sedang dikuasai hawa nafsu.

fano terkekeh "jadi pengen". lalu gua berbisik "pengen apa hm?"

"pengen nusuk kamu" gua langsung tersadar, gua langsung mendorong badan fano supaya kita berjauhan. gua kaget.

heran, fano tertawa terbahak - bahak. sialan, umpat gua dalam hati, bisa - bisanya tertawa setelah buat jantung orang hampir copot.

fano menidurkan badannya di samping gua, menatap ke arah gua sambil tersenyum "lu kaga risih ha?" tanyanya

"kaga, bener dah" jawab gua. rasanya aneh, gua ga merasa risih ataupun jijik. apa ini hal yang belum gua tau tentang diri gua sendiri?

setelah kejadian itu gua jadi terbiasa dengan skinship, walaupun dulu gua sangat benci dengan skinship.


. . .



pernah gua merasa fano cuek dan ga kabarin gua apa - apa, mungkin karena terbiasa bersama jadi aneh buat gua saat jauh dari fano.

"sini poppo dulu" kata fano setelah lama cuekin gua

"popo bohay" kata gua ketus, jujur gua rindu, entahlah apa yang bikin gua rindu sama manusia kurang akhlak seperti dia hahaha

gua tersentak kaget saat pinggang gua di tarik mendekat lalu dia memiringkan kepalanya buat menatap mata gua, gua mematung gugup.

dia natap gua dengan seringaian nakalnya karena melihat gua diam tengah gugup "lucunya" lalu menempelkan bibirnya ke bibir gua sebentar, dia kecup bibir gua sekilas, setelahnya malah tertawa terbahak - bahak sambil meminta maaf.

gua yang kaget refleks pegang bibir gua sendiri. apa yang terjadi selanjutnya adalah diluar kendali gua, gua hanya ingin melampiaskan rasa rindu gua. gua tarik tengkuk fano saat ia menegapkan badannya, gua cium bibir kenyalnya.

itu ciuman, bukan kecupan sekilas, butuh beberapa detik untuk melepaskannya. fano membalas ciuman gua membuat beberapa detik tadi bertambah menjadi beberapa menit. ia mulai buat bibir gua basah karena lumatannya, lalu beberapa saat kemudian pautan gua lepas sepihak.

menit berikutnya rasanya canggung. kami saling diam. cukup untuk hari ini, rasanya gua ingin pulang.

gua masih memikirkan kejadian ciuman dengan fano, rasanya manis, dan . . . lembut.













— ikhxan rayhan adler

the book of us | chanchang [end]Where stories live. Discover now