Tania Wirawan. Mahasiswa semester 4 yang tidak tertarik dengan pacaran suatu ketika tidak sengaja menabrak senior tampan pujaan cewek di kampus.
Mark Jerome Wiguna. Laki-laki semester 6 yang rela mengorbankan masalah percintaannya demi sang ibu terc...
Terlihat raut bahagia dari ekspresi wajah nya. Aku tahu ekspresi ini. Pilihannya, jika aku tidak mau mengencaninya, maka aku harus menghentikan nya Sekarang juga, sebelum obsesi nya semakin parah.
"Echa, aku mau ke toilet dulu"
"Ah baiklah"
Aku pergi meninggalkannya untuk ke toilet. Membasuh muka ku agar kembali segar setelah tadi lelah mengontrol emosi.
Setelahnya, aku berniat berpamitan dan pulang. Orang yang aku cari, Satria. Tidak dapat aku temui di sudut manapun. Sial nya, aku bertemu lagi dengan Echa.
"Jay! Aku dari tadi mencarimu loh"
"Oh sorry Echa. Aku mencari Satria. Aku akan segera pulang"
"Ah ayolah.. minum dulu bersamaku sebentar"
"Echa, aku harus pulang"
"Ini masih dini untuk pulang Jay.. ayolah. Hanya sebentar"
Akhirnya aku menuruti kemauannya. Aku kembali duduk bersama nya. Menuruti nya minum beberapa gelas lalu setelah itu aku akan pulang.
Sepanjang obrolan, dia selalu aktif menanyaiku berbagai macam hal. Dari yang sepele sampai yang mendalam. Entah sejak kapan, pandanganku menjadi kabur. Aku masih mendengar suara Echa, namun penglihatan ku buram. Hingga aku terjatuh dan tidak sadar lagi .
**
Aku bermimpi, semua orang meninggalkanku di tengah ruangan. Tidak ada siapapun disana, hingga aku merasa hampa kehilangan. Tidak terkecuali mama ku. Mamah menjadi orang yang terakhir meninggalkan ku sendiri di ruangan itu. Berkali-kali aku memanggil mamah, tetapi mamah tetap melangkahkan kakinya meninggalkan ku .
Setelah aku melihat sinar matahari yang menyilaukan, aku memejamkan mataku, setelah aku membuka mata, aku melihat langit-langit runagan seperti bukan kamarku. Aku teringat, ternyata kejadian tadi hanyalah mimpi. Untunglah.
Terasa sakit kepalaku, aku memegangi kepalaku, dan mencoba untuk duduk. Tetapi, pandangan mengejutkan seketika membuatku hampir tumbang kembali.
Aku melihat perempuan di samping ku tertidur pulas dengan balutan selimut. Begitupun dengan keadaanku. Tidak ada satu helai baju pun yang aku pakai selain selimut dari tempat ini, yang aku yakini hotel tempat birthday party Satria.
Echa.. perempuan ini bernama Echa. Kalau di ingat-ingat lagi, semalam aku menerima ajakan dia untuk minum dengannya. Lalu setelah itu aku kehilangan kesadaran. Padahal, aku hanya minum satu gelas. Itupun belum aku habiskan. Tidak mungkin aku mabuk hanya karena satu gelas alkohol. Aku yakin Echa terlibat dalam kasus ini.
Segera aku memakai pakaian ku kembali. Setelah itu aku meninggalkan Echa yang masih tertidur di atas ranjang. Aku tidak akan jatuh dalam permainan kamu.
Tempat pertama yang aku datangi tentu saja CCTV. Dengan identitas ku sebagai anak dari Januar Effendi, tentu hal mudah bagiku untuk meminta keamanan menunjukkan rekaman CCTV di tempat kejadian.
Benar saja. Terlihat Echa memasukkan obat dalam minumanku selagi aku pergi ke toilet. Bodohnya aku yang bisa menuruti permintaan nya! Jika saja aku mengabaikannya, tentu kejadian seperti ini tidak akan terjadi.
Terlihat juga bagaimana Echa memapahku ke lift dan berakhir di kamar hotel yang aku dapati ketika aku terbangun tadi.
Segera aku meminta salinan video CCTV sebagai barang bukti jikalau perempuan itu melakukan sesuatu untuk menjatuhkan ku.
Aku mengecek ponsel ku. Panggilan dan pesan dari papa dan mama terlihat memenuhi layar ponselku. Gawat mereka pasti akan menginterogasi ku. Bisa-bisa aku tidak boleh bawa mobil lagi keluar.
**
Echa. Dia terus menerus meneror ku. Dia selalu mengikuti ku di kampus. Dia juga sering kali menelepon ku tanpa kenal waktu.
Suatu ketika, teman perempuan ku, Raina menghampiri ku.
"Jay. Lo punya cewek baru ya?"
"Maksud Lo ?"
"Itu, si Echa. Dia bilang ke semua cewek kalo dia itu pacar Lo dan ngelarang cewek lain deket-deket sama Lo"
"Serius? Di bukan siapa-siapa gue!"
"Serius lah. Gue ini jijik liat cewek kaya gitu. Makanya gue bilang ini ke Lo!"
"Wahh benar-benar itu perempuan satu ! Gue biarin malah ngelunjak! Thanks ya Ra info nya"
"Iya sama-sama. Gih urusin. Enek gue sama cewek Lo ! Haha"
"Sh**ttt !"
Panjang umur. Echa menelepon ku. Aku menerima panggilan nya untuk memarahi atas apa yang dia lakukan.
"Jayy.. akhirnya kamu angkat juga"
"Echa stop! Jangan lanjutkan apapun yang udah Lo lakuin. Gue bukan pacar Lo jadi stop mengaku kepada semua orang kalau kamu pacarku!"
"Tapi-"
"Sudahlah! Aku sudah muak dengan tingkah kamu!"
Setelah itu, aku menutup telepon darinya. Tetapi, telepon lain masuk.
Papa..
--
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.