Part 36 (POV Jaeshen)

Comenzar desde el principio
                                        

"Ahh tante bisa aja. Haha"

"Anita, Tania, si Jaeshen ini dari pagi loh bolak-balik tanya ke aku masalah kalian kapan datang kesini. Kelihatannya Jaeshen tidak sabar bertemu tante Anita"

Ahhh mamah ini memang paling pintar membuat anaknya ini mati kutu.

"Mamaaa.."

"Haha. Yakin ga sabar ketemu sama Tante? Atau mungkin sama anak Tante?"

Mamah dan Tante Anita terlihat tertawa. Tapi tidak dengan Tania. Aku tau dia tidak nyaman dengan situasi ini. Aku pun berencana untuk membawa nya hang out.

"Mama, tante, Jaeshen boleh ajak Tania jalan ngga ? Menurut Jaeshen Tania sama aku juga takut ganggu mama sama tante Anita"

"Boleh sayang. Kalo Tania ga keberatan Gapapa"

"Gimana Tan ?"

"Em.. tapi ibu nanti gimana? Gapapa emang Bu kalo Tania pergi sama Jaeshen?"

"Iya gapapa sayang. Ibu tau ini kok kamu sama siapa"

"Yaudah, yukk Tan"

Aku mengajak dia untuk hang out bareng bersama. Aku menghubungi Mark dan Jeno yang kebetulan mereka sedang bersama. Dan Tania meminta ku untuk mengizinkan Mira ikut bersama.

Setelah menunggu berdua dengan Tania, kawan baik Tania, Mira datang terlebih dahulu. Baru beberapa puluh menit setelahnya, Mark beserta Jeno datang.

"Wihh.. Tan, kamu nunggu lama ga nih?"

Tanya Jeno begitu mereka sampai kepada Tania.

"Eh, ngga juga kok kak. Kami juga ga lama sampai"

"Bagus deh. Kamu bareng sama Mira?"

"Eh engg.."

"Iya kak. Aku bareng sama Mira"

Aku sempat menatap Tania. Seolah mencari jawaban atas apa yang ia katakan. Apa karena ada Mark kamu jadi tidak mengakui hal yang sebenarnya?

"Ehemm.. btw, kalian mau pesan apa?"

Aku memilih mengalihkan pembicaraan dan keluar dari situasi yang membuat rasa kekecewaan ku semakin besar.

Bahkan setelah nya, rasa kecewa ku bertambah dengan rasa kesal. Sepanjang obrolan, tatapan mata Tania selalu mengarah kepada Mark. Sama sekali tidak ke arah ku. Aku berpikir, apa ini yang di namakan cemburu? Tania, apa aku harus bilang jujur padamu, jika kita sudah di jodohkan?

**

"Jaeshen, sini. Papa mau bicara"

"Iya pah.. kenapa?"

"Kamu suka dengan Tania?"

"Maksud papa?"

"Papa yakin mama kamu sudah memberitahu kalau kalian di jodohkan"

"Pah.. tapi Tania sepertinya tidak menyukaiku pah.."

"Tapi kamu suka?"

"Yaa.. siapa yang tidak suka dengan Tania. Aku bersyukur jika bisa mendapatkan Tania. Tapi Tania tidak ada perasaan apapun sama aku pah. Aku ga mau maksain dia"

"Sudah lah. Papah hari ini mau bertandang ke rumah pak Kurnia"

"Papah.."

"Ssttt.. kamu tau ucapan 'Witing Tresno Jalaran Soko Kulino' kan ? Maka itulah hal yang harus kalian terapkan"

Aku tidak bisa menahan papa ku untuk membatalkan perjodohan. Aku memang menyukai Tania. Tetapi, aku tidak sampai hati jika dia tidak bahagia.

Setelah kedua orang tuaku cukup lama pergi ke rumah Tania. Aku mencoba untuk mengirimkan pesan kepadanya. Tapi, jangankan di balas, di baca saja tidak. Akhirnya aku menelepon.

"Yaaa hallo.."

Terdengar suara Tania di seberang telepon membuka percakapan kami.

"Tania, orang tua gue ada di rumah Lo ?"

"Iya. Kenapa?"

"Nanya doang sih. Lo ketemu sama orang tua gue?"

"Iya.."

"Tanya apa aja mereka ke Lo ?"

"Nanya Lo itu gimana di kampus"

"Terus Lo jawab apa ?"

"Kepo banget sih Lo ! Kenapa ? Lo takut gue bilang yang buruk soal Lo ?"

"Yaa ngga gitu juga sih.. eh terus ada bilang apa lagi ortu gue?"

"Ga ada. Itu doang. Emang kenapa sih?"

"Serius itu doang? Ga ada hal lain lagi yang di omongin ke Lo ?"

"Iya ga ada Jaeshen.. Lo itu kenapa sih ? Emang harusnya ada pertanyaan apa?"

"Ng-ngga.. Gapapa. Yaudah. Gue tutup ya.."

"Yaudah. Bye"

Apa mereka belum mengatakan nya pada Tania? Aku tidak mungkin memberitahu nya sekarang. Sebenarnya, mereka mau menunggu sampai kapan ?

--

--

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Kating Idaman (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora