1. HITAM
Aku sering melukis dengan warna ini, warna hitam. Biasanya cuma gores-goresan garis dengan kuas atau hanya diciprat-ciprat saja. Aku sering merasa hitam adalah warna yang paling mewakili karakter aku, yang (sebenarnya) tertutup, suka memendam rasa, baik marah atau kecewa. Di samping itu aku merasa hitam itu seperti misteri, sesuatu yang aku tidak tahu apa atau bagaimana jelasnya, dan aku juga tidak mau mencari tahu. Banyak hal-hal yang seperti itu, yang aku pikir akan lebih baik bila tetap menjadi misteri, dan di situ lah aku memiliki perasan penasaran terus-menerus, yang tidak ada habisnya.
2. MERAH
Ini warna kesukaanku sejak aku kecil, tas sekolahku merah, baju lebaran, sepatu merah, apa saja yang kalau aku bisa memilih pasti kupilih merah. Hampir di setiap lukisanku ada merah. Kadang aku memakainya saat aku merasa marah terhadap sesuatu, marah yang tidak bisa aku ungkapkan dengan kata, marah yang aku pendam. Saat aku tenang, merah bisa tidak ada di lukisanku, tapi kadang muncul di akhir cerita lukisanku itu, saat aku mulai merasa ada harapan, harapan bahwa lukisan yang sedang aku lukis itu bagus, dan ada semangat muncul di hatiku. Jadi kadang merah bukan hanya marah, tapi lebih ke harapan, dari semangat yang muncul, walau sekecil apa pun.
3. PUTIH
Ini warna ketigaku. Aku suka sekali putih, dan selalu melukis dengan menghabiskan banyak putih, terlepas di akhirnya putih itu terlihat banyak atau tidak. Bagi aku, putih bukan antonim hitam dan bukan pula pasangan merahku tadi. Putih adalah karakter tersendiri, terlepas dari kedua warna tadi. Putih lebih terbuka, lebih merespon semua kejadian dengan apa adanya, walau bukan yang terbaik. Setiap saat aku terhenti, tidak tahu warna apa berikutnya yang aku harus lukis, aku selalu berpaling ke putih, dan di tengah jalan saat aku bersama putih itu lah, warna-warna lain, semua warna yang ada, akan berlomba-lomba, memintaku untuk ikut hadir di lukisan aku.
