Part 34 (POV Jaeshen)

Depuis le début
                                        

"Hai Mark.."

"Mark, ini Jaeshen yang sering gue ceritain ke Lo. Panggil dia Jay aja"

"Hai Jay"

Begitulah awal aku berkenalan dengan Jeno dan Mark. Hubungan yang awalnya aku kira akan canggung karena aku yang tergolong murid petakilan, sedangkan Mark termasuk murid teladan. Tetapi, rupanya hubungan tersebut berjalan baik dan tidak pernah ada kendala yang Berarti.

Tak aku sangka, persahabatan ku dengan Jeno dan Mark bertahan sampai tahun ke-tiga. Walaupun kami dari jurusan berbeda, tetapi tak menghalangi persahabatan kami.

Yang aku kenal, Mark merupakan tipikal muridan teladan. Prestasi dia bagus, dia juga aktif di kegiatan kampus bahkan di non-akademik juga bagus. Hanya saja, menurutku hidup dia terlalu datar. Dia tidak tertarik dengan perempuan. Seringkali aku mendengar cerita jika kami berkumpul kalau Mark baru mendapatkan confess dari seorang perempuan. Tapi, lagi-lagi dia menolak. Setiap aku bertanya, dia selalu beralasan belum memikirkan untuk masalah percintaannya.

Lain Mark lain Jeno. Sahabatku yang satu ini, selain mempunyai wajah tampan (walaupun tidak bisa menandingi ketampanan ku (◔‿◔) ) dia sedikit ingin tahu dengan dunia yang aku tinggali. Dunia malam setelah selesai kegiatan kampus. Aku sadar, langkah seperti ini merupakan kesalahan, dan juga aku telah berjanji kepada Mark, jika tidak akan membiarkan Jeno terlalu jauh. Jadi, aku hanya mengajak dia ke pesta yang menurutku ringan .

Suatu ketika, kedua orang tuaku mendengar kabar tentang bagaimana aku menghabiskan uang dan kehidupan ku setelah kampus. Hari itu, sungguh aku tidak menyangka akan menjadi awal sesuatu yang besar seperti sekarang.

"Jaeshen! Apa ini?!"

Teriak papaku marah.

"Apa sih paaah.."

"Kamu ini bisa tidak serius sedikit? Kamu ga liat apa yang sudah kamu lakukan hah?!"

"Papah, aku tidak bersalah"

"Apa yang kamu maksud tidak bersalah hah? Ini jelas-jelas foto kamu! Bukan hanya satu. Tapi ini banyak sekali Jaeshen!"

Aku tidak tahu bagaimana Papa mendapat semua foto tentang kehidupan malam ku. Di foto tersebut, terlihat jelas jika aku sedang minum di dampingi beberapa wanita. Selama ini, aku main sebersih mungkin. Seperti menghindari berhubungan one night stand, atau mengkonsumsi obat terlarang. Jika hanya minum, bukankah itu hal yang wajar? Itu yang ada dalam pikiran ku, tetapi tidak dengan Papa ternyata.

"Paa.. aku hanya minum di pesta teman aku. Apa aku salah?"

"Lalu, bagaimana kamu jelaskan tentang beberapa wanita yang di sekeliling mu?"

"Aku saja tidak mengenal mereka pah.."

"Jay, kamu tau kan kalau kamu ini penerus papa, banyak kolega papa, tentu banyak juga rival papa yang ingin menghancurkan bisnis papa. Papa takut, jika citra mu rusak bisa berdampak untuk kamu yang notabene nya calon penerus perusahaan dan loyalitas para karyawan tentang kamu. Bahkan mungkin, kelemahan ini bisa di jadikan alasan untuk menjatuhkan perusahaan"

"Papa, aku cuma minum paaahh.. selama ini, aku tidak pernah memakai obat terlarang atau pun free sex . Aku tidak pernah melanggar janjiku"

"Yasudah. Kali ini papa maafkan. Lain kali tidak ada ampun. Ingat, banyak orang yang ingin menjatuhkan kamu. Jangan lengah"

"Baiklah. Terimakasih pah"

Apa? Begini saja ? Benar berhenti sampai sini ? Biasanya, papah bisa menceramahi ku dari Maghrib sampai lewat tengah malam. Tapi kali ini papah melewatkan ku begitu saja? Aku tidak tenang. Seperti ada sesuatu yang lebih buruk yang akan terjadi.

**

"Jay"

"Oit.. gimana Jen ?"

"Lo ga ngerasa aneh sama Mark?"

"Aneh? Aneh apaan?"

"Mark akhir-akhir ini terlihat lebih bahagia. Gue curiga dia punya someone yang kita ga tau"

"Haha. Aneh banget. Lo yang sahabat dia aja ga tau. Apa lagi gue?"

"Iya sih. Hahaha . Eh by the way, Lo ga ngerasa lagi di perhatiin?"

"Maksud Lo Jen?"

"Arah jam 2 dari tempat Lo, gue rasa dia ngeliatin Lo dari tadi"

"Sia-- ahh.. gue tau. Gue tau cewek itu"

"Siapa emang?"

"Gue ga kenal, tapi gue tau cewek itu sering banget gue liat"

"Sebentar, apa maksud Lo dia ini emang sengaja ngikutin Lo ?"

"May be"

"Enteng banget Lo jawab gitu ! Gue yang liat aja serem"

"Gitulah Jen kalo jadi cowok populer nan ganteng kaya raya"

"Edan !"

"Hahaha"

Saat itu, aku tidak ambil pusing dengan perempuan stalker itu. Sampai suatu hari aku baru sadar, jika orang sepertinya sudah keterlaluan.

--

Jaeshen William Effendi

Jaeshen William Effendi

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou mettre en ligne une autre image.
Kating Idaman (END)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant