Part 19

20.6K 3.1K 19
                                    

Luca tidak tahu sudah berapa lama ia menatap pemandangan di bawah sana. Tapi, ia masih bisa mendengar gerutuan tak jelas dari si penyihir elit kerajaan. Bocah lelaki itu melirik pintu di belakangnya dengan tatapan lelah.

Ck, kapan sih penyihir itu diam?

Nggak bisa diam lagi, ya?

Atau jangan-jangan, dia stress beneran?

Ingat status sebagai penyihir kerajaan dong! Jadi harus jaga imeg sedikit!

Luca memutar mata malas saat mengingat kata-kata Harold tentang 'mengkhianati janji kita'. Emang situ siapa? Berkoar-koar dengan semangat berapi-api saat tahu pamannya memiliki seorang putri?

Lagi pula, Harold kan seorang pria. Jadi tidak mungkin dan sangat-sangat-sangat tidak mungkin, alias mustahil pake banget kalau ia adalah pasangan Raizel. Lalu, ada apa dengan kalimat 'mengkhianati janji kita' itu?!

Sial!! Itu menggelikan!!

Luca menghela napas untuk kesekian kalinya. Ia mulai merasa mengantuk, sampai sosok kecil di tengah taman bunga di bawah sana masuk ke dalam sudut pandangnya.

Luca berdiri, mencondongkan tubuhnya ke arah jendela untuk mengamati sosok kecil berambut putih keperakan di bawah sana dengan seksama. Ia tidak tahu kalau ada anak kecil lainnya di istana. Dan dilihat-lihat lagi, mungkin anak itu masih berusia sekitar dua atau tiga tahun.

Tapi, tunggu!

"Nggak mungkin anak usia dua atau tiga tahun bisa berkeliaran dengan bebas. Jadi usianya mungkin sekitar empat atau lima tahun," Luca bergumam sendiri.

Rasa penasarannya tersibak. Apalagi setelah mendengarkan gerutuan Harold yang ia vonis sedang stress, keinginannya untuk keluar sekarang melebihi keinginan Veronica untuk kembali ke istana.

Dengan demikian, Luca keluar dari kamar sementaranya, melirik diam-diam pada Harold yang masih menggerutu tak jelas sendiri, lalu berlari ke arah tangga dan turun ke bawah.

Sesampainya di luar menara, Luca menoleh ke kanan dan ke kiri. Kalau menurut ingatannya, ia perlu berjalan di sekitar bangunan ini untuk sampai ke taman bunga. Jadi, tanpa berpikir panjang, Luca benar-benar perlu berkeliling.

Tak lama kemudian, taman bunga yang ternyata lebih luas dari perkiraannya itu memasuki bidang pandangnya. Luca berhenti sejenak sebelum akhirnya melangkah masuk dan mencari sosok kecil itu. Ia ingin tahu identitas anak kecil itu.

Setelah berjalan masuk cukup jauh, Luca akhirnya menemukan sosok kecil yang ia cari, yang ternyata adalah seorang gadis kecil dilihat dari rambut panjangnya dan baju yang ia kenakan. Sosok kecil itu sedang berjongkok di depan sebuah bunga, seolah ia sedang mengagumi keindahan bunga itu.

Luca memutuskan untuk berjalan mendekat perlahan. Ia tidak ingin mengganggu kesenangan gadis kecil itu, namun ia malah tak sengaja menginjak dedaunan kering yang berhasil menciptakan suara di tengah keadaan hening.

Luca mengangkat alisnya saat melihat gadis kecil itu tersentak kaget. Detik berikutnya, gadis kecil itu bangun tiba-tiba dan menoleh ke belakang. Tatapan mereka bertabrakan di udara dan membeku untuk beberapa saat.

Melihat mata merah mudanya, Luca jadi berpikir, 'ah, warna matanya mirip seperti warna mata ibuku.'

.

.

.

Setelah melihat taman bunga, Veronica akhirnya menyerah saat melihat bunga-bunga beraneka warna yang menarik perhatiannya. Ia mengabaikan menara yang menjulang tinggi dan masuk untuk mengagumi bunga-bunga itu sebentar.

I Became a Princess in Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang