"Guild Master, Semua Anggota telah bersiap." Seorang wanita terlihat berjalan mendekati ketiganya.

Wanita itu mengenakan sebuah armor kulit, lengkap dengan tongkat sihir dan sebuah sarung tangan yang juga memiliki ukiran rumit.

"Kerja bagus Liane, segera lakukan serangan setelah kuberi aba-aba." Julian segera memberi perintah kepada gadis yang ternyata bernama Liane itu yang segera mengangguk dan mulai mempersiapkan pasukannya.

Sebelum wanita itu pergi, tatapannya sempat bertemu dengan mata Fang, membuat pria berambut hitam itu hanya bisa memandangi wanita tersebut dengan wajah sendu.

"Hah.... Rendy adalah anggota yang baik, dia memang terkadang ceroboh tapi rasa setia kawannya sangat tinggi, kurasa hal itulah yang membuat Liane menyukainya ." Julian juga hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan ketika melihat wanita tersebut.

Fang disisi lain mulai mengepalkan tangannya keras, ia kemudian menatap Lena yang masih memanggil lebih banyak pasukan, membuat para Undead itu berada di atas angin dan kini berhasil membantai seluruh anggota Gladiator yang menjaga gerbang, dan telah membobol gerbang tersebut.

Menatap ke arah gerbang yang telah terbuka tersebut, ia kemudian menatap ke arah Lena yang hanya mengangguk menanggapi hal itu.

Gadis bertudung itu kemudian memanggil beberapa Undead beast yang segera dikendarai oleh masing-masing anggota dari Krypton maupun Lunar Moon.

"Sudah beberapa bulan telah berlalu, sejak ia meninggalkan kita." Julian mulai berbicara dihadapan para pemain itu, mencoba untuk menaikkan semangat mereka.

"Seorang Teman...."

"Sahabat...."

"Dan juga, Saudara yang baik."

"Hari ini, adalah hari dimana darah harus dibalas dengan darah!"

"Hari dimana dia akan mendapatkan keadilan!"

"Keadilan dengan hancurnya Gladiator!"

""Ya!!!""

Seruan itu bagaikan menggetarkan hati mereka.

""Tuntut keadilan!"""

""Hancurkan Gladiator!""

""Tuntut keadilan!"""

""Hancurkan Gladiator!""

""Tuntut keadilan!"""

""Hancurkan Gladiator!""

...

Sorak sorai terdengar memenuhi udara, nafas seluruh orang di tempat itu kini bersatu, dalam api dendam yang hanya bisa dipadamkan oleh kehancuran gladiator.

"Krypton! Serang!"

Julian kemudian mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, sebelum mengendarai Undead beast yang ditungganginya dan melesat menembus angin.

"Mari tunjukkan kepada mereka bagaimana gerhana menelan bulan dimalam hari, Lunar Moon Maju!" Tak mau kalah, Gyl mulai memimpin anggota Guildnya untuk menyerang, menyusul anggota krypton yang telah berada jauh didepan.

"Apa kau yakin akan melakukan hal ini sekarang Fang? Kondisimu masih belum pulih bukan?" Lena disisi lain mulai menatap pria berambut hitam dihadapannya dengan tatapan khawatir.

Sudah beberapa hari telah berlalu semenjak kejadian di area event itu, namun rasa sakit yang melebihi rasa sakit level 10 masih teringat dengan jelas dalam pikiran Fang.  Hal itu lagi-lagi membuat tubuhnya didunia nyata mengalami beberapa gangguan dalam sistem saraf, membuat sedikit kesulitan untuk menggerakkan tubuhnya dalam beberapa hari terakhir ini.

"Ya.... Ini adalah satu-satunya kesempatan kita, kita tak tahu kapan mereka akan pindah lokasi." Fang disisi lain hanya tersenyum tipis menanggapi hal itu.

"Selain itu kau tak perlu khawatir, obat penghilang rasa sakit yang diberikan Martha bekerja dengan baik." Fang mulai memandangi Martha yang hanya menghela nafas menanggapi hal itu.

"Hah.... Ya, tapi ku sarankan untukmu untuk banyak beristirahat, kami yang akan mengurus bagian ini." Martha berniat untuk mengatakan hal itu tapi, ia segera mengurungkan niatnya.  Ia tentunya tahu dan paham bagaimana perasaaan Fang saat ini.

"Selain itu aku tak menyangka, salah satu dari mereka adalah orang itu." Martha mulai bergumam pelan sambil memeluk dadanya dengan ekspresi jijik di wajahnya.

Peter yang melihat hal itu secara sekilas mulai menaikkan sebelah alis. Ia kemudian mendekati wanita berambut pirang tersebut, hanya untuk merasakan sebuah jitakan di kepalanya.

"Hei? Apa salahku? Aku tidak melakukan apa-apa bukan? Huhuhu..." Peter mulai menggosok benjolan di kepalanya sambil memandang Martha yang terlihat sama sekali tak menunjukkan wajah bersalah.

"Karena pria selalu salah." balasnya singkat.

"Hei, itu aturan darimana?"

"Dari kodrat kalian sebagai pria."

Peter ingin mengatakan sesuatu, namun melihat Martha yang kini tersenyum penuh makna ke arahnya, membuatnya segera menelan ludah. Ia kemudian hanya bisa merenung di pojokan, dan menggambar lingkaran di tanah dengan jarinya.

"Tapi, kau berbeda." Gumam gadis itu pelan, saking pelannya Peter tidak dapat mendengar hal itu.

Alteia Land:The Fallen Hero's Revenge [End]Where stories live. Discover now