Vending Machine <TXT Soobin>

52 4 3
                                        

Hai? Makasi udah nyempetin baca, inget tinggalin jejak ya

Vomentt

.

.

.

Happy Reading!


-o0o-

Klontang! Klontang! Sebuah kaleng cola akhirnya jatuh dari vending machine berkat tendangan seseorang. Aku yang hendak mengambil minuman ku dan mengucapkan terimakasih, tiba tiba orang yang menendang mesin tersebut mengambil duluan.

"YAK, CHOI SOOBIN! Itu milikku!" Soobin menggeleng keras kemudian menyanggah.

"Kan aku yang bantu nendangin?" katanya sambil menyeringai, hah, seringaian yang menjengkelkan. Ingin rasanya ku geplak sayang mulutnya.

"TAPI ITU AKU YANG BAYAR!"

"CK! Pada akhirnya, tetap harus ku bantu kan?!" Ck, menyebalkan tapi ia sangat manis. "Sudahlah, ambil saja. Aku malas berdebat" ucapku mengalah sambil bersikap sedikit tsundere. "A-Ah, kamsahamnida. Besok aku ganti cola nya! Aku berjanji!"

Aku hanya menghela napas dan mengangguk. "(nama panggilanmu)- ah, annyeong" pamitnya sambil melarikan diri. Dasar tak tahu malu! Tapi.. gwenchana. "Untung gebetan. Astaga, tapi tadi jujur. Jantungku ingin meledak, deg degan terus. Nggak baik buat kesehatan jiwa raga ku" kataku sambil mengelus dada.

Senang sih iya, tapi perdebatan kami tadi mengungkapkan betapa lucunya ekspresi Soobin tadi. Eum.. omong omong.. Sekarang jam berapa ya? Ah, aku nyaris saja terlambat makan siang. Masih ada dua puluh menit sebelum kelas berikutnya.

Oke, mari tenangkan masyarakat perutku yang meronta ronta. Setelah itu baru keperpustakaan.

Tak lama saat perjalanan menuju kantin, Heejin menelpon ku. "Yeoboseyo? Eoo, Heejin-ah. Aku sedang menuju kantin. Iya sebentar lagi aku datang. Pesan? Pesankan aku bibimbap yang seperti biasa. Arraseo, nanti ku traktir. Eo, gomawo Heejin-ah" kataku sambil menutup telpon.

***

"Yena ya, jangan lah terus terusan mencari masalah dengan Ryujin. Astaga, dia hanya tidak sengaja menabrak mu tadi. Jangan terlalu membesar besarkan." Aku mengangguk, menyetujui perkataan Heejin sambil memakan tornado potato berbalut bumbu barbeque ku.

Yena menggerutu kesal. "Tidak! Aku yakin dia sengaja! Dasar ular licik itu."

Aku kemudian menggeplak pelan kepala belakang Yena. "Yak! Ah, weireee?!" Yena hanya mengaduh, membuat Heejin tertawa kecil. Sementara aku menatap tajam Yena dengan muka songongku. Bercanda.

"Kalau dia ular, kamu apa? Buaya betina? Salahkan dirimu jika Riwon tiba tiba menjauh. Dia hanya anak polos kau tahu?! Bisa bisanya kau mempermainkan anak polos seperti dia yang tak mengerti arti pacaran" kataku kesal.

Yang benar saja! Ryujin kemarin hanya menemani Riwon ke toko buku milik adik angkatnya. Adiknya yang masih sma merintis toko buku kecil kecilan, alasan nya cukup sepele yaitu karena dia suka membaca.

Trus tadi di kelas Mina ssaem, Ryujin yang datang buru buru tak sengaja menyenggol bahu Yena ketika Yena sedang berdiri untuk membersihkan bangkunya.

"Itu benar, Yena ya. Berpikir positif dulu dan jangan hanya asal menjudge orang. Mungkin ia tidak sengaja" jelas Heejin mencoba memberi pengaruh pikiran positif pada Yena.

Yena mendesah keras karena tak terlalu menyukai nasehat kami. "Ck, terserahlah. Aku ingin kekamar mandi." Yena kemudian bangkit dan perlahan meninggalkan kami.

Random PovTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang