🌻023. Hukuman

Mulai dari awal
                                    

Angin kencang yang terasa di mata kiri Ainaya membuat gadis itu sedikit lega. Itu adalah Brian yang meniup matanya agar efeknya membaik.

"Baikan?" tanya Brian memastikan.

"Iya, udah lepasin gue," Ainaya memukul kecil dada bidang Brian, dia sedikit resah karena semua mata memandangi mereka berdua.

Bukan! Ini sudah bukan jam pelajaran lagi, bel istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu saat Ainaya dan Brian sedang asyik memandangi wajah mereka satu sama lain, tadi.

Suasana hebohnya meledak kembali.

"OMG."

"TAMBAH LENGKET AJA, MEREKA, WOY "

"GILA GILA! SWEET COUPLE BANGET ANJIR!"

"IRI GUE SAMA NAYA."

"GUE DUKUNG MEREKA BANGET SIH! "

Dan masih banyak lainnya cibiran para mulut-mulut yang menatap aksi dari Brian dan Ainaya. Biasakan seperti ini?

Brian paham apa yang harus dia lakukan sekarang. Tentu saja melepaskan gadis itu.

"WOY NAYA GEMBEL!" seru seseorang. Ini terdengar seperti celaan, bukan sapaan, tentu saja Thaletha yang berkata. Seraya berjalan bersama Sejuk menghampiri Ainaya di sana.

"Lo gue tunggu berjam-jam nggak tahunya, lagi asyik berdua di sini!" Sejuk menatap Ainaya secara koar-koar. Jika bisa dilihat, ada api di mata Sejuk.

"Gue dihukum, gara-gara telat." Ainaya menjelaskan.

"NO! DON'T BELIEVE!" Thaletha mengkerutkan kedua alisnya mengangkatnya ke atas.

Membuat Ainaya berdecak kesal. "Ck, susah jelasin bahasa manusia, ke binatang."

"Ah, lo berdua tuh, semakin hari, bikin Sejuk sakit hati," cakap Thaletha dengan entengnya menyalahkan Sejuk.

Tentu Sejuk yang merasa perkataan Thaletha itu salah, tidak menerima begitu saja. "Apa-apaan, lo bawa gue!"

Thaletha tidak membalas, hanya menampilkan cengirannya.

Kini suasana hening di antara keempatnya. Baik Ainaya, Brian, Thaletha juga Sejuk tidak berkata lagi.

"Nay," seru seorang remaja laki-laki yang tidak diundang kehadirannya.

Dia datang dari arah samping Ainaya.

"Yah, si banci datang, gays." cibir Thaletha mencemooh.

"Ngapain sih lo? Mau ngajak berantem lagi?" suara Sejuk terdengar sangat nyolot, seakan menantang Azka untuk berduel.

Sedikitpun, Azka tidak akan mengubris pertanyaan Sejuk.

"Kenapa lo deketin Brian?" pertanyaan yang tidak cukup masuk di akal ini keluar dari bibir Azka. Bukannya mereka sudah mantan ya? Dan juga, tadi itu bukan mendekati Brian, melainkan sekedar menjalani hukuman bersama Brian.

Ainaya memandanginya tajam. Setajam silet. "Urusannya sama lo, apa?" jengkel Ainaya. Membuang waktu saja si Azka.

"Gue mau kita balikan... Nay.." lirih Azka. Sudah berapa kali dia mengajak Ainaya untuk balikan.

"Sampah yang udah dibuang ke tempatnya? Emang bisa dipakai lagi, ya?" Ainaya meremehkan.

"Gue minta maaf. Sekarang lo terima gue sebagai pacar lo, lagi kan?" Azka memelaskan wajahnya.

Plak!

Suara tangan Ainaya yang menampar Azka tepat di pipi pria itu.

"Gue rasa tamparan itu, udah  cukup, untuk ngewakilin jawaban gue." Ainaya menjelaskan.

"Gue nggak suka, lo deket sama Brian!" Azka terpancing emosi.

"Gue nggak peduli." Ainaya bersikap tak acuh.

"Lo cuma mantannya Naya." timbrung Sejuk yang gemas melihat itu.

"Yaelah, status mantan ajah pake segala sok ikut campur," Thaletha ikut-ikutan.

"Mantan itu tak lain dengan barang bekas!" ucap Brian tak tahan ikut bergabung.

"Ninggalin berlian demi sampah. Eh pas si berliannya deket sama cowok lain, AKU KEPANASAN HUH HAH PANAS!" Thaletha  semakin mengomporkan dan memanaskan situasi. Tangannya mengipas-ngipas wajahnya secara sengaja.

"Baru kerasa nyesalnya, haha." gelak Sejuk menertawakan Azka puas sekali.

"Tapi sorry aja..... Namanya mantan ya mantan ajah! Naya udah nggak punya perasaan apa apa lagi ke lo," Sejuk menjeda ucapannya.

Lalu menyambungkan.
"N. A. J. I. S, NAJIS!" Sejuk mengeja. Seraya membuang kasar ludahnya ke tanah kini keadaan sudah tidak terkendali.

"Buat cowok modelan banci kayak lo, mah," Thaletha menyenggol bahu Sejuk sebagai kode.

"NGGAK SELEVEL SAMA KITA KALI." kata Sejuk dan Thaletha sangat kompak. Disambung dengan ketawa remeh mereka, bahkan Ainaya ikutan tertawa.

Ini adalah percikan api.

Azka mengepal tangannya dengan keras, menahan sekumpul emosinya, di sana menarik nafas dalamnya.
"Kalau gue nggak bisa dapetin lo, yang lain nggak boleh dapetin lo." Azka melirik Brian.

"Lo cuma milik gue."

"Dan dengan cara apapun, gue akan balikin sifat lo yang arogan ini, jadi Ainaya yang dulu." kukuh Azka.

Ainaya semakin menghampiri Azka sekarang. "Lo berharap itu akan terjadi? Mimpi lo ketinggian." hardik Ainaya, seraya mendorong tubuh Azka pelan.

"Dulu di mana lo saat gue dengan tulusnya manggil lo, Al? Di mana lo saat gue butuh lo? Dan secara bodohnya, sekarang lo berharap gue akan jatuh ke dalam lubang yang sama?" Ainaya menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

"Jangan pernah, lo mengharapkan hal itu terjadi, stupid!" caci Ainaya secara kasarnya. Sedetik kemudian, dia mengambil langkahnya menuju kelas, persetanan dengan hukuman Tuti, sudah selesai.

Brian, Thaletha, dan Sejuk meningalkan tempat menyusuli jejak kaki Ainaya yang sudah mendahului. Secara serentak.

Kini pria bernama Alzaska itu termenung dia sedang bicara dalam hatinya.

"Lo main-main sama Alzaska, Nay! Lo akan tahu akan tahu akibatnya."

"Percikan api sudah dimulai. Kini tunggu dia membesar dan melukai tuannya."

"Gue akan buat lo jadi milik gue gimanapun caranya."

"Gue emang nggak cinta sama lo. Tapi gue nggak suka milik gue diambil orang lain."

"Hati gue kebakar saat ngelihat lo bareng Brian ataupun cowok lain."

"Walau Galang, sekalipun."

"Lo milik gue, Nay."

Bersambung......

Ainaya ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang