Itulah yang terjadi setelah Jungkook memergoki Jihye akan dibawa kabur oleh Taehyung.

Donghaaan: Boleh! Tapi ayah Jihye Sunbae tidak akan marah, bukan? Aku takut.

Jihye refleks terkekeh. Gadis itu membayangkan wajah menggemaskan Donghan saat ini. Gadis itu kemudian mengetikkan pesan balasan lagi.

JihyePark: Diam-diam saja. Kita juga bisa bermain tanpa sepengetahuan dari ayahku. Jadi, kau tenang saja, Donghan!

Jihye butuh teman. Tentu saja selain Sora dan Kara. Jihye rasa, perasaan sukanya terhadap Jungkook kini telah pudar. Tidak ada lagi rasa untuk memiliki pria berusia 30-an tersebut. Justru Jihye ingin cepat-cepat pergi dari hidup Jungkook dan memulai kembali hidupnya yang baru.

Benar yang dikatakan oleh Kara beberapa bulan lalu. Daripada menjadi simpanan seorang pria beristri, lebih baik single seumur hidup. Tidak masalah hidup susah, asal tidak memakan sakit berulang kali karena cemburu dan tertekan.

Ditambah pikiran-pikiran Jihye yang semakin hari semakin mencurigai perasaan Jungkook terhadapnya.

Mungkin Jungkook hanya terobsesi saja pada Park Jihye. Sehingga pria itu banyak melarang Jihye melakukan ini dan itu, bahkan bertemu dengan lawan jenis.

Jujur, Jihye sudah muak. Kebutuhannya memang tercukupi. Bahkan lebih dari cukup. Akan tetapi, kebodohannya kini telah hilang setelah sadar dan tidak lagi mencintai Jungkook sangat dalam.

Pergerakannya dipersempit. Atau mungkin saja hanya bisa bergerak beberapa centi. Dan semakin lama akan semakin sempit sehingga tidak bisa membuat Jihye bernapas.

Untuk apa kebutuhan tercukupi tapi Jihye tersiksa dengan semua permainan Jungkook? Selama ini Jihye telah dibodohi oleh pria tua itu. Pria yang merasa paling berkuasa atas tubuh dan hidup Jihye, hingga membuat Jihye lupa bahwa yang berkuasa atas tubuh dan hidupnya adalah dirinya sendiri.

Menjauhi ranjang, Jihye kemudian keluar dari dalam kamar untuk turun ke lantai bawah. Jihye haus, maka ia berjalan menuju dapur.

Hanya saja, saat ia sedang sibuk mengikat rambut dengan asal lalu meraih gelas, matanya melihat kedatangan seorang wanita dengan anak kecil di gendongannya.

Tidak lupa ada Jeon Jungkook di belakangnya yang menatap Jihye tajam. "Ini orangnya?"

"Ya, dia orangnya," jawab Jungkook atas pertanyaan sang istri.

Jihye sendiri masih dibuat bingung sekaligus terkejut. Belum siap jika istri Jungkook akan mengamuk padanya karena ada putri kecil Jungkook di sana.

"Kau pembantu rumah tangga di apartemen suamiku?" Jihye diam. Sejenak melirik ke arah Jungkook yang tengah memberikan tatapan intimidasi, refleks membuat kepalanya mengangguk. "Ya ampun, kau masih sangat kecil. Bagaimana bisa suamiku mempekerjakan anak di bawah umur?"

Yoora, wanita itu melangkah kian dekat. Berdiri di depan Jihye, lalu mengusap pipi Jihye seraya memberikan tatapan teduh.

"Seharusnya kau fokus saja dengan sekolahmu. Di mana orang tuamu? Apa mereka tahu kau bekerja sebagai pelayan di sini? Suamiku benar-benar kurang ajar. Dia tidak bercerita padaku. Aku bahkan baru tahu dia memiliki apartemen ini."

"A-ah ... ya, me-mereka tahu," jawab Jihye gugup.

Hatinya mencelus. Sikap Yoora kepadanya terlalu lembut dan perhatian. Yoora bahkan khawatir pada Jihye karena benar-benar menganggap Jihye dipekerjakan sebagai pelayan.

"Sayang, ayolah ... kita harus jalan-jalan. Aku sangat merindukanmu."

Yoora menoleh. Wanita itu menganggukkan kepala dan mendekat lagi ke arah Jungkook.

Jihye dapat melihat tangan Jungkook merangkul bahu Yoora. Bibir itu mengecup pipi dan bibir Yoora secara bergantian sebelum menggendong sang putri.

Cih, benar-benar terlihat seperti suami dan ayah yang penyayang.

Kedua mata Jihye terus menyaksikan bagaimana mesranya pasangan itu. Mengabaikan dirinya yang berdiri di lantai dapur dengan piama.

"Hei, kau bisa main ke rumah kami. Chloe pasti senang memiliki teman sepertimu!" usul Yoora.

Namun, Jihye menanggapinya dengan senyuman. Kepala segera digelengkan sebagai tanda penolakan. "Terima kasih, Nyonya. Tapi saya di sini saja."

"Baiklah. Kalau begitu, aku akan sering ke sini untuk menemanimu!" Yoora melempar senyum kelewat manis, membuat Jihye memaksakan senyum dengan jemari saling meremas. "Selamat bekerja! Aku dan anakku akan kembali ke sini lagi nanti."

Jihye mengangguk. Tatapannya kemudian bertemu pada kedua bola mata Jeon Chloe.

Anak itu menatapnya polos, membuat Jihye kian merasa bersalah. Ia sangat jahat karena telah merusak rumah tangga orang. Apalagi anak sekecil dan selucu Chloe yang ayahnya harus direbut oleh Jihye.

Ketika Jihye menunduk, suara Jungkook mendadak terdengar—menyakiti perasaannya. "Park Jihye, bersihkan rumah. Bersihkan kamarku. Istri dan anakku akan tidur di sini. Semua barang yang tidak penting di dalam kamar, singkirkan saja."

Menelan saliva berat, kepala Jihye pun sontak mengangguk. "B-baik, Tuan Jeon," sahutnya lirih.

Bukankah ini kesempatan yang bagus untuk kabur? Keputusan yang benar pula jika Jihye kabur dari hidup Jungkook karena lagi-lagi, pria itu kembali menyakitinya. Kini kian dalam, sangat dalam sehingga Jihye hanya bisa menangis tanpa suara. []

AFFAIRWhere stories live. Discover now