Gadis itu masih mencoba untuk mengabaikan apa yang dilakukan oleh orang asing yang berada di sebelahnya. Cukup lama dia bertahan, hingga pada akhirnya gadis itu tidak mampu membohongi dirinya sendiri. Embun yang menetes dari kaleng kopi tersebut sepertinya membuatnya tergoda, bagaimana tidak ? cukup lama dia duduk termenung sendiri tanpa makanan ataupun minuman. Setidaknya minuman yang diberikan pemuda itu mampu mengobati dahaga yang dia rasakan.

Akhirnya gadis itu mengambil kopi kaleng yang ditawarkan oleh orang tak di kenal yang duduk di sebelahnya, dia sudah tidak peduli lagi tentang apapun yang sudah dilakukan pemuda itu terhadap minuman yang dia berikan. Yang penting baginya sekarang adalah bagaimana dirinya dapat mengatasi rasa haus yang dirasakannya sedari tadi.

"Makasih..." Ucap gadis itu sembari membuka kopi kaleng yang sudah berada di tangannya.

Pemuda itu hanya mengangguk, dia kembali memandang kedepan sambil sesekali menikmati kopi miliknya. Kesunyian kembali menyelimuti mereka berdua, hingga akhirnya langit yang mencoba mencairkan suasana. Gemuruh guntur mulai terdengar, awan awan hitam mulai menghiasi langit. Tak lama kemudian tetesan demi tetesan air mulai jatuh, terjun bebas membasahi tanah, menciptakan aroma yang khas, mungkin inilah cara langit untuk memecah kebuntuan diantara kedua orang ini.

Mereka berdua akhirnya terjebak disana, hanya berdua. Gadis itu terlihat menikmati suasana saat hujan turun, di bibirnya mulai terukir senyum senyum kecil, meskipun sedikit dipaksa. Dia melirik kearah pemuda disampingnya, dia melihat pemuda itu masih memandangi hujan yang sedari tadi membasahi jalanan yang ada di hadapannya, mungkinkah pemuda ini juga menyukai hujan ?.

"Kamu suka hujan ?" tanya si pemuda pada gadis itu

"ehh ?! iya sedikit..." Gadis itu terkejut "Dari mana kamu tahu ?"

"Kamu mulai tersenyum sesaat setelah hujan turun"

Gadis itu heran, ternyata pemuda itu memperhatikan dirinya. Kali ini gadis itu memberanikan diri untuk menatap orang asing yang ada di sebelahnya.

"Gimana kalo kamu ? suka hujan juga ?" Tanya gadis itu

"Setelah melewati hari yang panas tadi, untuk saat ini jawabannya iya " Pemuda itu kembali menenggak kopi kaleng yang ada di tangannya "lagipula menurut orang orang hujan bisa menghapus perasaan sedih yang sedang kita rasakan"

"Ya, kau benar" Gadis itu menggenggam kopi kalengnya dengan kedua tangannya.

"Berarti saat ini kau sedang sedih bukan ?"

Gadis itu kembali menatap pemuda itu, dia merasa terjebak dengan apa yang dikatakan oleh pemuda itu.

"Ya, aku sedang menghadapi suatu masalah yang membuatku bingung"

"Aku tidak keberatan mendengarkan ceritamu" Pemuda itu meletakkan kaleng kopi yang dia minum disebelahnya "Setidaknya sampai hujan ini berhenti"

Terlihat keraguan di wajah gadis itu. Dia berpikir apakah dia bisa mempercayai orang yang bahkan namanya pun tidak dia ketahui.

"Aku tidak memaksa, lagipula sepertinya hujan ini bakalan lama dan aku pikir akan menyenangkan menunggunya reda sambil mendengar ceritamu"

Gadis itu menundukkan kepalanya, dia menghela nafas panjang. Dia melihat hujan yang semakin deras membasahi bumi, sepertinya benar kata pemuda itu, hujan ini tidak akan reda dalam waktu dekat.

"Aku merasa telah mengecewakan banyak orang" Ucap gadis itu

"Siapa ?"

"Mereka yang mendukungku, yang selalu menjadi penyemangatku dalam melakukan aktivitas"

"Penggemarmu ?"

"Bisa dibilang begitu"

"Apa yang sudah kau lakukan ?"

"Mungkin ini salahku karena tidak bisa memisahkan antara pekerjaanku dengan kehidupan sosialku" Gadis itu terlihat murung "Anggap saja sesuatu dari kehidupan sosialku sebagai orang biasa membuat mereka cemburu"

"Bukankah itu bukan hal besar ?" Tanya pemuda itu

"Memang, tapi aturan yang ada di pekerjaanku membuat itu menjadi masalah yang besar"

"Lalu ?"

"Ya peristiwa itu mendatangkan beberapa pertanyaan dari mereka yang mendukungku, mereka meminta kejelasan, mereka mengatakan mengapa aku melanggar peraturan suci tersebut, bahkan beberapa dari mereka menyatakan kekecewaan mereka dengan bahasa yang cukup membuatku sakit hati" Jelas gadis itu

"Aku mencoba untuk mengklarifikasi, mencoba untuk meluruskan pandangan mereka. Beberapa menanggapinya dengan positif namun entah mengapa aku merasa bahwa ini semua tidak sama, tidak sama dengan sebelumnya, entah kenapa semua terasa asing." Gadis itu menyudahi ceritanya

Pemuda itu menyenderkan badannya di dinding halte. Sepertinya dia mengerti apa yang dirasakan gadis itu.

"Kau hanya takut" Ucap pemuda itu

"Takut ?" Gadis itu mengerutkan dahinya

"Ya, kau takut, takut kehilangan dukungan dari mereka yang mendukungmu, takut tidak ada lagi yang memperhatikan setiap kegiatanmu, takut kembali menjadi bukan siapa siapa"

"Tapi itu...."

"Apakah mereka percaya padamu ?" Tanya pemuda itu sebelum gadis itu sempat menyelesaikan kalimatnya

"Tentu saja"

"Lantas kenapa kau tidak mempercayai mereka ?" Ucap pemuda itu. Sepertinya gadis itu terlihat kaget mendengar perkataan yang keluar dari mulut pemuda itu.

Gadis itu hanya diam. Dia tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaaan yang dilontarkan pemuda itu.

Pemuda itu hanya tersenyum melihat ekspresi yang terukir di wajah gadis itu.

"Kau seharunya percaya pada mereka seperti mereka percaya padamu, kau tidak harus mengklarifikasi apapun apabila kau percaya pada mereka, percaya bahwa mereka akan selalu mendukungmu, percaya bahwa mereka tidak akan meninggalkanmu apapun yang terjadi"

"..." Gadis itu menatap pemuda yang ada disebelahnya, sepertinya dia menyadari kesalahannya.

"Mungkin aturan yang ada di pekerjaanmu membuatmu tidak bisa melakukan apa yang dilakukan oleh orang lain pada umumnya, tapi kau harus yakin suatu saat kau akan bisa melakukannya, saat mereka tidak menganggapmu sebagai dewi melainkan sebagai manusia yang sama dengan mereka"

Gadis itu tersenyum, sepertinya dia mendapatkan solusi dari masalah yang tengah dia hadapi. Perlahan lahan hujan mulai berhenti, kini terlihat jelas bulan yang sedang menyinari malam ini.

"Sepertinya hujan sudah reda. Oh iya aku belum tahu namamu"

"Viny..."

Pemuda itu mengangguk dan pergi meninggalkan gadis bernama Viny itu di halte tempat mereka bercengkrama. Kali ini senyum gadis itu mulai terukir dengan tulus. Sepertinya hujan memang benar benar bisa menghapus perasaan sedih yang dia rasakan.

Pojok Ambigu Otak KananWhere stories live. Discover now