"Aku serius Songhyun. Tidak ada salahnya aku menerima tawaran ini kan? Lagi pun keluarga ku bersetuju. Mereka tidak ada yang keberatan." Jawab Jimin sambil memasukkan beberapa barang ke dalam kardus.



Wanita cantik itu menahan tangan Jimin. "Berhenti Jimin. Kenapa selama ini kau tidak pernah bercerita atau minta pendapat aku soal ini? Aku sungguh keberatan jika kau ingin pindah tempat mengajar. Kau tau Jeonju-si sangat jauh dari seoul kan?"



Sebuah helaan nafas berat dari Jimin sambil melepaskan tangan Songhyun dari menahannya. Apakah wanita ini tidak malu dilihat oleh para dosen yang berada diruangan ini dengan tingkahnya seperti ini. " Sampai kapan aku harus disini? Aku memiliki keluarga dan aku sebentar lagi bakal jadi ayah. Maka dengan itu tolong mengerti. Kalau bisa kita masing masing saja mengurusi kehidupan kita. Bukanya berarti aku tidak ingin berteman denganmu. Tapi sewajarnya saja kau pasti mengerti maksud dari kata kataku."




"Dasar laki laki brengsek! Selama ini aku yang selalu ada disampingmu tapi disaat saat seperti ini aku kau lupakan." Kesel Songhyun setelah mendengar penjelasan Jimin yang sudah tentu lebih memilih hidup bersama Yoongi dan calon anak mereka di Joeoju-si kelak.




Wanita cantik itu pergi meninggalkan ruangan tersebut dengan sakit hati serta rasa kecewa. Harapanya untuk bersama dan memiliki Jimin sudah tidak ada lagi. Setelah wanita itu pergi Jimin cuma mendiamkan diri tanpa berniat untuk mengejar Songhyun. Jimin kembali merapikan barangan miliknya yang tidak terlalu banyak dan teman temannya pun mulai mendekati Jimin lalu mengucapkan selamat atas kenaikan jabatannya dan mengucapkan selamat berpisah.






Sebelum pulang Jimin menghadiri acara makan makan sederhana yang diadakan untuk dirinya dari pihak kampus serta para dosen. Sekitar dua jam Jimin menghabiskan waktunya disana lalu pria tampan itu pamit untuk pulang karena ada beberapa hal yang harus ia selesaikan sebelum besok ia harus berangkat ke Jeonju-si dan melaporkan diri dua hari mendatang.


Selesai dengan urusannya Jimin pulang ke rumah sekitar pukul 7 malam. Diluar langit sudah gelap , ketika ia melangkahkan kaki ke ruang tengah hanya kesunyian yang menyambut kedatangannya. Entah ke mana pergi penghuni rumah ini. Sejak siang tadi Jimin begitu merindu sosok cantik itu tapi sayang sekali Jimin tidak bisa pulang untuk menjenguknya walaupun hanya sebentar karena urusan yang tidak bisa ia tinggalkan.

"Sayang, kamu ada didalam?"

Jimin membuka pelan pintu kamar utama. Mungkin saja Yoongi sedang tidur. Ternyata pemuda cantik itu hanya duduk santai diatas kasur sambil melamun. Ia menoleh melihat kearah Jimin yang sekarang berjalan menghampirinya.

"Bapak sudah pulang?"

"Baru sampai. Ada apa wajahmu terlihat murung?" Wajah tampan Jimin tampak resah dan cemas.

"Kapan murung tidak kok. Bapak mau mandi aku sediain air hangat atau bapak mau makan malam? Minum kopi? Bapak pasti capek." Lelaki cantik itu hampir turun dari kasur namun ditahan oleh Jimin.

"Sebentar kamu tunggu disini saya harus mandi sekarang. Seharian puter puter urus itu ini. Bau keringat bikin kamu ndak nyaman nanti."

Mata lucu Yoongi berkedip polos. " Kalau begitu biar aku sediain air hangat."

"Tidak usah sayang. Kamu tunggu disini saja. Perutmu pasti berat kan. Saya lagi rindu kamu sama bayi kita. Tapi saya butuh mandi dulu. Jadi kamu tunggu disini jangan kemana mana. Ada juga yang harus saya bicarakan. "

Setelah itu Jimin masuk ke dalam kamar mandi dengan membawa handuk meninggalkan Yoongi yang akhirnya hanya rebahan diatas kasur sambil memikirkan sesuatu. Entah lah kenapa ia begitu banyak berfikir setelah Jimin mengajaknya berpindah.

Mine [Minyoon]Where stories live. Discover now