🐾 Prolog 🐾

1K 156 16
                                    

Pragia sedikit bingung mendapati Askala berdiri tak jauh dari pintu karyawan hotel Bumi Omkara. Pemuda itu berdiri di bawah payung merah dengan gerimis yang turut membasahi kota Jakarta.

Skala tersenyum singkat melihat keberadaan Gia yang masih berdiam diri menatap kehadirannya. Kaki panjang Skala beranjak mendekat perlahan, hingga tepat berada di depan Gia.

"Kok kamu yang jemput? Mana Gara?"

"Ada di rumah," jawab Skala mensejajarkan langkah kakinya dengan Gia.

"Ck! Dasar. Awas aja nanti kalo udah nyampe rumah," omelnya.

Akan tetapi Skala tak lagi mendengarkan segala omelan yang dikeluarkan wanita di sampingnya ini. karena yang ia lihat adalah bagaimana ekspresi Gia saat ia tengah berbicara, juga bagaimana secara reflek tangannya bergerak membentuk pola abstrak secara random.

Merasa patner ngobrolnya hanya diam saja, Gia berhenti berjalan dan menoleh ke arah Skala yang kini secara intens menatap lurus ke arahnya. "Ada apa?" tanya Gia yang terpaksa mendongak. Mengernyit bingung, ia hanya bisa menahan senyum canggung seraya menatap balik Skala yang tingginya tak manusiawi bagi Gia.

Skala menggeleng pelan, tapi tak juga memutus tatapannya.

Perlahan senyuman canggung Gia menghilang, seiring dengan suara di sekitarnya yang ikut lenyap. Pandangan mereka bersirobok, membuat Gia merasakan desiran aneh yang merayap di dada. Terlihat tenang, begitu berisik kala ia merasakan debaran yang berasal dari jantungnya.

Dadanya menghangat dan tenang.

Ini apa? Kenapa jantungku berdebar?

Ketika tangan Skala mengapai puncak kepalanya. Gia justru merasa begitu gugup, seakan lupa bagaimana cara bernapas dengan benar. Belaian lembut Skala yang menyibak anak rambutnya yang lepek terkena hujan, justru semakin membuat debar jantung terdengar lebih berisik. Bahkan ia takut jika pemuda itu akan mendengarnya karena terlalu berisik.

"Aku ... cinta sama kamu, Pragia."

Gia mengerjap. Menatap Skala yang menampakan senyuman kecil, tapi terlihat begitu hangat. Mendengar suara Skala yang dalam dan sedikit serak, membuat debaran jantungnya kembali berulah lebih ricuh dari sebelumnya.

Wait? Apa tadi?

🐾🐾🐾

Taraaaaaa.... Udah selesei. Wkwkwkwkkwk perdana nih bikin model teenfic. Tolong koreksi kalo aku ada salah, ye.

Jan lupa mampir juga ke dua lapak lainnya. See you next episode, gengs.

Semoga kalian suka.

Surabaya, 05 September 2021.
-Dean Akhmad-

Revised 02/11/21

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Revolusi GemintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang