"Hahaha.... Cukup berbicara, dan mari bertarung!" Seorang pria gemuk terlihat mengangkat gada besar di sampingnya, sebelum melompat dan menerjang ke arah rombongan pria bertameng tersebut.

"Ck, semuanya bersiap untuk perang!" Mengretakkan giginya, pria bertameng segera memerintahkan Anggota Guildnya untuk menarik senjata mereka.

Secara tiba-tiba, langit disekitar kedua rombongan itu tiba-tiba saja menjadi malam, membuat seorang gadis Fairy mulai mendekati pria bertameng tersebut.

"Guild master, ini.."

Sebelum ia sempat untuk mengatakan sesuatu, sebuah notifikasi sistem muncul dihadapan para anggota Lunar Moon.

[Ding!]

[Anda Terkena Efek dari Nightmare Aura]

[All stat -50%]

Melihat hal itu, Gilt mulai mendecakkan lidahnya. Ia segera mengalihkan pandangannya ke arah pria berambut pucat yang sepertinya merupakan dalang dari semua ini.

"Apa kau yakin akan menggunakannya sekarang?" Gazel mulai memandangi pria vampir itu dengan kerutan di dahinya yang hanya dibalas dengan tatapan serius dari pria berkulit pucat tersebut.

"Aku menggunakannya bukan pada mereka, melainkan pada sesuatu yang akan datang." Dez mulai mengalihkan pandangannya ke satu arah, tepatnya pada sesosok wanita bertombak yang melesat ke arah mereka dengan kecepatan tinggi.

"Huh? Bukannya dia hanya satu orang?" Gazel lagi-lagi mengerutkan alis, namun melihat raut wajah serius Dez ia tiba-tiba membelalakkan matanya.

"Oi Dez, jangan bilang kalau dia salah satu dari 'Pemain monster' itu?" Dez yang mendengar hal itu kini tak menghiraukan pria bertelinga panjang disampingnya.

Lima tahun yang lalu, tepatnya sebelum Alteia Land dirilis, terdapat sebuah event yang ditujukan kepada orang-orang tertentu untuk melakukan Beta test pada permainan ini.

Mereka yang mengikuti event ini, dijanjikan sejumlah besar uang, sekaligus berkesempatan untuk dikabulkan satu permintaannya dari pihak developer.

Dez adalah salah satu dari orang terpilih tersebut, membuatnya mengetahui beberapa rahasia kecil yang ada pada game ini.

Pada saat event Beta test sedang berlangsung, terdapat insiden yang mengakibatkan beberapa dari mereka kehilangan sebagian ingatan tentang game ini ketika mereka mati, membuat rahasia permainan tak terlalu terekspos cukup banyak.

Pihak developer pun memberi mereka uang tutup mulut, serta mengancam mereka untuk tidak membicarakan mengenai penghapusan ingatan ini pada dunia luar. Dez yang tidak terlalu mempermasalahkan hal itu hanya menurutinya, karena menurutnya waktu itu, uang adalah yang terpenting.

Beberapa hari berlalu dan waktu event telah berakhir. Diantara para pemain yang mengikuti Beta Test, terdapat enam orang yang dikatakan tak pernah mati pada saat event tersebut berlangsung, para developer memberi mereka julukan "The Hero" karena telah memenuhi suatu 'syarat' yang mereka semua masih belum pahami.

Ingatan Dez tentang mereka terasa begitu samar-samar, namun ia yakin bahwa wanita bertombak yang kini melaju ke arah mereka adalah salah satu dari 'The Hero' itu.

Ia kini sedang fokus pada wanita bertombak tersebut, namun tiba-tiba mengerutkan alis ketika melihat seorang pria berambut merah yang mengejarnya dari belakang.

***

Natasha yang kini berlari ke arah rombongan dua guild membuat Peter mengerutkan alis. Ia kini mempercepat langkahnya, namun lagi-lagi harus terhambat oleh beberapa serangan elemental yang dilakukan oleh gadis tersebut.

"Sepertinya tidak ada pilihan lain, aku harus cepat." Peter yang melihat gadis itu semakin jauh mulai menggunakan skillnya.

"Rubber Style Art..."

Perut Peter secara bertahap mulai mengembang dan membesar membentuk bola. Kedua tangannya yang kini mengecil mulai membentuk beberapa Cakram api yang segera melayang-layang disekitarnya.

"Flame Meat Ball!"

Kepalanya kemudian masuk kedalam perut yang mengembang tersebut, sebelum ia mulai menggelindingkan tubuhnya tersebut dengan cepat.

"Apa-apaan itu!?" Natasha yang melihat skill aneh yang dikeluarkan Peter lagi-lagi mempercepat larinya, takut terlindas oleh bola daging raksasa tersebut.

Kecepatan dari gelindingan tubuh Peter nyatanya lebih cepat dari pergerakan Natasha. Ketika berada cukup dekat, cakram api yang mengelilingi bola tubuh peter secara bertahap membakarnya, membuat ia terlihat seperti batu api raksasa yang kini mengejar gadis itu tanpa belas kasihan.

Setiap serangan yang dijutukan pada Peter pun terlahap oleh api yang mengelilinginya, membuat wanita itu hanya bisa mengumpat dalam-dalam.

"Bahkan sihir tipe Ascendant tak bisa memadamkan api itu?!" Ia terus menerus berlari ke arah kedua guild yang masih sibuk, untuk bentrok satu sama lainnya.

Setelah beberapa saat, mereka tiba-tiba merasakan guncangan. Kedua rombongan itu kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Natasha, membuatnya segera menjalankan rencananya.

Ia mulai mengendalikan tanah yang dipijaknya, membuat sebuah tanjakan di belakangnya. Hal itu terjadi dengan begitu cepat, Peter yang masih berguling tak dapat mengendalikan kecepatannya dan terus berguling ke arah tanjakan tersebut, membuat tubuhnya terbang dan terjatuh tepat di tengah-tengah kedua rombongan itu.

Natasha yang melihat hal itu mulai tersenyum penuh kemenangan. Walaupun hanya sementara, setidaknya kedua rombongan itu bisa menahan Peter sementara ia pergi untuk membantu Dezna.

Pertarungan kedua rombongan terhenti sejenak, mereka mulai memandangi bola daging bakar raksasa yang secara tiba-tiba muncul dari atas mereka. Api yang menyelimuti bola daging tersebut segera menghilang, membuat mereka mendekat dan menusuk-nusuknya menggunakan senjata masing-masing, mengecek apakah benda itu berbahaya atau tidak.

Peter yang melihat hal itu hanya bisa tersenyum pahit. Ia segera mengempiskan tubuhnya, membuat ia kembali ke ukuran semula.

Ia kemudian mengalihkan pandangannya, mencoba untuk mencari keberadaan wanita bertombak yang menghilang entah kemana, mengabaikan kedua rombongan yang kini menatapnya dengan bingung.

Secara tiba-tiba, pandangannya terhenti pada sebuah bendera di antara kedua rombongan tersebut membuatnya mengerutkan alisnya.

"Siapa kau?"

Dez mulai menatap pria bertopeng merah dihadapannya tersebut, yang hanya dibalas oleh helaan nafas panjang dari Peter.

"Hah... Sepertinya Martha perlu menunggu sejenak, biar kubalaskan dendammu disini, kapten..." Aura api mulai menyelimuti tubuhnya, bersamaan dengan pilar api yang menjulang tinggi ke angkasa.

Ia mulai mengirimkan pesan kepada party nya, sebelum menatap ke arah rombongan Guild Gladiator dengan senyuman dingin diwajahnya.

"Ya.... Walaupun bukan diriku yang akan melakukannya, tapi setidaknya aku bisa mengurangi jumlah kalian." Rambut merahnya secara tiba-tiba berubah menjadi hitam, disusul dengan sebuah tanda kobaran api yang secara bertahap muncul di keningnya.

"Divine mode!"

Alteia Land:The Fallen Hero's Revenge [End]Where stories live. Discover now