12. Cerita Hilman

6.6K 1.4K 119
                                    



"Wah gila sih ini! Gokil banget calon Abang ipar! Gila!" Kia tidak berhenti mengatakan kata-kata itu begitu Hilman pulang dan mengetahui kalau kado yang diberikan Hilman padaku adalah sebuah ponsel. "Beneran deh, Yuk. Kamu ngebuang batu akik dapetnya berlian gini. Kenapa nggak dari dulu-dulu ketemu sama Bang Hilman."

Aku menyipitkan mata memandangnya. "Ya kalau bisa milih juga maunya gitu."

"Ini mah dia udah cinta mati sama, Ayuk. Iya kan, Bu?" tanya Kia pada ibuku.

Ibuku hanya tersenyum sambil melihat kotak ponsel. "Ini mahal?" tanya ibu.

"Ya Allah, Bu. Ini hape sama airpod-nya aja udah dua puluh jutaan lebih."

"Oh, Ibu nggak ngerti hape. Tapi kalau dibeliin emas udah dapet berapa gram ini."

"Bergram-gram lah," sahut Kia. "Ini baru ulangtahun, kalau nikahan nanti dikasih berapa sama Bang Hilman?" lanjutnya

Ibuku langsung bersuara. "Jangan minta-minta ya, Nya. Ibu nggak pernah ngajarin. Sedikasihnya aja, mau mahar ataupun buat acara."

"Emangnya nggak boleh ya, Bu minta mahar gitu?" tanya Kia.

"Sebaik-baiknya perempuan itu kan yang memudahkan mahar. Jangan dipersulit, laki-laki yang ngerti juga dia akan kasih mahar yang pantas," jawab ibuku.

Aku mengangguk. "Kanya juga nggak mikirin itu kok, Bu. Lagian nikahnya juga kan mau sederhana aja." Sebenarnya aku juga sudah memikirkan hal ini. Uang yang digunakan untuk acara pernikahan, kalau bisa memang uang kami berdua, tidak menggunakan uang ibuku. Walaupun ibuku selalu mengatakan kalau aku ini masih tanggung jawab beliau sampai nanti menikah, rasanya tidak tega saja kalau menggunakan uangnya. Kalau Hilman sih, aku yakin dia sudah menyiapkan dana tersendiri, tidak mungkin menggunakan uang mamanya.

"Kalau kata Kia sih, Bang Hilman ini udah serius banget sama Yuk Kanya," ocehnya kemudian.

"Gara-gara dibeliin hape ini?" tanyaku.

"Salah satunya lah dari sekian banyak."

Aku kembali menyipitkan mata, tumben sekali dia berkata seperti ini, biasanya dia memanas-manasi ibuku tentang aku yang tak kunjung dilamar secara resmi.

"Orang tuh nggak akan inves banyak kalau dia nggak dapat sesuatu, Yuk. Tapi dalam kisah Ayuk kan hubungan kalian bukan kayak Sugar Daddy dan baby-nya. Jadi dia ngasih ini karena emang tulus, sayang, cinta dan yakin kalau Ayuk bakal dinikahin," jelas Kia panjang lebar.

Aku menggeleng-gelengkan kepala. "Ngaco ah, udah siniin hapenya." Aku langsung mengambil ponselku dari tangannya.

"Nanti pinjem ya, Yuk, Buat mirror selfie gitu."

"Norak!"

*****

            Satu hal yang aku pikirkan saat mendapatkan hadiah ulang tahunku adalah hadiah apa yang akan aku berikan saat ulang tahunnya nanti. Jujur aku bingung, kalau membelikannya sepatu, dia baru saja membeli sepatu. Mau ikut membelikannya ponsel juga, wah harganya mahal sekali. Jadilah aku berinisiatif untuk bertanya pada Izzy.

Kanya : Kado yang cocok buat cowok apa ya, Zy?

Izzy : Jangan beliin yang mahal, nanti ditinggal lagi kayak dulu.

            Aku mengumpat dalam hati saat membaca balasan Izzy. Dia memang luar biasa menyebalkan, tapi entah kenapa aku masih mau bertanya padanya?!

Kanya : Kalau cowoknya ngasih kado yang mahal ke cewek gimana?

Izzy : Dikasih apa sama Bang Hilman?

Happy Ending?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang