21 - Buku jendela dunia, juga ingatan.

47 8 2
                                    

Meskipun begitu, aku tak bisa menahannya lagi
Aku ingin berlari kearahmu sekarang
Karena setiap momenku menginginkanmu

Segala perasaan dalam pikiran kita, jika aku bisa membawanya keluar

Disana takkan ada rasa takut dan kesalahpahaman

Kau mengisi hariku tanpa harum apapun
Jangan istirahat
Selalu tetap disini

-No Longer-

---

Happy Reading
.
.
.







"Udah makan?"

Aku menggeleng.

"Udah minum?"

Aku menggeleng lagi.

"Udah mandi?"

Kali ini aku mengangguk.

"Udah nangis hari ini?"

Dan yang ini membuat jemari ku berhenti menari di atas papan ketik laptop ku. Aku mendongak untuk menatap Mas Dimas yang terlihat begitu santai dengan kopi hitam pekat miliknya, juga pisang goreng yang tadi di beli kak Jeffry di depan gang.

Jujur, pertanyaan Mas Dimas tidak sulit untuk aku jawab. Tapi, demi Tuhan aku muak mendengar pertanyaan nya.

Nyaris setiap kami bertemu di penjuru rumah atau di mana pun itu. Bahkan ketika kami tidak sengaja bertemu di indomaret, dia menanyakan hal yang sama!

Aku nyaria gila tau!

"Mas, aku sibuk deh. Bisa diam gak?" Kata ku tanpa menoleh pada Mas Dimas.

Kerjaan ku banyak ya...

"Tinggal di jawab, udah atau engga. Apa susah nya?" Kata Mas Dimas lantas menyeruput kopi nya. "Mas tau kamu sibuk, apa Renjun ngasih kamu tugas banyak banget? Di kasih ke kamu semua? Keterlaluan banget dia jadi ketua. Lengser aja suruh." Lanjut Mas Dimas sambil meletakkan cangkir kopi nya dengan sangat perlahan.

"Mas..." Lirih ku. Aku berhenti menatap layar laptop ku. "Bukan Renjun. Aku yang minta. Aku yang perlu kegiatan." Lanjut ku.

"Berarti kamu bodoh." Ujar Mas Dimas membuat aku terbelalak.

Ya kali...

"Mas tau, kamu cuma mau mengalihkan pikiran kamu dari Mark. Tapi, apakah dengan mengerjakan semua urusan BEM, akan mudah? Engga! Kamu cuma bikin capek badan kamu. Keenakan yang lain nya. Kamu semua yang kerja. Yang benar aja." Lanjut Mas Dimas seraya menggelengkan kepalanya.

Aku tidak bekerja sekeras itu sebenarnya. Aku hanya membantu yang lain kalau senggang. Aku tentu mengutamakan kegiatan ku. Dan kalau aku benar-benar tidak ada kerjaan, yang artinya aku hanya diam, baru aku menolong teman ku yang agak kesulitan.

Salah? Bagi ku sih tidak.

"Bikin capek badan kamu aja." Gumam Mas Dimas.

"Aku lebih milih capek badan ketimbang capek pikiran Mas." Kata ku dengan getir. "Kalau capek begini, masih ada manfaat nya. Aku gak perlu dengar Renjun marah-marah ke yang lain. Aku juga bisa bantu mereka. Bikin mereka senang. Kalau kerjain sesuatu yang berat pun gakpapa, paling tidur capek nya hilang." Ku beri jeda sesat untuk minum air putih yang ada di atas meja. Lalu ku lanjutkan lagi, "tapi Mas, kalau capek pikiran aku diam, duduk begini aja capek! Aku bangun tidur pun, bukannya segar malah tambah capek! Bahkan dapat bonus jadi pusung! Lebih baik begini Mas."

Kenangan Sketsa | Mark Lee✔Where stories live. Discover now