🌻013. Luapan Emosi

Začít od začátku
                                    

"HUFT," Sejuk mengambil nafasnya dalam-dalam sela beberapa detik ini, kemudian berteriak kembali. "LO URUS TUH, NAYA! GUE DULUAN! MULAI SAAT INI, TERSERAH LO BERDUA, DEH, CAPEK GUE!"
Sejuk berpesan pada Thaletha di detik-detik akhir.

Sebelum dia lepas kendali lagi, Sejuk berjalan ke arah motornya, memasangkan helm di kepalanya, bergegas menancapkan gasnya sangat-sangat kencang. Dan perlahan dia menghilang dari tempat itu.

Thaletha dan Naya terpelonggo kosong melihat Sejuk semarah ini, pandangan mereka serentak terus tertuju ke arah jalan raya.

Dan tanpa mereka sadari, Rara menampilkan senyuman liciknya, seakan bergumam di dalaa benaknya sana. "Mission, done."

"WOY, JALANG, MOTOR LO 'KAN GAPAPA- BALIK DEWEK, SANA LO! NGGAK USAH MANJA, GUE SAMA NAYA UDAH MUAK BANGET, NGELIHAT MUKA LO, YANG KAYAK INGUS!" sentak Thaletha mendadak, melirik Rara secara tajamnya.

Rara sekalipun tak acuh pada Thaletha, gadis yang terkenal dengan nama Rara ini mendekati wajah Ainaya dia mencengkram dagu Ainaya. "Inget ya pesen, gue. Azka itu milik gue. Dan lo, lo itu cuma benalu serta beban, dalam hubungan kita. Lo itu cuma pelacur, yang kapanpun bisa aja gue musnahin."

Ainaya mengangkat alisnya tinggi, lalu terkekeh. "Oh, ya? Ayo dong buktiin ucapan lo itu, Ra. Jangan gede mulut doang."

Rara kagum akan keberanian Ainaya yang menantangnya. "Suatu saat, gue akan ambil nyawa orang yang paling lo sayang. Lihat aja nanti."

"Jangan gede mulut doang, gue bilang!" pekik Naya. Secara mandiri, Ainaya melepaskan dagunya dari tangan Rara, dengan cara membuang kasar tangan mulus Rara. Setelah terlepas, Ainaya menatap tajam ke arah Rara.

Rara beranjak dari sana, dia mendirikan motornya yang masih tersungkur di sana, selesai? Dia mengemudikan motornya dengan sangat cepat meningalkan tempat ini, menyisakan keheningan.

"Nay, lo gapapa?" tanya Thaletha sedikit basa-basi. Sedikit cemas juga.

Ainaya menggelengkan kepalanya dengan sedikit senyuman di bibirnya. "Santuy, Bro."

Thaletha membuka suara lagi. "Yaudah kalau lo gapapa, gue anter lo pulang pake motor lo, ya?"

Ainaya menolak. "Mendingan kita ke rumah Sejuk, aja. Dia 'kan lagi marah banget ,sama kita,"

"Tapi, 'kan lo-"

Sesigap mungkin, Ainaya memotong. "Gue gapapa, elah. Ayo ke rumah Sejuk."

Thaletha mengangguk setuju, tidak ada yang penting sekarang ini, dibandingkan Sejuk.

........

Thaletha menghentikan laju motor Ainaya, yang dia kendarai sesaat tibanya di depan rumah Sejuk.

Ainaya menurunkan kakinya secara perlahan dari posisinya yang sedang dibonceng. Yang memakai helm adalah Thaletha, jadi Thaletha akan melepaskan helm itu sebelum akhirnya dia turun.

"Sejuk." panggil Thaletha dan Ainaya secara bersamaan, tak lupa juga mereka mengetok pintu rumahnya.

"Beban orangtua, ke luar lo, sini, ribut sama gue." ujar thaletha yang tidak sabaran.

Ainaya mencibir kesal. "Jangan gitu, kita ke sini dengan misi damai." gerutunya pada Thaletha.

"Tiada damai, buat anaknya Bu Eli!" balas Thaletha tidak merasa ragu sedikitpun mengatakan itu.

Sementara itu, seseorang dari belakang seperti menimbrung percakapan mereka berdua. Sontak orang itu berkata.
"Ya Thaletha? Kamu manggil Ibu?" si pemilik nama yang tadi Thaletha sebut, ternyata berada di belakangnya.

Ainaya ( End )Kde žijí příběhy. Začni objevovat