2. Perkenalan Melalui Surat

28 0 0
                                    

Azan magrib berkumandang, pertanda waktu salat sudah masuk, dan kewajiban bagi seorang muslim untuk segera melaksanakan salat. Segera ia kekamar mandi untuk mengambil wudu. Setelah selesai berwudu dan hendak membuka pintu kamar mandi ia kaget, lelaki itu berjalan menuju arahnya, dan mengisyaratkan ia untuk mendekat sepertinya lelaki itu ingin mengatakan sesuatu.

"Hi, aku menarok sebuah surat di kantong celana jemuran kamu," kata lelaki itu sambil berbisik di telinganya.

"Apa?" Jawabnya, mungkin terdengar kurang jelas yang lelaki itu bisikan karena musik begitu keras di dalam rumah.

Pemilik kontrakan dan keluarganya adalah seorang Kristen dan mereka suka memutar lagu- lagu rohani setiap pagi dan sore hari tapi itu bukanlah masalah.

"Aku menarok surat di kantong celana jemuran kamu," ulang lelaki itu sambil menunjuk ke arah jemuran pakayannya.

Dia tersenyum sambil menganggukkan kepala, lalu kemudian segera menuju arah jemuran untuk mengangkatnya. Sambil berjalan menuju arah pintu rumah dia tersenyum dan tertawa. Sungguh pengalaman yang baru dan unik yang ia temukan hari ini dan itu dilakukan oleh lelaki muda yang ia kagumi. Sahabatnya yang melihat ia senyum dan tertawa sendiri penasaran dengan apa yang terjadi dan bertanya.

"Lu kenapa sih? dari tadi senyum dan ketawa ngk jelas gitu." Sapa Putri sahabatnya.

"Coba lu cek saku celana gua satu- satu." Sambil meletakan semua jemuran yang barusan ia angkat ke atas kasur.

"Emang nya ada apa?" Jawab Putri penasan.

"Tadi habis gua wudu lelaki itu, adek kakak pemilik kontrakan ini bisikin sama gua kalau dia tarok surat di salah satu kantong celana jemuran gua." Jawabnya sambil tertawa terkekeh.

"Ahahaha ..." Mereka tertawa bareng dan itu terdengar cukup keras sekali.

"Udah, biar gua yang nyari dan lu lanjut salat dulu deh, ntar magrib keburu habis lagi." Selah Putri.

"Iya, iya." Segera ia melaksanakan salat.

Pada saat dia sedang shalat, tiba- tiba Putri tertawa sambil berkata.

"Ahahah,,, aku temukan suratnya." Sambil membaca dengan nada yang sedikit keras, mungkin saja bisa sedikit mengganggu fokusnya yang sedang salat.

Saat dia sudah selesai salat, segera ia mendekat ke arah Putri.

"Kok lu yang baca pertama sih? kan suratnya untuk gua." ucapnya dengan nada bercanda.

"Maaf sengaja, noh ... suratnya, dari brondong lu." dengan nada sedikit ngeledek sambil memberikan suratnya.

Hallo ...
Maaf sebelumnya aku sudah lancang untuk kirim surat kepadamu. Perkenalkan nama aku Ben immanuel hanan, dan biasa dipanggil Ben. Saat ini aku sedang berada dikelas 3 SMP, tujuan aku mengirim surat ini untuk berkenalan dengan kamu. Aku sering memperhatikan mu dari jendela kamarku saat kamu sedang duduk di teras rumahmu. Aku tidak tau mau panggil kamu dengan sebutan apa? Jika aku panggil kakak, mana tau aku yang lebih tua, dan jika aku panggil adek, mungkin kamu yang lebih tua. Untuk itu boleh aku juga tau siapa namamu ? Jika kamu setuju untuk berkenalan denganku kamu bisa balas surat ku ini, aku juga menyediakan selembar kertas kosong dengan tujuan nanti kamu bisa menulis balasannya di sana. Kamu bisa titip surat balasannya di jendela kamar aku atau bisa juga kasih langsung sama aku. Jujur aku sangat berharap kamu bisa menulis sedikit saja untukku.

Salam,

Ben

"OMG! dia sungguh berani yaa Put godain tantenya." Ucapnya sambil tertawa terbahak- bahak.

"Ahahah, jangan salahkan dia tapi wajah lu yang masih keliatan seperti anak SMP, yaa, iya lah digodain juga sama anak SMP." Balas Putri bercanda.

"Oke, itu artinya gua akan awet muda dong." Dengan ekspresi sedikit menyombong.

"Namanya Ben ya put?"

"Gua juga baru tau, karena selama ini gua tidak pernah nanya."

"Hm, tetangga tapi ngak mengenal, gimana sih lu."

"Ya ,,, mau gimana lagi." Jawab Putri singkat.

"Pinjam gua pena dong, gua mau balas ni."

"Noh ... disana," jawab putri sambil menunjuk ke arah atas meja.

"Lu mau balas apa?" Putri wajah penasaran."

"Ada deh!" sambil tersenyum.

Segera ia mengambil pena diatas meja lalu kemudian menulis beberapa kalimat balasan di kertas kosong yang sudah disediakan lelaki itu dan tidak lupa ia juga menulis nama Facebooknya di dalam surat tersebut. Ia menjawab setiap pertanyaan dari surat tersebut dengan detail sambil senyum- senyum sendiri. Perasaan senang, bahagia, haru namun terasa lucu itulah yang saat ini bisa menggambarkan suasana hatinya. Setelah selesai menulis segera ia berjalan menuju rumah kakak pemilik kontrakan dan siap sangka lelaki itu sedang duduk sendirian di teras rumahnya seperti sedang menunggu.

"Hai, ini untuk kamu," dengan tersenyum dan memberikan balas surat tersebut.

Lelaki itu berjalan mendekatinya sambil tersenyum.

"Makasih ya udah mau balas." Jawab lelaki itu sambil mengambil suratnya.

"Iya, sama- sama." Kemudian ia pergi dan kembali ke rumah.

Malam ini sungguh terasa berbeda baginya, mungkin ia akan tertidur lelap dengan senyuman di bibirnya sampai mentari kembali lagi bersinar esok pagi.

****
Keesokannya, di siang harinya mereka kembali bertemu. Yaa, sepertinya akan setiap saat bertemu karna mengingat jarak rumah yang tidak sampai lima langkah. Lelaki itu menghampirinya dengan tersenyum dan wajah penasaran.

"Aku ngak percaya kamu udah tamat kuliah, dan umur mu 23 tahun." ucapan lelaki itu tiba- tiba.

"Tapi itu faktanya, dan aku tidak berbohong," balasnya meyakinkan.

"Bukannya kamu keponakan kak Putri?"

"Bukan, aku temannya dan kami seumuran,"

"Aku ngak percaya, coba aja kamu buktikan,"

"Aku harus buktikannya bagaimana?" ia berfikir sejenak dan kemudian menemukan caranya.

"Iya, KTP," ucapnya tiba- tiba .

"Kamu tunggu sebentar, aku akan buktikan supaya kamu percaya sama aku. Ini, coba liat baik- baik KTP aku." Ucapnya sambil menyodorkan sebuah KTP.

"Ini benaran kamu?" Katanya yang masih tidak percaya.

"Iya. Benarkan aku tidak berbohong."

"Iya, maaf kak." Tiba- tiba ia mengucapkan maaf dengan nada sungkan dan merasa bersalah kemudian pergi berlalu.

****

Di hari- hari berikutnya Ben, lelaki itu kembali jarang terlihat seperti menghilang tiba- tiba. Hingga seminggu menjelang ke pulang Ana, gadis itu untuk kembali ke Padang lelaki itu masih tidak terlihat.

"Apakah mungkin ia menghindar?" Gumam gadis itu dalam hati.

Saat habis mengambil wudu untuk salat magrib, tiba- tiba Ben menunggu di sofa ruangan tamu. Pada saat Ana hendak keluar, Ben tiba- memanggilnya.

"Kak Ana, bisa duduk disini dulu bentar?"

"Iya, kenapa Ben?" Jawabnya sambil mendekat.

"Kak, meskipun aku sudah tau ternyata kakak jauh lebih tua dariku, tapi aku masih tetap ingin jadi temannya kakak."

"Iya ngak apa- apa, kita bisa berteman kok." Jawab Ana sambil tersenyum.

"Kak, ini nomor handphone ku," sambil memberikan selembar kertas. "Nanti kakak hubungi aku ya." Sambungnya.

"Sip deh, makasih ya!  aku pergi dulu, soalnya mau salat"

"Iya kak, ngak apa- apa." Jawabnya sambil tersenyum.

Ana melangkahkan kaki menuju rumahnya untuk segera melaksanakan salat.

👸🏻👸🏻👸🏻

Pindah Hati atau KeyakinanWhere stories live. Discover now