"Saya tidak begitu paham tentang tipe dan merek mobil tapi, saya ingat mobil itu adalah mobil sedan berwarna hitam."

"Bagaimana dengan plat nomernya?"

"Saya tidak ingat, Pak Polisi."

"Bisa anda jelaskan lebih jauh mengenai ciri-ciri orang yang dipanggil Papa oleh Rion."

"Dia tinggi, kulitnya putih—"

"Chaeyoung." Penjelasan Jisoo terhenti saat pintu ruangan terbuka dan Jaehyun masuk ke dalam didampingi oleh polisi yang tadi juga mengantar Chaeyoung ke sini.

"Jaehyun."

"Bagaimana?" Jaehyun memegang tangan dingin Chaeyoung dan meremasnya kuat.

"Aku ke sini untuk meminta bantuan polisi untuk mencari Rion, tapi aku malah diinterogasi seperti ini. Kita harus cari Rion sekarang! Aku nggak mau—"

"Ciri-cirinya persis seperti dia." Jisoo tiba-tiba bersuara sambil menunjuk Jaehyun. "Saat itu saya melihatnya dari samping, tapi saya yakin kalau itu dia. Rambutnya sama, dan pakaiannya sama."

Chaeyoung melirik ke arah Jisoo. "Tapi suami saya bilang hari ini dia nggak jemput Rion."

"Ya, benar. Saya seharian di kantor. Saat mendapat kabar kalau Rion hilang saja, saya masih ada di sana. Setelah itu saya baru langsung bergegas ke sini," jelas Jaehyun sambil melirik Jisoo dan Polisi Kim Doyoung bergantian.

"Bisa kita percepat saja proses pembuatan laporannya? Yang saya butuh itu bantuan anggota polisi untuk menyisir wilayah mencari anak saya. Saya tidak mau buang-buang waktu."

"Baik, laporan sudah dibuat. Kita bisa langsung menyusun kelompok tugas dan terjun ke lapangan." Doyoung mengetik sesuatu di laptonya sebelum sesaat kemudian mesin print bekerja. Dia lalu berjalan ke luar ruangan—melakukan apapun yang ia perlukan—sebelum kembali dan memberikan arahan kepada Chaeyoung dan Jaehyun untuk melakukan pencarian.

Di tengah-tengah pencarian, Chaeyoung menelepon seluruh orang terdekatnya yang mengenal Rion dan mengetahui letak sekolah anak itu. Mulai dari Lisa dan pacaranya—Ten, Chanyeol, Junhoe, Jennie, Taeyoung, teman-teman kantornya, dan keluarga Jaehyun, namun hasilnya nihil. Mereka semua tidak menjemput Rion hari ini dan tidak tahu keberadaan anak itu.

Pencarian itu berlangsung selama berjam-jam. Beberapa kelompok polisi berpencar dan mulai mencari di sekitaran sekolah Rion, komplek apartemen tempat tinggal mereka, hingga tempat-tempat yang biasa dikunjungi Rion dan Chaeyoung sesekali setelah pulang sekolah.

Selain menyusuri jalan, pihak kepolisian, Chaeyoung, dan Jaehyun juga menanyai orang-orang sekitar sambil memperlihatkan foto Rion. Namun hingga saat ini, belum ada satu orang pun yang merasa melihat wajah Rion.

Tubuh Chaeyoung melemas. Seiring dengan berjalannya waktu, harapannya agar Rion hanya tersesat semakin menipis. Apalagi ingatan mengenai berita yang beberapa hari lalu ia ketahui membuat Chaeyoung semakin gelisah dan ketakutan.

"Muka kamu pucet." Jaehyun menahan tubuh Chaeyoung yang sudah limbung. "Kita pulang dulu, ya. Kamu istirahat di rumah biar aku aja yang cari Rion."

"Nggak, aku juga mau cari Rion."

"Tapi kamu udah nggak kuat. Kamu juga belum makan."

"Gimana bisa makan kalau aku belum ketemu Rion, Jaehyun."

"Ya, tapi kalau kalau begini bagaimana cara kamu mau nemuin Rion. Kamu harus punya tenaga untuk jalan ke sana sini."

"..."

"Kita makan, ya. Sebentar aja."

Chaeyoung menggeleng.

"Waktu kamu untuk makan nggak akan mengganggu apapun. Anggota polisi di sini bantu kita, Rion pasti ketemu sebentar lagi." Jaehyun menarik tangan Chaeyoung dan membawa perempuan itu dalam rengkuhannya. Tangis Chaeyoung pun pecah untuk pertama kali.

"Jaehyun, Rion dimana?"

"Aku juga nggak tahu tapi, aku berharap dia baik-baik saja."

***

Sebuah mobil van berwarna putih melaju kencang di jalan tol lintas kota. Di dalam mobil, musik rock diputar dengan volume tinggi dan sang pengendara terlihat santai mengendarai sambil memakan permen karet.

"Om, belum sampai juga ya?" Rion yang memeluk boneka jerapah bertanya setelah bangun dari tidur lelapnya, karena musik bervolume keras itu.

"Sebentar lagi." Laki-laki itu tersenyum dari kacaspion tengah.

.

To Be Continued

My Valentines ✔️जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें