1. Aku

89 2 0
                                    

"Ajari aku bagaimana caranya menerima keadaan tanpa membenci kehidupan." Begitulah bunyi tulisan pertama yang ia tuliskan di dalam buku diarynya. Nana Syaila Haniyyah yang selalu disapa Ana adalah seorang gadis cantik yang selalu ceria, mudah tersenyum dan selalu membuat orang- orang di sekitarnya bahagia karena mendengarkan celotehannya itu. Namun sekarang tiba- tiba berubah menjadi seorang yang misterius dan sulit ditebak. Dia kehilangan dirinya dan selalu hidup dalam kepura- puraan, seperti apa yang akan terjadi esok sudah ia rencanakan terlebih dahulu, dan jika itu tidak sesuai dengan apa yang didalam fikirannya ia akan marah dan meluapkan emosinya kepada siapapun. Sikap dan tingkah laku yang begitu semakin memburuk tiap harinya membuat ia tidak lagi mudah bergaul dan lebih suka sendiri. Ini juga berefek kepada hubungan percintaannya yang tidak akan mampu bertahan lama dan selalu ditinggalkan pasangannya. Tidak akan ada yang mampu bertahan dengan seorang gadis yang pemarah, egois, tidak menggunakan perasaan dan selalu menyakiti orang lain dengan tingkah dan kata- katanya.

Semua ini terjadi saat mama dan papanya berpisah itu menjadikan trauma terbesar didalam hidupnya, dimana seorang anak yang selalu menginginkan keluarga yang selalu utuh, namun tidak bisa lagi ia dapatkan. Saat perpisahan itu terjadi ia seperti menanamkan sebuah prinsip di dalam hatinya. "Ana, ini tidak apa- apa dan ini bukanlah masalah besar," ia selalu memegang prinsip itu untuk menjalani hari- hari berikutnya dan tidak pernah menceritakan kepada siapapun bahwa saat itu ia terluka dan butuh bantuan. Ia seperti seorang yang kuat dalam menghadapi masalah tersebut dan orang- orang di sekitarnya berfikir dia begitu luar biasa mampu tumbuh dengan baik tanpa mengetahui dan memperhatikan perubahan demi perubahan dalam hidup gadis itu.

Dua tahun setelah perpisahan tersebut mamanya menikah lagi saat itu dia baru menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas dan lolos di salah satu kampus negeri di kota Padang. Dia tidak pernah bisa menerima ke putusan mamanya tersebut, tapi dia juga tidak pernah mengatakan penolakan. Yaa ... seperti itulah ia menjalani hidupnya sekarang dengan berusaha pura- pura kuat.

"Ini tidak masalah Ana, kamu bisa tinggal di kos nanti selama yang kamu mau, dan menolak untuk pulang ke rumah dengan alasan banyak tugas, itu akan terasa masuk akal bukan?" Seperti itu kembali ia menanamkan prinsip di dalam dirinya untuk menghindari hati terluka dan menghindar untuk tinggal serumah dengan laki- laki yang kini telah menjadi suami mamanya atau ayah tirinya.

Rumah yang seharusnya menjadi surga untuk penghuninya sekarang bukan lagi menjadi tempat yang nyaman untuk gadis tersebut. Ditambah lagi dengan kisah cinta yang selalu berakhir dengan kata pisah, membuat ia benar- benar tidak percaya lagi cinta dan tidak mau lagi terhubung perasaan dengan lelaki manapun.

Sampailah pada suatu ketika ia bertemu dengan seorang pria yang terpaut usia 8 tahun lebih tua darinya, sedikit- demi sedikit ia mulai membuka hatinya untuk pria tersebut, sosok pria yang dia harapkan bisa membimbingnya untuk berubah ke arah yang lebih baik dan mengajarkannya kebenaran, dia mulai menaruh harapan terhadap orang tersebut. Namun sayang, di tengah hubungan mereka yang sudah serius dan harapannya yang semakin tinggi masalah datang. Lelaki itu tiba- tiba mengakhiri hubungan mereka dengan alasan sudah dijodohkan dengan wanita pilihan orang tuanya, dan Ana bukanlah kriteria wanita yang di inginkan keluarganya. Dia tidak bisa menolak karena tidak mau melawan orang tua dan menjadi anak yang durhaka, lalu secara sepihak memutuskan untuk berpisah. Sungguh itu alasan yang sangat klasik sekali. Kembali dia meneguk pahitnya cinta, mengalami stres dan depresi yang tiada akhirnya.

****
Satu tahun kemudian ...

Setelah dia menyelesaikan pendidikan S1 nya tiba- tiba sahabatnya mengajak untuk berkunjung ketempat tinggal barunya di Kepulauan Mentawai, katanya untuk sekedar refreshing dan reward atas kebebasannya yang sudah terlepas dari mahasiswa.

Seketika ia langsung mengatakan iya dan memesan tiket keberangkatannya. Ajakan itu sungguh sangat bertepatan sekali dengan suasana hatinya yang tak pernah kunjung membaik karena kembali teringat akan mantan kekakasihnya itu. Meskipun ini sudah hampir satu tahun berlalu semenjak mereka berpisah, namun rasa itu tidak pernah sirna meskipun harapan telah tiada.

Benar ! Tidak ada yang berubah selain kenyataan pahit yang harus ia teguk paksa bahwa mereka tidak bisa lagi bersama, setiap mengingat kenangan bersama lelaki itu tanpa ia sadari pipi selalu dibanjiri air mata. Tapi sungguh, ia juga tidak mau berlarut- larut dalam kesedihan panjang ini.

Sahabatnya sangat senang mendengar kabar kedatanganya. Itu pertama kali ia berlabuh didermaga Tuapejat, Kepulauan Mentawai. Dari kota Padang menuju Kepulauan Mentawai itu sekitar kurang lebih 10 jam, atau satu malam di Slow Ferry. Namun juga bisa menggunakan Fast Ferry itu bisa ditempuh sekitar kurang lebih 3 jam. Untuk pertama kali ini ia pergi menggunakan Slow Ferry, dan saat sudah sampai di dermaga Tuapejat Kepulauan Mentawai sahabatnya langsung menjemput. Saat itu masih pagi, jam menunjukan angka 05:30 am mereka sudah sampai di tempat tinggal sahabatnya.

Mereka tinggal disebuah rumah kontrakan yang letaknya sangat strategis. Tetangga samping rumahnya adalah orang pemilik kontrakan, dia sangat baik dan ramah.

"Lu mandi dulu deh, habis itu sarapan dan istirahat, pasti lu capek kan perjalanan jauh." Kata Putri sahabatnya.

"Iya gua capek bangat nih."

"Ya udah buruan, kamar mandinya ada di samping sana ya." Ucap Putri sambil menunjuk ke arah rumah tetangga. "Itu nyambung sama kakak pemilik kontrakan ini, kita gunakan bersama, kamu jangan sungkan dia orangnya baik kok." Jelas Putri.

"Iya, aku paham." Dia langsung menuju kamar mandi.

Ini hari Senin dan Putri harus berangkat kerja, tapi dia sudah janji sehabis pulang kerja nanti mereka akan pergi ke pantai untuk menikmati sunset. Sekarang dia punya kegiatan baru, untuk menikmati suasana pantai dan sunset setiap sore hari. Waktu begitu terasa cepat berlalu dan ia sangat menikmati hari- harinya sekarang hingga lupa kalau sedang patah hati.

Seminggu sudah ia berada dia di Kepulauan Mentawai, dan hari ini menginjak masuk ke dua minggu. Seorang lelaki disamping rumah tempat tinggal mereka sedang asyik bermain bola bersama anak- anak kecil itu tiba- tiba langsung menarik perhatiannya. Lelaki itu memiliki ukuran tubuh yang tinggi, kulit sawo matang, rambut hitam yang lurus, hidung mancung dan alis yang hitam tebal, memiliki kedua lesung pipi di wajahnya serta gingsul yang terlihat jelas saat lelaki itu tersenyum dan tertawa lepas. Sungguh ciptaan Tuhan yang hampir mendekati kata sempurna.

Dengan rasa yang penuh keingintahuan ia menanyakan tentang lelaki tersebut kepada Putri sahabatnya.

"Put, cowok yang sedang main bersama anak- anak itu siapa? Dari kemaren tidak ada, gua baru liat pertama hari ini."

"Ohh ... dia, itu adeknya kakak yang punya kontrakan ini, dia jarang keluar rumah, sibuk belajar karena sedang ujian."

"Dia masih sekolah?" tanyanya penasaran.

"Iya, baru kelas 3 SMP."

"Dia ganteng yaa." Ucapanya dengan senyuman tipis dibibir.

"Iya, dia manis." Jawab Putri dengan nada kagum.

Kedua sahabat itu sedang berada diteras rumah, Putri terus mengajak ngobrol dan bernostalgia saat- saat mereka masih sekolah dulu, tapi tetap pandangannya tidak bisa lepas dari cowok lesung pipi yang sedang bermain dengan anak- anak kecil di samping rumah mereka.

Hari- hari berikutnya ia semakin sering melihat lelaki ini, dan setiap pandangan mereka beradu lelaki itu selalu tersenyum dan membuat ia harus membalas senyuman tersebut. Lelaki itu cukup menarik perhatiannya saat pertama kali mereka bertemu, tapi ia cukup sadarkan diri dan segera menarik garis batas saat mengingat lelaki itu yang masih duduk di bangku SMP,  sedangkan ia baru saja siap menyelesaikan gelar S1 nya, lelaki itu bahkan 3 tahun lebih muda dari adik laki- lakinya.

👸🏻👸🏻👸🏻

Pindah Hati atau KeyakinanWhere stories live. Discover now