Chapter 10 ♗

Beginne am Anfang
                                    

Ruri masih kurang percaya diri untuk menyebut dirinya sendiri sebagai ibu pada Valias. Berbeda dengan Danial dan Dina yang menghabiskan masa dari bayi mereka bersama dirinya dan sudah percaya bahwa mereka adalah anaknya Valias menghabiskan lebih banyak waktunya bersama ibu kandungnya sendiri.

Dan kami masih tidak tahu apa saja yang sudah terjadi hingga Valias menjadi seperti itu sebelum berubah menjadi lebih terbuka seperti sekarang.

Ruri masih merasakaan beban yang memberatkan hatinya.

"Oke."

Valias merespon singkat. Di sampingnya, Dina mengamatinya sebelum membuka mulutnya juga.

"Aku juga ingin ikut. Aku juga tidak pernah ke luar," ujarnya antusias.

"Tanyalah pada kakakmu apakah dia mau jika kamu ingin ikut," tanggap Hadden.

"Boleh?" Dina memelas. Valias belum pernah melihat seorang anak memelas padanya seperti itu. Dia tidak pernah berada dekat dengan anak-anak.

Jadi begini rasanya.

Pantas saja banyak kasus orangtua memanjakan anaknya. Valias merasa ingin tertawa dan akhirnya senyum terpajang di bibir tipisnya. "Tentu saja."

Valias tentu tidak menyadari bagaimana orang-orang di dalam kereta terpana melihat senyumnya. Apalagi Dina yang menjadi sasaran senyuman kecil itu.

"Kakak cantik."

Dina, dengan mulut terbuka tanpa sadar mengeluarkan isi pikirannya. Sebelum menunduk, memegang erat kain pakaiannya, merasakan malu menyelimutinya.

....Apa?

Cantik? Valias benar-benar tidak pernah menyangka kata ekspresi itu akan muncul didepan wajahnya.

"...Dina?"

"Pfft.."

Suara baru muncul di dalam kereta. Danial menutupi mulutnya menahan tawa.

Di dalam hatinya Danial menertawai fakta bahwa ternyata bukan hanya dia yang memiliki pemikiran itu.

Kakaknya tampan. Danial juga tidak kalah tampan. Tapi wajah tirus pucat dengan surai merah panjang itu memang memberi kesan lain pada Valias.

Danial sudah bertemu dengan beberapa orang. Di antara orang-orang itu Danial bertemu seorang narsistik yang merasa dirinya adalah pria yang cantik. Danial tidak ingin tahu apakah orang itu akan mengejar wanita atau pria. Tapi kakaknya, sejak melihat kakaknya di ruang baca sebelum kakaknya pingsan waktu itu, Danial merasa bahwa kakaknya berada di level yang berbeda.

"Dina... kau konyol."

Danial memang tidak akan menyangkal pendapat Dina. Tapi untuk mengungkapkan hal itu pada laki-laki, Danial merasa itu lucu. Apalagi setelah melihat ekspresi kaku kakaknya dan kedua orangtuanya yang mungkin juga tidak sadar dengan keadaan wajah mereka sendiri.

"T- Tapi itu benar!" Dina memekik protes menolak rasa malu.

Ruri tampak berhasil menyadarkan dirinya sendiri dan mencoba menenangkan kedua anaknya. "Kau pasti berpikir rambut kakakmu indah kan?"

"Ibu benar! Aku suka rambut kakak." Kali ini Dina dengan percaya diri mengatakan itu pada Valias.

"...O- Oh."

Merasa canggung karena itu bukan penampilannya sendiri. Merasa sebuah pujian yang dikatakan padanya tapi sebenarnya bukan untuknya membuatnya merasa bingung harus merespon seperti apa.

"Ibu tidak tahu ibu yang melahirkan kalian seperti apa. Tapi dia pasti sangat cantik."

"Ibu juga cantik. Semua perempuan punya kecantikan yang berbeda-beda. Guru memberi tahu itu padaku."

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt