24. YLS

495 97 20
                                    


SORRY FOR LATE UPDATE.

SUNGGUH NULIS ULANG POV ITU TAK MUDAH. AYO DONG VOTE DAN KOMENNYA. (baru ngeuh aku rombak pov dulu itu)
.
.
.

Mereka pun tiba di amusement park dan Yoongi harus kembali memijat pelipisnya--menahan amarah--karena Woobin terus saja memegang tangan Yoora dengan beberapa kali menyeringai licik. Walau sering kali pemuda itu mencari perhatian sang gadis dengan mengaduh dan berjengit sambil memegang tangannya yang digips. Sayang, seolah perhatian Yoora sepenuhnya tersita pada Woobin.

Sebutlah Yoongi benar-benar cemburu kali ini.

Saat makan siang pun tidak kalah menjengkelkan bagi Yoongi, mereka duduk di sebuah kafetaria dan kedua lelaki itu saling tatap dengan sorot permusuhan, tak ada senyum yang pura-pura Yoongi sunggingkan. Walau Woobin hanyalah bocah, bagi Yoongi ini benar-benar perang antar lelaki.

"Hyung menyerah saja, Noona lebih sayang padaku," ucap Woobin dingin, jangan lupakan sudut bibir dengan decih remeh yang terpeta diwajahnya. Sungguh, Yoongi ingin sekali mencecik anak itu.

"Dia itu kakakmu dan kau masih bocah ingusan pantas saja dia memperhatikanmu," timpal Yoongi tak kalah dingin.

"Jangan merasa Hyung akan menang karena mempunyai mobil bagus, aku akan membahagiakan noona dan mencari uang yang banyak untuknya nanti."

"Cih, sinting! Kau itu masih bocah, sekolah saja dulu yang benar."

"Hyung juga pendek," imbuh Woobin tanpa menghiraukan ucapan Yoongi sebelumnya.

Astaga, dari sekian banyak rintangan dalam berpacaran, kenapa Yoongi harus dihadapkan dengan jenis adik lelaki menyebalkan seperti ini, sih? Yoongi benar-benar keki dengan predikat pendek tersebut. Yoongi itu tidak pendek, hanya salah bergaul saja dengan pemain-pemain basket yang tingginya memang di atas rata-rata.

Barang kali, kehadiran Yoora sangat tepat waktu karena wajah Yoongi sudah merah padam hendak meledakkan kemarahannya yang sudah di ubun-ubun.

"Yoon? Kau kenapa? Sakit?" tanya Yoora dalam raut khawatir. Bagaimana tidak? Wajah yang senantiasa pucat itu tampak memerah dengan napas memburu. Gadis itu segera mendaratkan telapak tangan di dahi Yoongi sesaat setelah meletakkan nampan berisi makanan.

Ya, bagaimana lagi. Tampaknya Yoora memang pawang pemuda Kim itu.

"Tanganku sakit," jawab Yoongi sedikit merengek tanpa sedikitpun melepaskan kesempatan mendapat perhatian sang gadis.

"Sakit sekali? Kita ke dokter?"

Yoongi menggeleng. "Tidak usah, kita kan harus menjaga adikmu."

"Tidak, Yoon. Kalau sakit lebih baik pulang saja. Mungkin kau kelelahan."

"Manja," gerutu Woobin dalam desibel yang masih bisa didengar oleh sang kakak.

"Bin-ah ... jangan seperti itu. Yoongi hyung begini karena melindungi Noona," ucap Yoora dalam nada dengan tingkat memberi pengertian paling lembut.

Yoongi sampai bersorak dalam hati mendengar dirinya dibela oleh gadis kesayangannya itu. Jangan lupakan seringai yang dia berikan pada Woobin.

Woobin mengedikkan bahu. "Noona, aku lapar, mau disuapi," ucapnya mencoba mengganti topik pembicaraan.

"Oke kita makan sekarang." Yoora menyendokkan nasi goreng kimchi itu besar-besar dalam kekehan gemas. Sementara Yoongi yang tidak mau kalah dengan berpura-pura bersusah payah menyendok makanan. Lagi pula menurut Yoongi, dalam sekali tatap pun yang berhak disuapi itu dirinya. Jadi menjatuhkan sendok yang dia pegang sepertinya keputusan yang paling benar.

YOONGI'S LOVE SCENARIO || MYG ||Where stories live. Discover now