Mungkin ini memang akhirat.

Tidak ada orang yang pernah ke akhirat, kan? Mungkin inilah akhirat yang sesungguhnya?

Dimana makhluk-makhluk fiksi itu hidup.

Valias teringat perkataan orang bahwa menggambar tidaklah boleh karena gambar-gambar itu akan mendatangimu dan meminta nyawa untuk hidup di akhirat.

Mungkin ini hasilnya?

Makhluk-makhluk imajinasi itu kini ada di akhirat dan hidup di daratan yang sama dengan manusia sepertinya.

Dia bahkan tidak tahu wilayah tempatnya berpijak itu disebut apa.

Sepertinya ini bukan tipe wilayah yang dipimpin presiden. Tapi dia ingat disebutnya nama Reiss di buku yang dia baca sedikit tadi malam.

Mungkin kerajaan?

Bahkan sistem hirarki seperti Count pun ada. Valias kurang familiar dengan istilah-istilah dalam sistem pemerintahan kerajaan seperti itu.

Jadi mungkin wilayah ini bernama wilayah Reiss? Dan Count Bardev ada di dalam wilayah Reiss itu?

Valias mencoba melihat apa yang sedang Danial lakukan. Anak itu begitu fokus dengan buku dan penanya.

Valias dengan konyol berniat mengintip semua buku yang ada di ruang baca itu walaupun dia tidak yakin akan memakan waktu berapa lama.

Seharusnya tidak lama.

Karena dia hanya mengintip, bukan membaca.

Bahkan jika aku harus menghabiskan sehari penuh di sini seharusnya tidak apa-apa.

Dalam waktu satu jam, dia sudah selesai mengintip dan membaca sedikit buku di sepanjang satu tingkat rak.

Valias menghela nafas lelah tapi tidak mengeluh.

***

Tiga jam berlalu tanpa Danial sadari. Dia menyandarkan tubuhnya pada sandaran bangku dan merenggangkan tubuhnya.

Kakak tidak duduk sama sekali.

Danial pikir kakaknya akan mengambil buku lalu duduk di dekatnya. Tapi tanpa Danial sadari karena terlalu fokus dengan bacaannya kakaknya tidak pernah duduk.

Mungkin dia membaca di dekat dia menemukan buku itu.

Kadang Danial juga melakukan itu. Agar dia tidak perlu repot-repot mengingat letak dimana dia mengambil buku yang baca. Dia bisa menaruh buku itu dimana saja, dan pelayan akan membereskannya. Tapi Danial bukanlah pribadi berantakan yang berpikir pelayan akan membereskan segala kekacauan yang dia buat.

Danial sudah lama tidak merasakan khawatir tentang kakaknya. Tapi setelah kejadian tadi pagi---dan dengan perubahan kakaknya yang kini sudah mulai berbicara dan tersenyum padanya---insting untuk merasa khawatir itu kembali lagi.

Danial tidak tahu apakah itu karena Valias adalah kakak kandungnya atau tidak. Tapi sebagai manusia, merasa khawatir akan satu sama lain itu wajar, kan?

Haruskah ku cek?

Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Danial memilih untuk memenuhi rasa penasaran dan meringankan rasa khawatirnya.

Dia menelusuri rak demi rak hingga dirinya tiba ke sudut rak paling ujung dan terpojok. Dan di sanalah Valias berada.

Danial hendak menghampiri kakaknya tapi berhenti ketika melihat rambut merah itu terpapar sinar matahari yang masuk dari jendela di sampingnya. Tubuh itu ringkih, kurus, dan pucat. Tapi entah kenapa Danial menemukan dirinya terpana dengan pemandangan itu.

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Where stories live. Discover now