"Baiklah. Nona bisa membantu kami."

"Anda yakin, tuan muda?"

"Kau tau apa yang baru saja kau katakan?"

Suara Alister dan Kei datang bergantian. Valias menganggukkan kepalanya.

Bahkan jika mereka menolak untuk mempercayai Durah pun, kenapa tidak melihat apa yang bisa dilakukannya dan memanfaatkannya selagi mereka bisa?

"Beritahu kami, nona."

Durah mendengar itu langsung tersenyum lebar. Melirik Kei. Warna merah meronai pipinya. Kei menyadari itu dan mengernyit tidak suka.

Durah menuntun mereka pergi dari gudang miliknya. Meninggalkan teman-teman Kei yang berwajah bingung atas perubahan situasi yang tidak ada di dalam dugaan mereka. Mereka merasa Durah perlu diwaspadai tapi kemudian mereka sadar bahwa ada Kei di sisi wanita itu. Pemimpin mereka, atau lebih tepatnya orang yang mereka anggap sebagai pemimpin karena kekuatannya, akan membunuh wanita itu jika dia menunjukkan gerak-gerik yang mencurigakan. Kei adalah laki-laki yang penuh kewaspadaan dan kecurigaan. Hal ini membuatnya menjadi serba hati-hati.

Yang jika Valias mengetahui isi pikiran teman-teman Kei itu, Valias akan dibuat tertawa. Karena Kei bukanlah orang yang hati-hati melainkan orang yang tidak ragu untuk membunuh seseorang jika laki-laki itu tidak menyukai mereka. Dia adalah orang yang tidak ragu untuk membunuh seorang raja sekalipun. Itu bukanlah tindakan hati-hati, melainkan tindakan yang keluar peduli dan tidak kenal takut.

Benar. Kei adalah orang yang tidak kenal takut. Dia melakukan apapun yang dia mau. Tidak ada satupun penghalang baginya.

Itu adalah bagaimana Valias melihat Kei.

Ketika mereka sudah kembali ke jalan raya—tempat pertama mereka muncul—dimana kedai minum tempat dua orang pertama tadi terlihat bisa dilihat dari tempat mereka berdiri, Durah bersuara.

"Kita bisa menggunakan kereta kuda, Tuan Amon."

Valias menoleh ke arahnya. "Kereta kuda?"

"Ya. Walaupun tidak sebagus kereta kuda yang seharusnya, apalagi kereta kuda yang biasa digunakan oleh Tuan Amon, tapi kereta kuda ini adalah kereta yang biasa saya gunakan, dan seharusnya bisa membantu Anda dalam mendatangi bangsawan yang ingin Anda datangi," ujar Durah malu-malu.

Valias mendengarkan perkataan Durah dan menyetujuinya. Mereka tidak mungkin bepergian dengan berjalan kaki.

Durah membawa mereka ke sebuah bangunan. Bangunan seperti sebuah tempat tinggal. Pintunya terbuat dari kayu dan bangunannya dari dinding semen tanpa pemewah. Tempat tinggal yang sederhana. Yang akan menjadi model tempat tinggal yang akan ditinggali oleh Abimala seandainya dia adalah orang yang berasal dari dunia ini.

Yang ada di sebelah bangunan itu adalah sebuah kereta kuda tanpa kuda. Kereta kayu tanpa atap. Seperti gerobak datar dan dilengkapi papan kayu sebagai tempat duduk.

"Saya perlu memasangkan kuda terlebih dahulu, Tuan Amon." Dia memberi senyum. Meninggalkan Valias dan Kei juga Alister untuk ke belakang bangunan. Tidak lama kemudian dia muncul dengan membawa dua ekor kuda. Memasangkan tali kekang dari kereta kepada leher kuda dan juga badan mereka.

Valias bisa melihatnya. Wanita itu tidak bisa melakukannya sendirian. Dia bergerak hendak membantu tapi sebuah tangan lebih dulu menghalanginya.

"Biar saya, Tuan muda Amon," senyum Alister padanya. Di satu sisi menggoda Valias atas nama yang dia berikan untuk dirinya sendiri. Valias memasang senyum kecut. Dia melihat Alister yang membantu Durah dalam memasangkan kuda pada kereta.

"Apa kau tau cara memasangkan tali kekang pada kuda, Kei?" Valias usil bertanya. Senyum miring menghiasi wajahnya.

Kei meliriknya acuh. Kemudian kembali menghadap ke depan menontoni gerak-gerik Alister dan Durah yang seringkali melirik ke arahnya dengan senyum malu-malu.

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Where stories live. Discover now