Sialan. Sungguh sialan. Athena memang sedikit berlebihan karena hatinya benar-benar meleleh melihat wajah manis Jenovan sekarang.

"Yang mana itu?" Athena beranjak dari tempatnya, membuka pintu kamarnya lebih lebar.

Apa Jenovan sengaja bertingkah imut di depannya? Athena jadi tersiksa sendiri karena harus pura-pura bersikap biasa saja.

"Bab empat Aku ketinggalan dua materi, kayaknya kita bakal begadang malam ini," ujar Jenovan sembari membuka-buka lembaran buku itu.

"Emang kamu nggak cape habis latihan nggak ada istirahat langsung belajar? Ini udah malam loh. Mending kamu fokus buat basketmu dulu, habis itu aku janji bakal bantu," ujar Athena agak khawatir.

Meskipun Jenovan menyunggingkan senyumannya, sangat kentara bahwa wajah lelaki itu terlihat kelelahan. Dan itu membuat Athena khawatir jika Jenovan terlalu memaksakan diri.

"Nggak bisa, harus malam ini," ujar Jenovan bersikukuh.

Entah kenapa lelaki itu terlihat sedikit memaksa. Masih berdiri di sana seolah enggan untuk pergi.

"Yaudah, oke," ucap Athena setuju, kemudian menutup pintu setelah keluar dari kamarnya.

Mereka pun pergi ke lantai bawah dengan Jenovan yang berjalan di depan mendahului Athena. Diam-diam lelaki itu tersenyum penuh kemenangan. Entah apa yang dipikirkannya.

"Harus banget ya malam ini?" ulang Athena.

Jenovan mengangguk, "gimanapun juga aku harus nomor satuin pelajaran kan?"

Kemudian Jenovan sedikit menoleh ke belakang sembari turun dari anak tangga terakhir. "Sama kamu juga," lanjutnya dengan suara seraya tersenyum kecil.

Athena mengerjapkan kedua matanya agak kaget, berharap telinganya salah dengar. Gadis itu pura-pura tuli, lantas berjalan ke arah ruang tengah.

"Eh Na, ngapain di situ?" tanya Jenovan bingung saat melihat Athena tiba-tiba duduk di ruang tengah.

"Mau belajar kan?"

"Di kamarku aja. Di situ aku kepanasan."

"A-apa?" kedua mata Athena membulat.

"Di kamarku aja."

Jenovan berjalan mendekat ke arah Athena yang sudah duduk di atas sofa dengan ekspresi wajah sedikit melongo, kemudian menarik tangan gadis itu menuju ke dalam kamarnya.

"E-eh sebentar!" panik Athena.

Gadis itu memandang Jenovan kebingungan. Tidak, tidak. Athena tidak berpikir macam-macam. Hanya saja bukankah Jenovan tidak mengizinkannya untuk masuk ke dalam sana?

"Kenapa? Kamu takut? Pintunya nggak ditutup kok. Aku cuma kepanasan aja kalau belajar di ruang tengah."

"B-bukan itu," kedua pipi Athena memanas.

Athena paham ke mana arah pembicaraan Jenovan.

"Nanti kamu marah lagi kaya waktu itu," ujar Athena pelan.

Jenovan tertawa pelan mendengar ucapan Athena. Gadis itu ternyata masih mengingatnya. Padahal sebenarnya Jenovan marah bukan karena Athena lancang. Lagipula gadis itu sudah mengetuk pintu kan? Jenovannya saja yang tidak menyahut.

SIREN (PROSES PENERBITAN) Where stories live. Discover now