Soobin Bingung

276 53 5
                                    


Soobin bingung harus gimana kalo Arinnya ini lagi sakit kayak tengah malem ini.

"Terus aku harus ngapain? Aku harus ngelakuin apa biar perutmu nggak sakit lagi?" Arin datang bulan dan barusan perutnya sakit banget sampe nggak bisa bicara.

Arin hanya menggeleng.

"Kakak biasanya ngapain kalo sakit gini? Aduh aku nggak tau." Soobin panik.

Arin menggeleng, lagi.

"Nggak ngapa-ngapain?"

Arin mengangguk.

"Terus dibiarin sampe sembuh sendiri?"

Arin mengangguk.

"Yaudah kakak bobok yang enak, jangan tengkurep kayak gini nanti makin sakit." Soobin tidak berani memegang Arin karena takut malah membuatnya sakit.

"Nggak, enak gini." Jawabnya parau. Posisi Arin sedang tengkurep, menelungkup, memeluk perutnya sendiri sambil meremas bantal dan mengacak-acak rambutnya sampai kusut.

"Bentar ya." Soobin menemukan sesuatu di ponselnya. Ia langsung menuju dapur dan mengambil termos yang berisi air panas.

"Yah, tinggal sedikit."

Lalu Soobin pun merebus air di panci dan memisahkannya dalam baskom dan dalam gelas. Ia akan membuatkan teh hangat dan air untuk mengompres perut Arin. Soobin sedang berkutat di dapur tapi sesekali melirik ke kamar yang pintunya ia buka lebar dan melihat Arin masih dengan posisi yang sama. Soobin nggak tega Arinnya sampe nangis.

"Ini kak, duduk dulu ayo diminum." Soobin menepuk pelan pundak Arin dan membantunya duduk. Wajahnya kusut dan matanya sembab. Soobin memegangi gelas, membantu Arin minum teh hangat yang dibuatnya. "Sebenernya lebih manjur pake yang rasa-rasa coklat gitu sih kak, tapi kita nggak punya susu coklat. Hehe.." Soobin nyengir, dibalas senyum kecil oleh Arin.

"Nggak papa, makasih ya."

"Ih kakak kok lemes sih." Soobin jadi khawatir lagi. "Bentar, aku ambilin air hangat buat kompres perutnya ya." Soobin beranjak dari kasur, namun lengannya di tahan oleh Arin.

"Nggak usah, sayang." Kata Arin pelan.

"Tuh kan, suaranya gitu. Nggak! Aku ambilin pokoknya!" Soobin berjalan cepat menuju dapur dan kembali membawa sebaskom air hangat dan waslap.

"Nanti kasurnya basah."

Ucapan Arin barusan tidak digubris Soobin. Soobin malah merebahkan tubuh Arin dan menyingkap kaosnya sedikit sambil meletakkan waslap yang sudah dicelup ke air hangat ke perutnya. Arin hanya mengerjap-ngerjap melihati Soobin dengan wajah seriusnya.

"Kamu kok malah ketawa." Soobin menangkap Arin yang sedang tertawa.

"Kamu panik banget sih."

"Ya kamu sampe sekarat gitu gimana aku nggak panik? Miring tidurnya. Pinggangnya juga biar aku kompres."

Arin hanya menurut.

"Biasanya emang selalu gini sakitnya?" Tanya Soobin.

"Enggak sih, kadang-kadang."

"Harus makan apa biar nggak sakit gini? Atau apa yang harus nggak dimakan biar sakitnya nggak kayak gini?"

"Nggak ada. Nggak tau sih. Nggak bakalan mati juga, paling pingsan doang paling parah." Jawab Arin enteng.

"Kok gitu ngomongnya. Emang pernah sampe pingsan?"

"Pernah pas SMP. Pas SMA juga pernah."

"Kok aku nggak pernah tau pas SMA?"

Rumah Tangga [Soobin&Arin]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu