Setelah melalui cobaan berat aku kembali duduk dengan tenang sambil menatap piringku.

Aku terus memikirkan bagaimana bisa Jisoo tampak sangat terbiasa dengan kenyataan bahwa aku sudah menikah, punya anak, dan dia pikir hidupku sangat bahagia dengan mereka.

"Mommynie." Lily memanggilku dan ketika aku menoleh, dia meniupkan ciuman ke udara supaya aku tangkap dan akupun melakukannya dengan enggan.

Aku lantas memberi makan Jamie yang tampaknya lebih senang makan dengan tangannya sendiri.

Dia mengambil pumpkin rebus dengan tangannya, lalu memasukan itu kedalam mulutnya sampai penuh, lalu bayi kecil itu tertawa.

Bagaimana mungkin aku bisa menyukai sesuatu seperti itu?

Sulit untuk menerima segala sesuatu di sekitarku.

Aku bahkan sangat sedih melihat diriku sendiri ada di dalam situasi itu.

Memberi makan seorang anak kecil seolah-olah aku adalah seorang wanita sejati yang sudah berkeluarga.

Itu semua membuatku mual dan pusing.

Apalagi ketika Jamie memandangku dengan wajah bahagianya.

Itu benar-benar mengerikan untukku. Aku bisa merasakan perutku mulai sakit.

Semua tawa bahagia yang ada di sekitarku membuat tubuhku menegang, aku benar-benar panik dan tiba-tiba aku sangat ketakutan.

Aku segera menoleh ke segala arah yang menjangkau pandanganku.

Aku mencoba untuk mencari jalan keluar dari situasi ini.

Kakiku mulai gemetar, jantungku berdetak dengan putus asa di dadaku. Tanganku terasa berkeringat dan semua adrenalin itu membuat kepalaku sangat pusing.

"Jennie?" Wanita bermata Hazel memanggilku dengan nada waspada, dia bangkit dari tempatnya untuk mendekatiku.

Aku mendengar sesuatu yang terbuat dari logam jatuh menghantam lantai dan dengungan aneh tiba-tiba melengking dalam pikiranku.

"Kamu tidak baik-baik saja, Jennie... Apa yang terjadi?"

"A-aku hanya sedikit pusing..." kataku berusaha mendorongnya untuk menjauh dariku, "A-aku tidak apa-apa..."

"Wajahmu pucat." Suara Lisa terdengar sangat khawatir.

"Sepertinya dia akan muntah." Jisoo menambahkan, saat dia menatapku dengan cermat. "Apa kau ingin pergi ke kamar mandi?"

"T-Tidak, aku sudah bilang jika aku baik-baik saja... A-Aku hanya ingin pergi ke kamar untuk istirahat."

"Baiklah." kata Lisa masih dengan tatapan waspada. Dia menarik kursinya agar aku bisa keluar dengan lebih mudah.

Namun, sebelum aku bisa melangkah untuk meninggalkan mereka, aku merasakan kedua lengan wanita bermata Hazel itu mengangkatku lantas menggendongku seperti sepasang pengantin yang baru menikah.

Aku mencoba untuk menendangnya supaya dia menjatuhkan aku, tetapi gerakanku sangat lemah, dan hanya membuat sedikit goyangan kaki serta gumaman kecil yang keluar dari mulutku.

Aku benar-benar tidak bisa membuat istriku pergi dariku.

Istri...

Kata-kata itu membuatku ingin mengeluarkan semua yang ada di dalam perutku.

"Apa Mommynie baik-baik saja?" Aku mendengar Lily bertanya dan dalam hati aku memohon padanya untuk tidak menyebutku dengan panggilan itu.

"Mommynie hanya sedikit kelelahan, Lily. Tetap di sini bersama Auntychu dan Mommylie akan segera turun, oke?" Lisa menjawab dan aku bisa mendengar "uhum" lembut dari gadis kecil yang matanya terpaku padaku dan dipenuhi dengan kekhawatiran.

NOT BAD, BUT NOT GOOD Where stories live. Discover now