WONDER KID INVESTIGASI

3 1 1
                                    

Quest 12 : Gambarkan tokoh utama mulai menginvestigasi kejadian ini. Dimulai dari perpustakaan hingga di gudang. Semuanya diselidiki, apa apa ada sangkut pautnya dengan isi surat itu. Pemberian nama bab terserah dan jangan lupa ketentuan yang berlaku.

~~~

Kami masih memiikirkan teka-teki yang tertulis di atas kertas itu. Misteri itu membuatku mengocok otakku yang sekarang makin berputar saja. Ketika aku ingin membuka mulut untuk mengucapkan sesuatu rupanya guru kelas kami telah masuk ke ruang kelas.

Bukan, rupanya aku salah. Itu adalah Bu Tati. Sekarang Ibu yang sudah mempunyai tiga anak dan yang satu anak itu yang sekarang berada di kelasku, kalian mesti kaget siapa dia—Windy, ya aku memang menghindari untuk berurusan dengan Bu Tati yang garang, tetapi aku tak menjauhi Windy, dia anak perempuan yang keren. Aku bangga seperti aku kagum dengan Loreng yang jeli menangkap tikus atap.

Sebuah kejenuhan menyelimuti ketika aku tahu Bu Tati bakal mengajar di kelas. Aku sampai memainkan pensil si atas mulutku. Ayolah jam dinding yang berdetak, putarkan lagi tangan terpanjangmu lebih cepat agar aku bisa melihat tangan hitam yang lebih kecil bergerak juga.

***

Beberapa menit kemudian aku mendengar bell istirahat berbunyi, lalu aku dan teman-teman sekelasku mulai melakukan misi untuk memecahkan teka-teki di fotokopian itu.

Teman-temanku menghambur untuk membeli makanan dan minuman terlebih dahulu sambil membawa kertas fotokopian yang sebelumnya kuberikan kepada masing-masing dari mereka.

Setengah waktu istirahat kami berkumpul kembali di ruang kelas.

"Aku tidak menemukan jawabannya padahal aku sudah makan dan minum agar otakku encer, tapi malah mengantuk," ungkap salah satu teman yang bertubuh mirip sepertiku, mungkin kita bisa menjadi kembaran. Bedanya dia memiliki manik mata seperti kebanyakan teman. Oh tidak, di sini aku baru menyadari bahwa aku terlihat berbeda. Akan tetapi, aku kan Rion si Wonder Kid hebat, aku tak peduli perbedaan selama darah masih sama merah, kecuali aku keturunan lobster yang memiliki darah biru.

"Aku juga tak jumpa, tak ada di pikiranku sama sekali," ucap salah satu teman perempuanku bernama Sofi dengan gaya bahasa khas bahasa minangnya.

Ah, si Reli sedang tidak ada di sini. Aku butuh rivalku yang memiliki pikiran seperti selancaran itu.

Arsy berteriak, semua orang mengarahkan pandangan kepadanya.

"Bagaimana kita melakukan penyelidikan?" ajaknya kepada teman-teman yang lain sambil mengacungkan jari telunjuknya ke arah langit-langit atap.

Meskipun tanpa dirimu Reli, orang yang kurekrut sebagai asistenku sekarang memang bisa diandalkan rupanya. Aku menyilangkan tanganku di depan dada dan kemudian mengusap daguku. Sungguh, aku bangga padanya. Aku tersenyum sambil melihat Arsy yang dengan antusias dan berapi-api meski tak mengeluarkan api dari tubuhnya itu memang temanku yang keren.

"Oke, Bos," Arsy menepuk pundakku, kontan membuatku berjengit mendadak seperti ada sengatan listrik yang merayap di sekujur tubuhku, "kau mau melakukan ivestigasi, kan? Kami akan membantumu dan semua teman di sini akan menemukan dan mengembalikan Reli pada ...."

"Padaku?"sergahku. Arsy menunjukkan wajah kecutnya.

"Ya, pada orang tuanyalah," ujar Arsy sambil menaikkan sedikit intonasi suaranya menjadi kira-kira takaran di pikiranku, ya, mungkin tiga per empat oktaf.

Aku mencoba mengingat-ingat kejadian pas Reli dikabarkan hilang. Aku ke perpustakaan untuk mencuri informasi dari ruang kepala sekolah.

Akhirnya aku menggiring teman-teman sekelasku untuk mencari ke perpustakaan. Kami menemukan beberapa catatan dan gelas yang kupinjam, tetapi lupa dikembalikan ternyata masih kutaruh di atas sala satu meja dan tak ada orang yang mengembalikannya.

Bell istirah telah habis dan kami kembali ke kelas kami.

***

Tak puas dengan investigasi di perpustakaan, aku dan Arsy yang kupaksa untuk menemaniku itu segera ke gudang yang sudah dicabut pita kuningnya. Namun, bentukan gudang itu masih saja sama: tak berbentuk dan porak-poranda. Bapuz yang aku letakkan di bawah laci di lemari gudang sekembalinya Yepi ungu, anehnya tak terlihat lagi. Aku curiga ada yang mengambilnya ketika aku pingsan waktu itu atau Bapuz menghilang secara tiba-tiba.

Kalian mulai merasakan keanehan yang sama sepertiku, bukan? Aku berkali lipat lebih resah di sini karena belum menemukan rivalku. Aku takut dia kedinginan, kehujanan, kurus kering dan siap dijadikan rempeyek Nenek Gayung.

Ya, kita menemukan kekosongan di sisa-sisa gudang ini.

Aku terdiam, aku masih memegang gulungan fotokopian di tanganku.

"Apa, sih? kenapa harus gelas, keranjang, dan lemari. Kenapa semuanya penuh?" kataku setengah berteriak sampai-sampai Arsy mendengar dan terkejut.

"Kau harus tenang kawan, tenangkan pikiranmu, coba bayangkan gelas yang penuh, gelas yang kosong pernah kau dapat entah dari mana dan kau gunakan untuk menguping pembicraan Bu Fiona dan kepela sekolah, kan?"

"Iya, kau benar," jawabku menanggapi pendapatnya.

"Terus sebuah lemari gudang waktu itu. Lemari itu penuh dengan barang-barang tumpukan kertas tua, dan alat-alat sekolah yang sudah bersarang laba-laba seperti mesin tik tua, benar, tidak?"

Aku hanya memberi anggukan untuk menanggapinya.

"Nah, sekarang tinggal keranjangnya, ayo kita temuakan keranjangnya!" ucapnya dengan semangat sambil mengacungkan salah satu tangnnya yang terkepal ke udara.

Aku jadi semangat melihat Arsy seperti itu.

"Yow, semangat kita Wonder Kid, kita pecahkan teka-tekinya!"

To be continued ...

746 kata

wga_academy
seirin11_04

Bagaimana pendapatmu tentang Rion?

Adakah yang menarik dari part ini?

Bagaimana kisahnya? hehe yah, seperti inilah Rion dan teman-temannya.

Terima kasih yang telah mampir dan memberi masukkan 

see ya ^^

GONE DAYSWhere stories live. Discover now