Prolog

6 1 0
                                        

Bagi mereka yang mengenalnya kemungkinan besar sudah tak mengingatnya. Kecuali pernah menjadi teman sebangku atau menjadi salah satu masa lalunya. Jawabannya ketika bertemu saat reuni, saat bertukar cerita, "yang mana?"

Ada juga yang menjawab, "Oh iya-iya". Aku yakin pikiran mereka melayang jauh berusaha mengingat sosok Dia itu yang mana. Atau mungkin mencari aman agar aku merasa tak hanya aku yang mengingatnya.

Aku di tahun 2021, Clara Sharon Widjaya yang masih ingat dia dari delapan belas tahun yang lalu sampai saat ini. Suaranya terus menggema di telingaku. Dia berkeliaran liar di kepalaku. Selalu. Tak bisa aku hentikan, pertanyaan-pertanyaan dalam benakku ini terus bermunculan. Bukan hanya tentang kabarnya, aku ingin dia menjadi takdirku. Ya, takdirku. Aku ingin dia tak mau yang lain.

Takdir? Apa benar takdir jodoh itu sudah ditentukan? Apakah memang kita tidak boleh memilih sendiri, siapa yang menjadi pasangan kita? Benarkah seperti itu, sama sekali tidak bisa? Lalu jika tidak bisa dia menjadi jodohku. Mengapa dia masih dalam pikiranku? Mengapa Tuhan tidak mengambil alih hatiku ini untuk yang lain?

Kenyataannya bahwa aku masih disini, seolah terperangkap waktu, seberapa tua usiaku. Apakah dia telah menikah? Pertanyaan ini sering muncul tapi tidak membuat ku berhenti, bahkan sedetikpun juga tidak. Aku akan mencarinya bagaimanapun caranya. Prinsip Ku, pastikan dulu saja dan apa yang akan aku lakukan urusan belakangan. Jika nanti aku bertemu dengannya, lantas apa yang akan kuperbuat, itu akan menjadi kewajibannya untuk menjawab. Dia harus tahu bahwa seorang Clara tidak bisa melupakannya hingga saat ini. Apakah dia akan berbalik arah kepadaku atau tetap menjauh hingga berlari? 

StalkerWhere stories live. Discover now