"Kenzo." Ucapnya langsung berdiri, menatap.

"Loh gak papa?" Tanya Kenzo menatap mata Karen yang berkaca-kaca.

Karen menggigit bibirnya bawahnya dan mengangguk cepat, Kenzo langsung memeluknya khawatir.

"Gara-gara gue." Ucap Karen sambil meneteskan air matanya.

"Tangan loh?" Lihatnya goresan di telapak tangan Karen.

***

Penghuni masih terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Wajahnya tampannya lebam dan penuh luka. Tangan Al begerak ke atas kepala Karen dan menyentuh rambut halusnya. Ia bergerak pelan, lalu Al mengacak-ngacak rambutnya hingga Karen benar-benar terjaga.

Ia menatap Al berkaca-kaca. "Al..." Tangis Karen pecah.

"Aduh berisik, gue gak papa. Jangan nangis." 

Ia tak menghiraukan ucapan Al, dia tetap menangis histeris. Ruangan kini semakin berisik dengan suara tangisan Karen yang begitu keras. Al mendekap erat Karen dan membawanya tidur di ranjang rumah sakit.

"Sssttt, loh berisik... ini bukan salah loh, udah stop." Al melepaskan pelukkannya lalu menatap mata Karen yang penuh air mata. Bocah kecil itu mengusap jejak air mata Karen. Ia mendongak gugup, jantungnya berdebar kencang seolah genderang mau perang.

Cekrek... suara pintu terbuka, Kenzo yang baru saja masuk sambil membawa makanan mendongak melihatnya. Mereka saling menatap, Kenzo langsung membalikkan tubuhnya keluar. Ia tersenyum miring sambil menatap pintu ruangan dan pergi begitu saja.

***

Karen langsung berdiri menjauhi tubuhnya dari Al. Ia langsung menarik tangan Karen cepat.

"Ach." Rintih Al kesakitan.

"Loh kenapa?" Tanya Karen panik.

"Ach sakit,"

Karen membantu Al berbaring. Di tengah-tengah itu tangan Al meraih pipi Karen. Ia memegangnya.

"Pipi loh..." Saling menatap, membuat suasana keduanya kembali canggung. 

"Ach!" Jerit Karen terkejut lantaran Al mencubit pipinya. "Sakiiitt!" Rengeknya.

Ucap Al yang entah tiba-tiba gagap. "Sorry, gu-gue.. penasaran.. A-anu. ah luh keluar deh." Al kebingungan, tidak tahu apa yang harus dia katakan.

"Dasar, gu-gue juga mau pergi." Gagapnya. Karen menelan air liurnya seperti grogi. 

Karen berjalan mendekati pintu. Tiba-tiba Aliyah membuka lebih dulu.

"Eh Karen kamu mau kemana?"

"Agh? Ka-Karen mau... pulang."

"Nanti tante anter pulang." Tawar Aliyah.

"Gak usah tante, gak papa. Karen sama Nando." Tolaknya sopan.

"Iya ma, Karen juga udah dari pagi, ini juga udah malem, kasian anak gadis orang." Sahut Nardo.

"Karen, permisi." Pamitnya tersenyum dan keluar menutup rapat pintu rumah sakit.

ALKADonde viven las historias. Descúbrelo ahora