Bab 2 ~ Klub Zoologi

21 5 2
                                    

💕Cnidaria_Couple💕

"Aduh."

Aurel mengaduh kesakitan karena tersungkur di lantai. Telapak tangan dan lututnya sakit sebab dijadikan tumpuan. Buku di tangan pun ikut berjatuhan dan berserakan di lantai. Dia berdecak sebal, posisinya terjatuh benar-benar gak etis dilihat. Apalagi sampai membuat rambut cokelat miliknya yang sengaja dibiarkan terurai berjatuhan ke depan menutupi wajah. Sampai-sampai saat dia berdiri sudah seperti Mbak Kun saja.

Dengan cepat gadis itu merapikan rambutnya. Tangannya terkepal, matanya sudah menajam bersiap memarahi si pelaku yang membuatnya terjatuh seperti itu.

"Eh, sorry, gue gak tau kalau lo mau dorong tuh pintu."

"Lo--" ucap Aurel tertahan. "Astaga, innalillahi wa inna illahi rojiun."

"Ha! Siapa yang mati?"

Aurel tak menjawab, dia hanya menatap cengo spesies di depannya. Wajah mirip bentuk hati, mata bulat dengan iris cokelat gelap khas orang Indonesia membuat Aurel sedikit terpana. Ya, hanya sedikit. Tatapannya begitu hangat, hingga membuat Aurel nyaman dan enggan berpaling. Berbanding terbalik dengan dirinya yang memiliki pandangan tajam. Sampai-sampai first impression orang yang pertama melihat Aurel menilai, bahwa dia orang yang dingin tak tersentuh. Ya, meskipun Aurel kadang seperti itu.

Seperti waktu itu, Aurel sangat ingat kejadian waktu dia pertama kali masuk SMP. Aurel tidak punya teman, sebab teman-temannya enggan berurusan dengan pemilik mata tajam. Mereka sedikit takut. Apalagi Aurel tipe orang yang susah bergaul. Tetapi lama-kelamaan. Sifat childish dan gilanya membuat semua temannya geleng kepala. Ya, Aurel memang segila itu, hanya saja kesan pertama melihat dirinya sangatlah berbanding terbalik. Berawal dari situ, teman-temannya tak takut pada Aurel, justru mereka sering menjadikan Aurel sebagai bahan candaan. Hinaan demi hinaan, juga umpatan kerap kali Aurel dengar. Hanya ada satu bahan yang bisa membuatnya diolok-olok, yaitu namanya, Aurelia Aurita. Dan Aurel benci itu.

"Hei, siapa yang mati?" tanya spesies di depannya. Eh, maksudnya pemuda di depannya, sambil mengguncang bahu Aurel dengan kedua tangan.

Aurel tersadar, dia lalu menggelengkan kepala, mengusir rasa kagum pada pemuda di depannya.

"Lah, lo kok malah geleng kepala kek sapi tetangga nenek gue, hahaha."

Aurel berdecak menanggapi kalimat tersebut. Dia mengalihkan pandangan, menatap ke segala penjuru titik di ruangan Klub Zoologi tersebut.

"Heh, lo tadi kenapa diem aja sambil liatin gue? Terpesona ya lo sama kegantengan gue?" tanya pemuda itu sambil menaik turunkan alisnya.

Dih, astaga, pedenya tingkat dewa ni cowok. Eh, tapi emang tadi gue sempet ngagumin dia sih. Tapi, liat sikap dia kok gue jadi ilfeel ya

"Lo diem aja, berarti iya kan?"

"Apaan sih. Gak ya, kepedean lo."

"Heh, dasar bocil. Gue ini kakak tingkat lo, yang sopan kalau ngomong sama gue!"

Baru saja Aurel ingin menjawab, suara  seseorang di belakangnya membuat gadis itu urung mengeluarkan suara.

"Zo, lo boleh pergi sekarang!"

Kedua orang yang berseteru itu menoleh bersamaan ke arah pintu. Di sana seorang pemuda tinggi dengan kumis tipis yang menghiasi wajah tirusnya tengah berdiri sambil menatap pemuda di samping Aurel. Kalau dilihat-lihat dia tak kalah tampan dengan spesies menyebalkan itu.

Baru saja keduanya hampir bertatap mata, suara pemuda di samping Aurel mengintrupsi keduanya untuk menoleh ke arah suara.

"Sial, lo ngusir gue?!"

Cnidaria CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang