Prolog

4.8K 668 42
                                    

Aku tahu aku sedang bermimpi.

Meskipun aku bisa menggambarkan dengan jelas di mana aku berada. Tengah berdiri sendirian di tengah lapang luas berbatas pagar kayu di tepinya. Aku bahkan rasanya bisa merasakan dingin yang menusuk tulang di tengah kabut yang memenuhi lapangan ini.

Kemudian suara ini, sangat familier di telingaku. Aku pernah mendengar suara ini saat menempelkan stetoskopku di dada pasien dengan riwayat gagal jantung.

Gallop.

Sebuah irama jantung yang tidak normal, merupakan irama tambahan ketiga selain bunyi "lub" dan "dub". Disebut gallop karena mirip dengan irama derap langkah kaki kuda.

Kini, derap itu terdengar kian nyaring, diikuti ringkik si pemilik langkah setelah penunggangnya menarik tali kekang. Perlahan, keduanya melangkah mendekatiku. Menyeruak dari dalam kabut, kuda putih itu meringkik sekali lagi sebelum akhirnya berhenti tepat di hadapanku, menggelengkan kepalanya.

"Ikut, ya?" suara si penunggang kuda memanggilku, mengalihkan perhatianku dari kuda tercantik yang pernah kulihat.

Perlahan kuangkat kepala, mencari tahu siapa sosok lelaki berbadan tegap ini. Tangannya kemudian terjulur, mengajakku pergi.

"Kendra?"

Suara baritonnya terdengar begitu jelas, mengusik keheningan. Aku tidak bisa mengacuhkannya begitu saja, apalagi dengan nada suaranya yang terdengar nyaris memohon. Tetapi aku tetap di tempatku, menerka-nerka siapa lelaki yang wajahnya masih juga tertutup kabut ini.

Semuanya terasa begitu nyata. Kesunyian ini, kabut yang semakin membekapku, serta rasa getir yang seketika memenuhi dadaku, memaksa pertahananku kembali luruh.

Tapi sekali lagi, aku tahu ini hanyalah mimpi. Kenapa aku tahu? Karena ibuku ada di sini, berdiri di luar pagar.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 03, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Gallop (White Coat & Black Barret)Where stories live. Discover now