1. Masih Menata Hati

1.5K 148 51
                                    

Tuh, langsung up part juga lho.

Ayo, semangat bacanya.




Menjalani hari tanpa seorang terkasih rasanya hambar. Itulah yang dirasakan Ario sejak Aria dan Tara menikah. Sepi selalu terasa, merasuk hingga ke sum-sum tulangnya. Sebegitu menderitanya Ario sampai bingung harus berbuat apa. Tiga hari setelah hari pernikahan Aria dan Tara, dia seperti orang linglung. Mau berkunjung ke apartemen Aria, khawatir diusir. Menelpon, pasti Aria tidak meresponsnya. Kalau menelpon Tara, bisa-bisa nanti ponsel Tara disita Aria kalau tahu yang menelpon adalah dirinya. Aria mendesah kesal. Kadang Ario mau nekat, tetapi takut merusak suasana dan berakhir seperti saat mereka masih di UK.

Saat ini Tara sedang hamil dan sikap protektif Aria semakin menjadi-jadi. Tara hanya boleh diantar dan dijemput oleh Aria seorang. Padahal sesekali Ario juga ingin berbuat sesuatu pada Tara. Benar-benar ya bucinnya Aria tidak tangung-tangung. Sikap kembarannya itu di mata Ario cenderung lebay. Berlebihan banget. Harusnya tuh, Aria memberi kebebasan pada Tara. Kasihan lho ibu hamil dikawal terus-terusan begitu. Itu sih pendapat Ario ya. Coba kalau punya istri yang lagi hamil juga. Apa dia tidak seprotektif Aria? Rasanya-rasanya sangsi deh. Bisa-bisa lebaynya mengalahkan Aria.

Ario mengambil ponsel yang dia letakkan begitu saja di atas meja ruang tengah, lalu beranjak ke balkon, duduk sembari menyusun rencana yang akan dia kerjakan. Pertama dia akan menyampaikan ke pihak Universitas yang menawarkan menjadi dosen di sana. Tawaran itu Ario terima setelah berbulan-bulan mempertimbangkannya. Ario butuh waktu selama itu karena masih menata hatinya yang patah. Ya patah, yang mungkin tidak ada yang mampu menyambungnya kembali. Sedih sekali, bukan? Padahal Ario sebelumnya adalah tipe pria yang berganti pasangan semudah mengganti pakaian. Tetapi sebelum resmi mengajar, Ario akan membereskan rumah dan barang-barangnya di UK. Dia tentu masih bolak-balik ke negeri Ratu Elizabeth itu. Pekerjaanya di sana tidak begitu saja dia lepas.

Ario menggulir layar ponsel mencari sesuatu yang menarik minatnya. Semua yang dia lihat di layar tidak ada yang menarik sama sekali. Ario berpindah ke kontak yang tersimpan. Dicarinya nama yang selama ini membantunya mengurus pameran. Beberapa waktu ke depan dia akan kembali menggelar pameran di galeri milik ibunya yang berlokasi di Kemang.

"Sher, persiapan pameran gimana? Apa semua koleksi lukisanku akan dipajang atau sebagian saja? Lukisan yang lama berapa dan yang baru berapa? Bisa diatur seperti itu, nggak?" tanya Ario begitu sambungan teleponnya terhubung dengan wanita cantik dan sangat professional dalam mengatur pameran lukisannya di seberang sana. Selama berada di Jakarta, wanita cantik itulah yang selalu mengatur dan mengurus semua yang berkaitan dengan pameran lukisannya. Juga negara terdekat seperti Singapura.

"Sudah tujuh puluh lima persen sih, Mas. Baiknya lukisan lama juga dipajang ya dengan perbandingan fifty-fifty. Karena masih banyak lukisan lama yang belum dilihat pengunjung. Ini berpotensi mereka mengoleksinya juga, Mas. Gimana?" Menurut Sherly, lukisan lama yang memang sengaja tidak dilepas baiknya mulai diperlihatkan ke umum. Sayang saja kalau hanya tersimpan, sementara sangat berpotensi untuk dijual. Selain menyelenggarakan pameran, otak bisnis Sherly juga mumpuni. Ario sangat beruntung sebenarnya mendapatkan partner untuk urusan yang satu ini.

Menangani pelukis terkenal seperti Ario, membutuhkan trik tersendiri bagi Sherly. Mengatasi mood swing yang sering diperlihatkan pria yang tampak selalu bersahaja di muka umum itu butuh effort khusus. Apalagi beberapa bulan ini, Sherly hampir kesulitan mengatasi perubahan yang sering terjadi pada Ario. Kadang baik, di kesempatan lain ngamuk tanpa sebab. Sepertinya perubahan itu sering muncul saat kembarannya punya kekasih dan akhirnya menikah. Tetapi Sherly hanya sebatas menjaga sikap dan memberi saran saja. Dia tidak berani mengulik lebih dalam permasalahan yang dihadapi Ario. Memang Ario kadang mengeluh atau bercerita mengenai kembarannya. Hanya sebatas keluhan seperti sikap Aria yang sangat protektif pada pasangannya. Menurut Sherly, sikap seperti itu sangat wajar. Namun bagi Ario, dianggap berlebihan. Tanpa Ario mengungkapkannya secara blak-blakan, Sherly tahu, Ario juga menaruh perhatian pada pasangan kembarannya. Hubungan yang rumit dan hanya mereka yang bisa menyelesaikan.

Painting In Your Heart (Terbit - Penerbit Prospec Media)Where stories live. Discover now