Bagian 3: Sebuah Perpisahan

5 1 0
                                    

Hari Minggu pukul 5 dini hari indah sudah siap untuk pergi ke acara festival kampusnya. Festival itu diadakan didaerah permukiman warga yang jauh dari kota, dimulai dari dilaksanakannya ajang olahraga antar angkatan. Sorak hergembira membunyikan yel-yel setiap angkatan membuat suasana menjadi lebih panas. Namun suasana indah saat itu tidak sama dengan suasana yang ada dilapangan, dia sangat murung dan kesepian karena teman dekatnya tidak ikut ke acara tersebut, dia datang sendirian dan dia mencoba bergabung dengan teman-teman yang lainnya.

Tak terasa adzan dzuhurpun berkumandang lebih cepat, mengingatkan waktunya untuk sholat berjamaah. Indah dan teman-teman yang lainnya pergi untuk melaksanakan sholat berjamaah di mesjid depan gor. Setelah sholat dia tampak senang, karena teman-temannya satu persatu datang dan dia sudah tidak sedih lagi.

"Indaaaahh" (suara keras memanggil namanya)

" haiiii Sofa, dari mana aja kamu? Aku disini sendirian tidak ada yang bisa di ajak bicara santai disini" . Tutur Indah

"Maafkan aku indah, aku ada acara keluarga dulu makannya aku telat datang kesini". Kata Sofa

Indahpun menjawab: "Iyaa, tidak apa-apa kok, yuk masuk kedalam"

Kemudian mereka masuk kedalam gor tersebut dengan berbagi cerita dan tertawa, sampai langitpun sudah menunjukan pukul 6 sore dan pertandinganpun selesai. Sambil menunggu pulang indah pergi ke warung untuk membeli makanan terlebih dahulu. Namun pada saat berjalan, handphonenya pun berbunyi "kriinggg" ternyata bunyi pesan masuk. Indah membuka pesan masuk tersebut ternyata dari Uzi yang sekian lama tidak pernah mengirim pesan lagi semenjak bertemu kemarin. Indah pada saat itu berusaha menyembunyikan tangisan itu dan berusaha tetap ceria dimata teman-temannya setelah membaca pesan teks dari Uzi.

"Dah, maaf uzi baru ngabarin lagi. Uzi udah berpikir lama, perasaan uzi ke indah itu cuma perasaan sekedar teman dan gak lebih gak ada perasaan apa-apa. Mungkin kita bisa jadi teman aja"

Hatinya seketika hancur dan marah, ternyata orang yang selama ini dia percaya bisa membuka kembali hati yang pernah dia tutup adalah orang yang menghancurkan dia kembali.

Urusan ini sebenarnya amat sederhana. "Seseorang yang memandang fisik, maka suatu hari ia juga akan pergi karena alasan fisik tersebut. Seseorang yang menyukaimu akan materi, maka suatu hari ia juga akan pergi karena materi. Tetapi seseorang yang mencintaimu karena hati, maka ia tidak akan pernah pergi! Karena hati tidak pernah mengajarkan tentang ukuran relatif lebih baik atau lebih buruk"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 27, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

It's OkeyWhere stories live. Discover now