Brukk

Sakit, satu kata yang terlintas dalam pikiran Almara saat tubuhnya menabrak pintu. Tidak mungkin, batinnya.

Almara beralih ke cermin dan betapa terkejutnya ia saat melihat dirinya sendiri di cermin. Dia nyata dan bisa dilihat.

"Ini beneran gue?" Tanya Almara tak percaya sambil menatap ketiga sahabatnya.

Iven, Cahya, dan Hani menganggukkan kepala bersamaan yang membuat Almara menangis. Kakinya melemas sehingga kini dia terduduk di lantai.

"Semuanya udah selesai, Alma. Semuanya udah kembali ke tempat semula."

"Ini pasti karena Ruha." Almara berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah pintu, namun Iven menarik tangannya.

"Lo gak boleh kemana-mana." Ucap Iven sambil menatap Almara yang kini juga menatapnya.

"Gue mau nyari Ruha. Semua ini pasti karena dia!"

Iven menggelengkan kepalanya dan akan membawa Almara masuk ke kamarnya. Tapi Almara terus-terusan menolak.

"Ruha gak ngebolehin lo nyari dia!" Teriak Hani yang membuat Almara terdiam. Matanya kini beralih ke Hani yang sudah menangis.

"Dia berkorban buat lo, Almara. Dia.."

"Dia kenapa?!"

Hening sesaat dan diisi dengan isakan tangis dari Iven, Cahya, dan Hani. Almara benar-benar tidak mengerti kenapa sahabatnya seperti itu.

"Ruha kenapa? Kalian tahu kan dia ada dimana?" Tanya Almara sekali lagi sambil berjalan mendekati satu persatu sahabatnya.

Tanpa menjawab, Iven mengeluarkan handphone dan cincin dari saku bajunya. Dia memberikan handphone dan cincin itu kepada Almara.

Almara menatap kedua benda di tangannya. Semuanya milik Ruha baik handphone maupun cincin yang dulu tersemat di jari manisnya.

"Ruha minta lo buka galeri di hpnya."

"Jelasin dulu ke gue apa yang udah terjadi?"

Cahya membawa Almara untuk duduk di sofa diikuti oleh Iven dan Hani. Mereka bertiga kini sudah duduk di sofa dengan menjadikan Almara sebagai pusat perhatian.

"Ruha ngorbanin nyawanya buat melenyapkan makhluk jahat yang ada di tubuh lo. Dia juga datang ke kami buat minta bantuan. Dia minta kami ngasih hp sama cincin itu buat lo." Jelas Iven.

"Ngorbanin nyawanya? Dia dimana sekarang?" Hanya gelengan kepala yang menjadi jawaban ketiga sahabatnya.

Almara menekan dadanya yang terasa sakit. Air matanya tidak bisa keluar sehingga dadanya terasa sangat sesak. Apa yang didengarnya barusan berhasil membuat hatinya hancur. Bagaimana mungkin Ruha mengorbankan nyawa untuknya?

Almara membuka hp Ruha dan mencari galeri. Setelah dapat dia langsung membukanya dan mendapati satu video berdurasi 3 menit. Tanpa menunggu lagi, dia langsung membuka video tersebut.

"Hai, pengantin hantu." Sapa Ruha saat video tersebut terbuka.

"Almara, lo kenapa sih cantik banget? Dari dulu sampai sekarang lo gak pernah berubah. Gue jadi gak tega buat ngasih lo ke hantu lain." Kekehan kecil menjadi sebab air mata Almara berhasil turun.

Almara memukul dadanya berkali-kali yang terasa sesak. Ruha benar-benar membuat hatinya hancur.

"Makasih karena udah mau jadi pengantin gue. Makasih juga karena lo udah mau nemenin gue kerja selama ini. Gue cuma mau bilang sama lo.."

"Jangan pernah nyalahin diri lo sendiri. Di masa lalu sampai sekarang, lo gak pernah salah. Lo juga bukan pembunuh. Yang bunuh gue sama seluruh keluarga gue bukan lo, Almara. Gue tahu kalau saat itu tubuh lo diambil alih oleh Zerio."

Tangisan Almara semakin pilu. Dia menutup mulutnya dengan tangan. Menangis dalam diam sambil terus memperhatikan Ruha.

"Di masa sekarang pun lo gak salah. Gue ngorbanin nyawa gue emang karena kemauan gue sendiri, bukan karena lo. Jalani hidup lo dengan bahagia tanpa gue. Anggap aja gue angin yang datang menerpa wajah lo sebentar."

"Gue gak bisa bahagia tanpa lo." Gumam Almara.

"Gue cuma mau bilang sama lo kalau selama ini perasaan gue gak berubah buat lo. Gue sayang dan cinta sama lo lebih dari diri gue sendiri. Gue gak rugi kalau harus ngorbanin nyawa demi keselamatan lo."

"Lo salah! Lo rugi karena udah ngorbanin nyawa buat gue!"

Iven, Cahya, dan Hani yang mendengar itu semua juga menitikkan air mata. Mereka tidak tahu kisah Almara dan Ruha sepilu itu.

"Gue berharap hidup lo lebih bahagia tanpa gue. Cuma itu yang mau gue bilang sama lo."

"Maafin gue karena milih cara ini buat nyelamatin lo."

"Sekian dari gue untuk pengantin hantu yang tersayang."

Almara menangis dengan keras saat video tersebut habis. Ruha benar-benar meninggalkan dirinya tanpa menemuinya secara langsung. Dia bahkan tidak sempat melihat Ruha untuk terakhir kalinya.

Dia ingin melihat Ruha lagi. Ingin memukulnya karena telah berani pergi. Tidak, dia lebih ingin menghabiskan banyak waktu bersama Ruha.

"Ruha... Kenapa lo ninggalin gue?! Kenapa!" Teriak Almara yang membuat Hani langsung memeluknya.

"Tenang, Almara."

"Dia ninggalin gue! Gimana gue bisa jalani hidup bahagia tanpa dia? Gue gak bisa!"

Iven dan Cahya ikut memeluk Almara untuk menenangkannya. Mereka tahu bagaimana terlukanya hati Almara saat ditinggalkan oleh orang yang paling disayanginya.

"Kenapa lo tega ninggalin gue?"

Pengantin Untuk Hantu ✅Where stories live. Discover now