16

3.4K 683 402
                                    

.
.
.

"Aduh! Pelan-pelan dong."

Takeomi berucap kesal lantaran [Name] menekan luka pada wajahnya. Sesekali ia meringis pelan akibat rasa perih yang kian mendera.

Sedangkan [Name] sudah memasang tampang kesal sejak Takeomi datang ke rumahnya dengan kondisi babak belur. Namun meskipun begitu, ia dengan telatennya membersihkan lukanya.

"Ya, lagipula siapa yang memintamu berkelahi, huh?" ketusnya.

"Lalu aku harus diam saja setelah semua yang terjadi padamu? Yang benar saja, [Name]!"

Gadis itu merotasikan bola matanya, merasa jengah. "Lagipula itu memang salahku, kok. Aku juga tidak memberitahumu apa yang terjadi hari itu."

"Aku tidak masalah dengan itu. Lagipula aku yakin, kau pasti punya alasan tersendiri untuk tidak memberitahu siapapun."

"Kecuali Seishu," ralat [Name]."

Takeomi menatap iba adiknya. Merasa heran, kenapa gadis sebaik dan setulus [Name] disia-siakan oleh Shinichiro. Jujur saja, Takeomi sama sekali tidak paham dengan hal itu.

"[Name]," panggilnya pelan.

"Hm?"

"Boleh aku memukul Shinichiro lagi? Aku belum puas menghajarnya tadi," ucapnya yang langsung dipelototi oleh [Name]. "Tidak boleh!" larangnya tegas.

Takeomi mengernyit bingung. "Kenapa?"

"Nanti...dia terluka. Dia tidak pandai berkelahi, juga tidak handal mengobati lukanya sendiri. Karena aku sekarang bukan siapa-siapa untuknya, aku tidak bisa berbuat banyak lagi."

"Kenapa? Kenapa kau masih peduli pada bajingan sepertinya?"

[Name] berusaha memaksakan senyumnya agar tidak membuat Takeomi khawatir. "Karena aku dan dia sudah bersama sejak lama. Mana mungkin aku tega berbuat kejam pada Shinichiro?"

"Meskipun dia menemukan rumah barunya?"

"Eh?"

"Apa yang akan kau lakukan jika pria sepertinya lebih memilih Akane? Kau sudah berpikir sampai situ?"

Senyum [Name] perlahan memudar. Mengingat tentang Akane membuat hatinya berdenyut nyeri. "Omi-nii," lirihnya. "Level tertinggi mencintai seseorang adalah mengikhlaskan. Meskipun sulit, aku percaya pada diriku sendiri."

Takeomi benar-benar dihantam kebenaran. Ia sama sekali tidak menyangka [Name] akan berbesar hati menerima hal ini. Takeomi lantas merengkuh [Name] ke dalam pelukannya.

"Aku tahu kau gadis yang kuat, [Name]. Tapi jangan lupa kau memilikiku disini. Jangan memendam semuanya seorang diri. Kau bisa berbagi keluh kesahmu denganku."

"Nii-san...?"

"Saat ini juga, menangislah sepuasmu. Tapi cukup hari ini saja kau menangisi laki-laki berengsek seperti Shinichiro. Setelah itu, bukalah lembaran baru, lupakan semua yang terjadi, dan jalani hidupmu dengan baik. Tidak hanya Shinichiro, kau pun juga berhak bahagia, [Name].

Gadis itu mencengkeram kuat baju yang dikenakan Takeomi. Semua yang diucapkan Takeomi membuatnya tersadar. Ia tak boleh berhenti sampai disini.

"Kerja bagus, [Name]. Kau telah melakukan yang terbaik. Aku bangga kepadamu," pinta Takeomi sambil menepuk punggung sang gadis.

✓ ❝ Sano Shinichiro x Reader - Boyfriend SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang