Introduction

165 15 9
                                    

Bagi Harry, kebahagiaan masa kanak-kanaknya bertambah dengan datangnya keluarga Weasley di Godric Hollow. Bukannya tak punya teman bermain, tetapi keusilan dan kejahilan Orion terkadang membuatnya kesal dan bosan. Apalagi, ternyata, bocah-bocah Weasley tidak hanya kumpulan testosteron belum baligh, si bungsu berambut panjang yang selalu dikucir atau dikepang dua itu membuat suasana Godric Hollow yang hanya diisi dua bocah lelaki kecil itu semakin meriah. Ya ya ya, meskipun kehadiran si bungsu Weasley itu ternyata tak jauh beda dengan keenam kakak lelakinya, ditambah lagi, sifat jahilnya yang sebelas dua belas dengan Orion Regulus Black, sahabat Harry James Potter. Tapi tak apa, berkali-kali Harry menjadi korban maupun kambing hitam kejahilan gadis kecil itu, asal senyum dan tawanya merekah, Harry akan selalu menerima dengan lapang dada. Karena, semua itu terbalas dengan keindahan yang terpancar dari wajah si bungsu Weasley. Hidung kecil penuh freckles, mata bulat yang cokelat yang Indah, alis tipis namun penuh, dekik kecil di pipi kanannya, dan juga bibir kecil dan penuh yang mana terlihat semakin Indah jika tertarik ke kanan dan kiri membentuk senyuman dari tipis hingga lebar, semuanya terbayar sudah, ditambah dengan suara tawanya yang renyah. Semuanya tentang Ginevra Molly Weasley, apapun Harry akan lakukan.

°°°

Malam itu Harry terbangun karena suara yang berbondong dari floo rumahnya, bukan hanya suara Marlene, tetapi ada suara merengek Orion yang meminta tidur kembali. Ia mendengar suara orangtua yang panik lalu suara anak-anak lainnya, dan suara anak perempuan!

"Mum! The Burrow! Kenapa habis terbakar?!" seru suara anak perempuan disela tangisannya.

"Mum! Kita bersumpah bukan ulah kita!" seru suara dua anak lelaki bersamaan, terdengar ketakutan.

Harry mengerutkan kening, kantuknya mulai pudar. Ia memfokuskan pendengarannya sebelum beranjak dari kasur empuknya dan menengok apa dan siapa yang ribut di kediaman Potter di tengah Godric Hollow yang sunyi malam-malam begini.

"Mum! Aku ingin The Burrow! Kenapa kita di sini? Kenapa rumah kita hancur?!" seru suara anak perempuan itu lagi, terdengar sangat pilu karena isakannya.

"Oh, Ginny!" seru suara perempuan lain, sepertinya itu Mum dari Ginny, Fred dan George.

"Fred! George! Sni nak, peluk Percy dan Ron!" suara Mum Ginny itu kembali terdengar.

"Ginny, tante ikut bersedih karena kejadian yang menimpa kalian dan The Burrow, paman James, paman Sirius dan Dad kamu akan segera menyusul ke sini. Ginny sama tante Lily ya, kita minum susu hangat di pantry. Mau kan? Mum kamu bersama Ron dahulu ya." suara Mum-nya membuat mata Harry membelalak, ia benar-benar benar bangun sekarang. Harry membuka selimutnya dan berlari ke luar kamar. Ia melihat banyak orang di ruang tamu, Marlene sedang duduk dengan Orion yang tidur pulas di pangkuannya. Seorang wanita yang lebih tua dari Mum-nya sedang berpelukan dengan empat anak lelaki, dan terakhir Mum-nya sedang menyuapi anak perempuan dengan susu hangat favorit Harry. Wajah gadis kecil itu sama seperti keempat bocah lelaki dan Mum mereka. Pucat dan penuh noda hitam seperti arang. Apa yang terbakar? The Burrow? Apa itu?

Harry turun dari lantai dua dan mendekati Mum-nya, Lily tersenyum dan melambaikan tangan untuk putranya mendekat.
"Ginny, ini Harry, putra tante. Nanti Ginny bisa main sama Harry dan Orion yang sedang tidur di sana, di pangkuan tante Marlene. Teman Ginny bertambah banyak, bukan hanya kakak-kakak Ginny nanti." ujar Lily mengenalkan Harry sambil mengusap pipi gadis kecil itu yang penuh arang The Burrow yang terbakar habis dua jam lalu.

Mata cokelat sayu gadis kecil itu bertemu dengan mata hijau emerald si bocah lelaki. Beberapa detik, Harry seolah bisa merasakan kesedihan teramat dalam di kedua bola mata tersebut.

Tangan kecil itu terangkat ke arahnya, telapak tangannya membuak, jemari yang juga dipenuhi bekas arang hitam itu meminta dijabat.

"Aku, Ginny Weasley. Susu cokelat buatan Mum kamu sangat enak, tak kalah dari buatan Mum-ku." bibirnya mengulum senyum meskipun kecil dan tipis. Harry tersenyum lalu menjabat jemari kecil yang hangat itu, "Aku Harry, Harry Potter. Mum pasti melayang sampai langit karena pujianmu." canda Harry sambil melirik Lily yang sedang tersenyum melihat putranya dengan si bungsu Weasley. Celetukan Harry membuat kekehan Ginny pecah.

"Terima kasih Tante! Aku akan menahan Tante Lily supaya tidak melayang jauh!" ujar Ginny tertawa, ia melepas jabatan tanga Harry dan menggenggam jemari Lily erat.

°°°

Harry pikir, pertemuan awalnya dengan Ginny akan membuat gadis kecil itu bermain bersamanya. Ternyata sedikit meleset, karena sudah dua minggu keluarga Weasley singgah di Godric Hollow, Harry bermain dengan Ron sedangkan Ginny berkomplot dengan Orion melakukan berbagai hal jahil bersama, termasuk berperang membalas dendam kejahilan pada Fred dan George Weasley, bahkan memberi ide-ide jahil pada mereka. Beberapa kali Ron dan Harry menjadi kambing hitam kelakuan nakal serta jahil Ginny dan Orion. Apalagi mata bulat Ginny jika memandang dengan berkaca-kaca dan puppt eyes maka tidak ada yang mengatakan tidak padanya. Satu poin tambahan Ginny menjadi partner-in-crime putra semata wayang Sirius dan Marlene Black.

Dua minggu lagi kembali berjalan, beberapa kali Harry menghabiskan waktu dengan Ginny jika Ron sedang sibuk mengunyah dan Orion sedang bosan bermain dengan perempuan atau lebih suka bertiga dengan Weasley twins. Ginny gadis kecil yang menyenangkan, tak hanya parasnya yang imut dan cantik, meskipun sifat jahilnya maksimum, tetapi celotehan Ginny tak hanya isapan jempol, ia gadis kecil yang pintar. Semua hal itu membuat Harry semakin menyukai berteman dengan Ginny. Mereka bisa menghabiskan dua jam membaca buku sambil bercerita tentang hal lain, menggambar, mencuci piring, dan kegiatan lainnya sambil mengobrol kesana-kemari. Ya walaupun bisa dihitung jari kapan mereka menghabiskan waktu bersama, namun Harry tetap senang. Hingga akhirnya dua minggu kemudian keputusan keluarga Weasley matang. Orangtua Weasley tinggal bersama Aunt Muriel mereka, Fred,George, dan Percy tetap bersekolah di Hogwarts, Ron dan Ginny akan ikut ke Aunt Muriel sebentar lalu hingga masa sekolah mereka dimana Ron akan di sekolah sihir Romania bersama Charlie Weasley, dan Ginny akan di Beauxbatons karena dekat dengan Bill Weasley.

Harry merasa sedih. Ia ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Ginny, meski Ginny terlihat lebih tertarik dengan Orion. Tak apa, mungkin dari Orion nanti dia bisa tahu kabar tentang Ginny. Pikir Harry dan benar adanya. Saatnya mereka berpisah, Ginny mengeluh, "aku tak punya burung hantu untuk bertukar pesan denganmu Orion."

"Aku juga tak punya burung hantu, Ginny. Dad tak akan memberiku burung hantu saat sekolah nanti, katanya akan aku jadikan kelinci percobaan. Nyebelin banget kan!" keluh Orion dan mereka tertawa.

Harry yang mendengar itu langsung berceletuk senang, "kita eh Orion bisa pakai Hedwig! Dia pasti senang bisa mengirim surat di luar area Godric Hollow!"

Mata Ginny membulat, "beneran?!"

Harry mengangguk pasti. Ia senang bisa membantu teman-temannya.

"Thank you, Harry!" seru Ginny sambil melompat-lompat senang.

"GINNY AYO! ITU KNIGHT BUS SUDAH TERLIHAT!" seru Mrs. Weasley.

"OKAY MUM!" teriak Ginny balik. Ia lalu tersenyum pada Harry dan Orion, kemudian dengan cepat Ginny mencium pipi Orion dan memeluknya lalu bergantian memeluk Harry cepat.

"THANK YOU! AKU AKAN MENUNGGU SURAT KAMU ORION! I'LL MISS YOU GUYS!" serunya sambil berlari meninggalkan kedua bocah lelaki itu.

Pipi Orion memerah dan mengomel, merasa malu karena dicium Ginny, sedangkan pipi Harry juga memerah, tubuhnya menghangat karena pelukan Ginny.

"I'll miss you, Gin." jawab Harry sangat lirih, bahkan suara angin lebih kencang dari empat kata yang keluar dari bibirnya.








Entre el amor y la amistadTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon