[Name] mulai tak suka dengan ucapan Shinichiro yang aneh. "Apa maksudnya?"

"Hari kita bertengkar, kau ada dimana? Tidak, hari dimana kau berkata liburan, kau ada dimana?"

Gadis itu sedikit tersentak. Dengan gugup ia menjawab, "A—aku...um, sebenarnya aku, tunggu, aku bisa menjelaskan semuanya."

"Terlambat. Aku sudah tahu semuanya."

"Maksudmu....?"

Setelahnya Shinichiro berucap, "Masuklah." Dan [Name] cukup terkejut karena Seishu tiba-tiba masuk ke ruangan.  "Seishu? Jangan bilang kau....?"

"[Name], kau tahu apa yang lebih menyakitkan daripada dikhianati? Ya, aku mendengar kebenaran tentangmu dari orang lain. Bahkan aku seharusnya menjadi orang yang pertama kali tahu, orang yang berada disisimu waktu itu. Tapi kau tidak melakukannya. Kenapa, [Name]?"

Tak dapat mengelak, [Name] sangat ketakutan saat ini. Ia dapat merasakan tatapan kecewa Shinichiro. Mau dijelaskan pun juga percuma rasanya. "Kak, aku...minta maaf. Tapi aku sama sekali tidak bermaksud menyembunyikan ini semua."

"Lalu apa? Kau tidak dapat percaya padaku? [Name], aku memang cukup buruk dalam bertarung. Namun setidaknya biarkan aku melakukan tugasku sebagai kekasihmu."

"Ya, aku mengerti. Aku hanya tidak ingin memperpanjang masalah dan menimbulkan masalah baru."

"Apa hubungan yang kita jalin selama ini begitu sepele bagimu? Kau tidak pernah terbuka padaku tentang hal seperti ini."

[Name] menatap Shinichiro penuh harap. "Kak, aku sama sekali tidak bermaksud demikian. Baiklah, aku salah, maafkan aku. Jadi mari kita lupakan masalah ini, hm?"

"Lupakan?" sinisnya. Ia menatap [Name] tak percaya. "[Name], aku kecewa padamu," pintanya yang seolah membuat pertahanan gadis itu runtuh. "Kak, aku minta maaf. Aku janji tidak akan bersikap seperti ini lagi."

[Name] berusaha meraih lengan Shinichiro, namun dengan mudahnya laki-laki itu menghempasnya secara perlahan. "[Name]...," panggilnya lirih.

"Tidak. Jangan katakan apapun lagi."

"Maaf."

"Hentikan, kau membuatku takut."

"[Name], ayo putus."

Gadis itu bak tersambar petir di siang bolong. Yang ia takutkan akhirnya terjadi. [Name] menggeleng cepat, menolak percaya akan ucapan Shinichiro. "Aku tidak mendengar apapun," ucapnya sambil menutup kedua telinganya.

"Maaf, tapi mustahil menjalani sebuah hubungan tanpa membangun kepercayaan. [Name], mari akhiri secara baik-baik disini," kata Shinichiro sambil menepuk pelan bahu sang gadis.

"Kenapa kita harus bertindak sejauh ini? Padahal aku melakukannya untukmu," gumamnya pelan.

"[Name], kumohon...."

Gadis itu mendongak, menatap nanar Shinichiro dan Seishu secara bergantian. Tak dipungkiri matanya penuh sorot kesedihan. [Name] berusaha mati-matian untuk menahan air matanya.

"Seishu, aku tidak ingin percaya ini. Kenapa kau melakukan ini padaku? Bukankah ... kau setuju untuk menyimpan masalah ini sendiri?"

Seishu ingin sekali membungkuk sambil meminta maaf atas tindakannya. Namun ia tak bisa melakukan hal itu sekarang. Seishu hanya memasang ekspresi datar dan berucap, "Aku selalu mengagumi Shinichiro-kun, dan Black Dragon selalu menjadi prioritasku."

[Name] tertawa sinis. Ia memberanikan menatap manik mata Shinichiro. "Apa ini berkaitan dengan Akane?"

Shinichiro mengernyit tak suka ketika [Name] membawa-bawa nama Akane. "Apa maksudmu? Jangan berusaha menyeret orang lain dalam hubungan kita."

✓ ❝ Sano Shinichiro x Reader - Boyfriend SeriesWhere stories live. Discover now