〇4. ㅡ Dahayu

5.5K 920 160
                                    

"Taka..."

Perempuan dengan surai gelam bersuara memanggil asma sang kekasih di samping kanannya yang asik memainkan handphone. Yang memiliki tampang bak preman pasar tapi versi alim. Tangan kanannya yang asik di mainkan oleh Mitsuya, [Name] tarik pelan.

"Apa?" Balas Mitsuya tanpa menoleh.

"Lebih enak membeli udang atau ikan?" Tanya [Name] seraya melihat lihat banyaknya hewan hewan laut yang masih terlihat segar di depannya.

"Udang saja, otaknya kecil." Jawab Mitsuya.

"Seperti Baji, ya."

Mitsuya ingin sekali membela sahabat karibnya lewat lisan, tetapi ia juga tak mengelak bahwa apa yang [Name] merupakan sebuah fakta.

Mitsuya tertawa canggung. "Udang saja, mudah mengolahnya." Mitsuya memberi penjelasan. [Name] mengangguk seraya membeli udang sesuai kebutuhan.

Sambil menenteng kresek hitam, [Name] mengayun ayunkan tangan kanannya. "Taka..."

"Apalagi?" Balas Mitsuya tanpa menoleh, menyibukkan maniknya menatap lurus ke arah keramaian.

"Beli mochi, yuk?"

"Gak."

Sudut bibir [Name] menurun sepersekon kemudian. Ekor mata Mitsuya menangkap raut seperti apa yang tengah ditunjukkan [Name] saat in, menghela nafas seraya menarik pipi gembul sang kasih.

"Kali ini saja deh, tapi jangan mengeluh padaku jika gigimu sakit."

[Name] menampilkan ibu jarinya. "Siap bos!"

Mitsuya menekuk lututnya, menyamakan tingginya sama seperti [Name]. Wajahnya menatap lurus dengan raut datar, mengabaikan air muka heran [Name] sembari mendekatkan wajah.

Mitsuya mengetuk pipinya dengan jari telunjuk. "Sebagai ganti ucapan terima kasih."

Pipi [Name] bersemu, menoleh ke segala arah. Memastikan bahwa perhatian orang orang tak tengah tertuju pada keduanya. Dengan senyuman tertahan, [Name] mendekat.

Cup!

Senyuman tipis Mitsuya tunjukkan. Kembali tegap meninggalkan [Name]. Jangan sampai [Name] melihat pipinya yang merona.

"Aku jadi tidak tega memasak Baji versi kecil ini."

[Name] menghela nafas. Meski berucap seakan tersirat rasa belas kasihan, tetapi tangannya tetap melepas kepala udang dari tubuhnya secara kasar.

Draken yang kebetulan beberapa menit yang lalu datang dengan alasan meminta air minum di kediaman keluarga Mitsuya ㅡjelas itu hanya alibi, padahal faktanya ia juga ingin meminta makan. Saat asik melihat lihat tiba tiba ia mengerut bingung.

"Baji?"

[Name] mengangguk, "Udang ini, mirip seperti baji. Panjang, dan memiliki otak kecil."

Draken tertawa lepas. Memukul meja makan secara brutal dengan gelak tak terbendung. Logatnya bagai mengiyakan digresi [Name] tanpa perlu membela atau mengelak barang sepatah katapun.

Mitsuya yang datang usai menidurkan adik adiknya menatap sang sahabat penuh keheranan. "Ada apa?"

Draken menoleh, "Pacarmu itu benar benar lucu."

Yah, untuk soal itu tak perlu diberitahu pun Mitsuya sudah hafal diluar kepala.

Menepuk bahu Mitsuya sebelum pergi menuju ruang tamu. "Jangan sampai Baji mendengarnya langsung, bisa bisa kau yang dituduh mengajari [Name] untuk mengejeknya."

Mitsuya paham kali ini. Tanpa perlu langsung ke intinya pun, Draken seakan sudah menjelaskan segala hal.

Ini tentang udang dan Baji.

Sahabatnya yang hanya memiliki satu kekurangan, yaitu tidak memiliki kelebihan.

Lelaki sang pemilik rumah tersenyum kecil. Memandang teduh punggung sang kekasih yang sibuk berkutat dengan bahan masakan. Padahal Mitsuya tahu jika [Name] terbilang cukup handal soal memasak, tapi entah kenapa saat itu dapur [Name] bisa hancur lebur.

"Selanjutnya siapa lagi yang akan kau katai, hm?" Mitsuya menepuk ujung kepala [Name] pelan secara berulang kali.

Memajukan bibirnya, [Name] melirik sekilas. "Aku tidak mengatai kok. Aku hanya berbicara fakta."


tbc,

aku lagi nge stuck di work
saudade, jadi kalau ada yang
mau ngasih ide silahkan
mampir ke dm ku ya! aku tunggu!

btw, sENJU BENERAN CEWEK??
dahal mo bikin ff senju:(

Boyfie : Mitsuya TakashiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang